Part 3

12.8K 1.1K 159
                                    

Suasana hati Renjun benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina, kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk dalam hatinya. Renjun merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang dilakukan Mr. Jung tadi siang, dan dia masih menahan marah ketika memasuki ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar dengannya.

Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat Suster Jihyo menyongsongnya dengan wajah pucat pasi.

"Kemana saja kau nak?!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi kau tak bisa dihubungi!."

Wajah Renjun langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari menelusuri lorong menuju kamar tempat Taeyong dirawat.

Suster Jihyo tergopoh-gopoh berlari mengikuti dibelakangnya.

Renjun terpaku di depan ruangan Taeyong dengan napas terengah-engah, dokter dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi Taeyong.

Suster Jihyo tiba dibelakang Renjun dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba menenangkannya.

"Dia sudah tidak apa-apa Renjun, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Taeyong dalam kondisi paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya."

Air mata mengalir di pipi Renjun. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Taeyong kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Renjun mulai lengah, melupakan bahwa serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Taeyong....

Renjun memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras, dia tak berani membayangkan semua itu.

Suster Jihyo memeluknya dengan penuh keibuan sementara Renjun menumpahkan air matanya.

Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Renjun makin cemas.

"Bagaimana kondisinya dokter?", Suara Renjun gemetar, ketakutan.

Dokter itu menarik napas panjang.

"Taeyong pria yang kuat, sungguh suatu keajaiban dia mampu bertahan sampai sekarang, tetapi kecelakaan itu telah merusak organ dalamnya. Kami berusaha memperbaikinya dengan obat-obatan dan penanganan medis terbaik, tapi hal itu berakibat pada ginjalnya, kami harus mengoperasi ginjalnya, Renjun."

"Mengoperasi ginjalnya?", Renjun mengulang pernyataan dokter itu dengan histeris, "Mengoperasi ginjalnya?! Ya Tuhan!!."

Tubuh Renjun menjadi lunglai, untung suster Jihyo menyangganya, air mata mengalir semakin deras dipipinya.

"Apakah... Apakah tidak ada cara lain...?", Dokter itu menarik napas prihatin.

"Taeyong dalam kondisi yang tidak lazim, dia dalam keadaan koma, dan apapun tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki resiko tinggi, Tapi akan lebih beresiko lagi jika kita tidak melakukan operasi itu, operasi itu harus dilakukan sesegera mungkin Renjun."

Renjun menarik napas dalam-dalam, dan menatap dokter itu dengan penuh tekad.

"Baik dokter, lakukan operasi itu, apapun agar Taeyong selamat", suaranya mulai gemetar, "Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk melakukan operasi tersebut dok?."

Seluruh tubuh Renjun menegang, tangannya terkepal seolah olah menanti hukuman.

Dokter itu menatapnya sedih, rasa kasihan tampak jelas di matanya ketika menjawab.

"Untuk prosedur operasi ginjal dan perawatan atas kemungkinan terjadi komplikasi lainnya, kau setidaknya harus memiliki Tiga ratus Juta, Renjun."

.
.
.
.
.

A Romantic Story About Renjun || JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang