Julia Michaels - Heaven
.
.
.
.
.
.
."Tidak enak." Taeyong mengernyit, menggelengkan kepalanya, menghindari sendok berisi bubur sayuran yang disuapkan Renjun kepadanya.
Hari ini adalah tiga minggu sejak Taeyong tersadar dari komanya, kondisinya sudah mulai membaik, dia sudah bisa duduk, sudah bisa mengucapkan lebih dari satu kalimat, dan alat-alat penunjang kehidupannya sudah mulai dilepas satu persatu, dokter sendiri memuji perkembangan Taeyong yang luar biasa pesat, tekad lelaki itu kuat, maka ketika dia berniat untuk sembuh dia akan merasakannya sepenuh hati.
"Kau harus memakannya," gumam Renjun sedikit geli dengan kemanjaan Taeyong yang seperti anak-anak,
"Ini menyehatkanmu."
"Rasanya seperti muntahan." Gumam Taeyong, tapi akhirnya menurut membuka mulutnya, menerima suapan Renjun lalu mengernyit ketika menelan.
Ekspresinya membuat Renjun tergelak, tapi kemudian Taeyong meraih tangan Renjun yang tidak memegang sendok, ekspresinya berubah serius,
"Injun-ah, tak terbayangkan rasa terimakasihku padamu...aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan cintaku, aku... Para dokter dan perawat menceritakan perjuanganmu untukku..."
"Stttt," Renjun meletakkan sendoknya dan menyentuhkan jemarinya di bibir Taeyong,
"Perjuangannya sepadan, kau akhirnya bangun kan?"
"Tapi..." ekspresi kesedihan menghantam Taeyong,
"Aku... Aku mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Aku mungkin lumpuh selamanya, aku hanya akan menjadi bebanmu..."
"Tae," Renjun menyela sedikit marah,
"Kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri, kesembuhanmu yang luar biasa ini juga diluar prediksi dokter bukan? Kita pasti bisa kalau kita berjuang dengan tekad dan keyakinan kuat bersama-sama, meskipun begitu...", Suara Renjun berubah sendu,
"Meskipun pada akhirnya kau lumpuh selamanya pun, aku akan tetap bahagia bersamamu... Kau tahu selama ini aku selalu berdoa apa? Aku berdoa yang penting kau sadar, aku tidak peduli yang lain, Tuhan sudah mengabulkan doaku Tae-ah... Tidakkah itu cukup?"
Mata Taeyong tampak berkaca-kaca.
"Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu..."
Suara di pintu itu mengalihkan perhatian mereka, Renjun dan Taeyong menoleh bersamaan, lalu Renjun tersenyum, Yoongi ada di sana, dalam kunjungannya yang biasa, sekarang bahkan dokter Yoongi sudah mulai akrab dan berteman dengan Taeyong.
Tapi senyuman Renjun langsung membeku ketika menyadari siapa yang mengikuti di belakang Yoongi, itu Jaehyun!
Jaehyun yang sama. Jaehyun yang tampan dengan penampilan bak adonis, dengan ekspresi yang dingin dan tidak terbaca. Renjun tidak pernah berhubungan dengan Jaehyun lagi sejak Taeyong sadarkan dari komanya, Jaehyun selalu memaksakan maksudnya dengan perantaraan Yoongi, seperti ketika Jaehyun memaksakan untuk menanggung biaya rumah sakit Taeyong dan ketika Jaehyun memaksakan Renjun setuju - lewat bujukan Yoongi – agar Renjun dan Taeyong pulang ke apartemen yang dibelikannya ketika Taeyong sudah boleh pulang dari rumah sakit nanti.
Sekarang lelaki itu berdiri di depannya, ekspresinya tak terselami dan sedikit muram, membuat Renjun bertanya-tanya, apakah Jaehyun mendengarkan percakapannya dengan Taeyong tadi. Apakah Jaehyun tidak senang mendengarnya,
"Dokter Yoongi," Taeyong menyapa ramah ketika Renjun hanya diam saja, lalu menatap ingin tahu ke arah lelaki tampan yang sepertinya hanya menatap terfokus kepada Renjun,
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story About Renjun || JaeRen
RomanceWarning!!!!! Remake from A Romantic Story About Serena by Santhy Agatha. "Dalam hidupnya, Impian Renjun hanyalah ingin menjadi pria yang biasa- biasa saja. Dia ingin menikah dengan Taeyong kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu sepe...