Chapter 2

50 8 4
                                    

"Jangan insecure, mungkin Tuhan memberikan kelebihan pada hatimu bukan fisikmu."

Pada dasarnya semua yang terjadi adalah ujian dari Tuhan. Tuhan menguji diri ini agar Dia tahu seberapa besar rasa sabar tumbuh dalam diri. Sabar adalah taman kesejukan diantara ikhtiar maksimal dan tawakkal total. Sabar adalah perwujudan keyakinan kuat akan janji Allah. Dengan sabar, hati begitu percaya, bahwa Allah akan segera menyambut niat dan keinginan tulus seorang hamba. Tiada kondisi yang paling indah, kecuali menyelipkan sabar, baik dikala senang maupun susah, kaya maupun miskin, senggang maupun sempit. Sebagaimana janji Allah, bahwa hanya hamba-Nya yang istiqomah dan mantaplah yang mampu bersabar, dalam mengarungi kehidupan.

Umar bin Khatthab Radhiyallahu'anhu mengatakan, "Kami berhasil memperoleh penghidupan terbaik kami dengan jalan kesabaran." (HR. Bukhari)

Seperti hari kemarin, aku habis-habisan dikerjai oleh Gea dan teman-temannya. Sampai-sampai aku harus mendadak beli baju untuk mengganti pakaianku yang kotor penuh lumpur. Bahkan kemarin aku memutuskan untuk pulang lebih dulu dan tidak mengikuti mata kuliah dosen tergalak. Saat itu aku ngga kepikiran akan resiko yang akan menimpaku jika aku berani bolos mata kuliah dosen tersebut. Ah bodo amatlah! Udah terlanjur jengkel dan ngga mood ngapa-ngapain.

Syukurlah hari ini tepat hari minggu. Aku bisa beristirahat hari ini. Entah kenapa badanku sedikit lelah dan lesu gara-gara kejadian kemarin. Saat aku ingin membaringkan badanku di atas kasur tiba-tiba handphoneku berdering. Kulihat Zafira menelfonku.

"Assalamualaikum, Athaya."

"Wa'alaikumussalam, Fir. Tumben ni kamu pagi-pagi menelfonku?" Tanyaku.

"Gimana keadaanmu, Ya?" Tanya Zafira.

"Alhamdulillah aku baik dan sehat, cuma agak lelah aja sih." Jawabku.

"Eh, Ya. Kemarin kamu dicariin Pak Haris. Marah besar beliau kamu ngga ada. Padahal aku udah jelasin panjang lebar ke beliau tapi tetep aja beliaunya ngga percaya sama aku. Dan akhirnya maaf yaa Ya-." Ucap Zafira dengan suara sedikit lirih.

"Kenapa, Fir? Tanyaku heran.

"Kamu kena hukuman dari Pak Haris. Beliau berpesan bahwa senin besok kamu harus ngumpulin artikel bertema "Kesehatan" dengan minimal 1500 kata." Ucap Zafira.

"Hah? Besok?" Tanyaku sedikit kaget.

"Iya, Ya. Maafin aku yaa..." ucap Zafira.

"Iya udah gapapa, Fir. Kalau gitu aku mau langsung ngerjain aja. Makasih ya infonya." Ucapku sedikit lemas.

"Iya, Ya. Yang semangat yaa... Kamu pasti bisa. Maaf juga aku ngga bisa bantuin. Aku ada kerjaan dirumah. Yaudah aku tutup ya telfonnya. Assalamualaikum..." Ucap Zafira.

"Iya, Wa'alaikumussalam..." Jawabku.

TUUUTT---TUUTT----

Setelah telfon ditutup oleh Zafira aku segera bangkit dari kasur dan menuju meja belajar. Kubuka laptop dan buku-buku yang berkaitan dengan kesehatan. Sebenarnya otakku aslinya encer kalau disuruh ngerjain ini itu, tapi kalau dikasih tugasnya dadakan ya auto beku. Mau ngetik satu kata aja bingung apa yang mau di ketik, apalagi 1500 kata. Aaahhh! Gara-gara Gea dan teman-temannya semua ini, aku jadi dihukum.

Tapi gapapa. Aku harus tetap semangat. Namanya juga ujian harus dijalani dengan ikhlas dan sabar. Huruf demi huruf aku susun rapi menjadi satu kata lalu ku rapikan menjadi satu kalimat dan kubendung menjadi satu paragraf. Semua butuh usaha yang maksimal jika ingin mendapatkan hasil yang terbaik.

Di sela-sela ngerjain hukumannya Pak Haris, terdengar di luar ada yang menekan bell rumah berkali-kali. Tapi sepertinya tidak ada yang membukakan pintu. Terpaksa dan terpaksa aku harus turun ke lantai bawah dan mengecek siapa yang datang ke rumah pagi-pagi begini.

Jodoh Untuk AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang