🍂Mimpi🍂
Pict from pinterest
🍂🍂🍂
"Anne"
"Anne, tolong setrikakan baju ayahmu"
"Anne, adikmu dibagi"
"Anne"
"Anne"
"Anne, jangan cari masalah dengan kakakmu"
"Anne, jangan bertengkar dengan adikmu"
"Dia kakakmu Ann, kenapa kamu tidak sopan!"
"Anne jangan cerita ke siapapun"
"Anne, jangan terlalu berlebihan"
"Anne jangan permalukan keluarga"
"Anne, jangan...."
"Anne...."
"Ann..."
Mata perempuan itu terbuka, lalu menutupi telinganya. Hari-hari buruknya datang kembali. Anne menenggak habis minumnya yang ia sediakan di atas nakas, lalu memeluk dirinya sendiri, menepuk-nepuk pelan kedua lengannya, peringatkan untuk terus baik-baik saja.
"Everything gonna be okay, dont worry"
Ponselnya berdering, menampilkan nama ibu di layar. Berkerlap-kerlip ia biarkan beberapa detik sebelum diangkat. Wanita itu selalu menelponnya di waktu-waktu ia mulai memikirkannya.
"Hallo, bu"
Anne tak banyak berbicara, seperti biasanya. Hanya menanggapi sesekali ucapan ibu, lebih banyak menjadi pendengar. Dia menyibak selimutnya, berdiri di depan kaca besar apartemennya, memerhatikan kendaraan yang berlalu lalang memenuhi jalanan.
Setelah sambungan telepon terputus, Anne sempat memastikan jadwalnya hari ini. Tak banyak, ada janji fitting baju dengan kliennya di jam dua belas, menghadiri rapat tim mingguan, lalu mempersiapkan desain eksklusif untuk bulan ini.
Anne kembali berdiri di depan jendela apartemennya, ditemani segelas teh chamomile yang akhir-akhir ini dikonsumsinya. Napasnya ditarik panjang sebelum dibuang kasar, mentari sudah merangkak naik, pandangannya memudar, mengembalikan ingatannya pada beberapa tahun silam.
🍂🍂🍂
September, 2010
Menjadi seorang Anne bukanlah hal yang ia patut syukuri berulang kali. Justru sebaliknya, identitas dan kehidupan yang ia ingin jungkir balikkan menjadi orang lain. Tapi ia bisa apa? Kembali ke beberapa detik lalu pun ia tak bisa, bagaimana ia bisa menjungkir balikkan hidupnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk
General FictionKetika orang lain mengharapkan untuk tampil di publik, Anne bermimpi sebaliknya. Tak dikenali sama sekali, lalu menjalani kehidupannya sendirian. Dia terlalu lelah mendahulukan orang lain daripadanya. Lalu apakah sendiri menjadi bahagianya?