5 - begin again

2.6K 93 4
                                    

Be a wise reader.. Udah diingetin di awal ya, full of smut. Tapi, alur masih ada kok.
Happy reading.
.
.
.
.

~6 years later~

Menunggu selama enam tahun, itu lama, sekali. Wonwoo, tak hanya Wonwoo sebenarnya, keluarga Mingyu juga. Mingyu kembali setelah enam tahun, ia kembali seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Kembali ke keluarganya dan Wonwoo.

Sebulan setelah hari kelulusan enam tahun lalu, Wonwoo pergi ke Italia, ia meneruskan sekolah bisnis di sana atas perintah ayahnya bersama Soonyoung. Iya, Soonyoung sudah masuk ke dalam rumah itu dan menjadi PA? Sekretaris? Yang penting itulah, dari Wonwoo. Kenapa? Karena Soonyoung adalah satu-satunya yang bisa 'menjaga' Wonwoo, dan Tuan Jeon tahu akan itu.

Selama satu bulan juga, Wonwoo tak berhenti mencari Mingyu, sedetik pun, ia menyuruh seluruh anak buahnya, meminta bantuan ayahnya, dan semua orang yang dapat ia mintai bantuan, tidak ada yang bisa menemukan keberadaan Mingyu. Mingyu seperti ditelan bumi begitu saja, tak ada riwayat penerbangan atau pun pelayaran.

Hingga setelah satu bulan itu, Wonwoo mengiyakan ayahnya, ia pergi ke Italia, sekolah bisnis sesuai dengan apa yang pernah ia katakan pada Mingyu. Dan ia kembali setelah empat tahun.

Di tahun ia kembali, ia kira Mingyu akan sudah di rumah dan menunggunya. Tidak. Ia datang ke rumah Mingyu dan malah mendengar kepasrahan kedua orang tua Mingyu yang sudah merelakannya. Sudah empat tahun, dan dia tidak ada kabar, tentu saja mereka menganggap Mingyu 'mati'.

Dan Wonwoo, ia belum menyerah, ia masih menunggu Mingyu. Hingga dua tahun setelah ia kembali dari Italia, kekasih yang tidak pernah ada kata putus itu kembali ke hadapannya. Dengan wajah datar, bahkan tak menghampirinya dan memeluknya, ia sendiri yang harus menghampirinya.

Hari itu, Mingyu turun dari bis yang ia gunakan di halte terdekat di rumahnya. Ia menelan ludah, bagaimana keadaan orang tuanya? Bagaimana reaksi mereka? Mingyu tidak mati. Ia bahkan selama lima tahun tinggal di Seoul. Masih di Seoul. Dan satu tahun ia ke Busan. Dia tidak pergi dari negara itu, ia juga tidak ditelan bumi begitu saja. Ia tidak 'mati'.

Mingyu berjalan dan berdiri tepat di depan rumahnya sekarang. Masih sama, tidak ada yang berubah. Ia membuka gerbang dan masuk. Melihat motor lamanya yang tertutup kain, masih di tempat yang sama di tempat terakhir ia lihat. Mingyu tersenyum pilu.

Ia berjalan pelan, mengetuk pintu, jam sudah menunjukkan pukul lima sore, jadi ibunya pasti di rumah, atau ayahnya juga karena ada mobil ayahnya di garasi. Ia memejam matanya, menghembuskan napasnya. Bersiap menerima apapun reaksi kedua orang tuanya.

Pintu terbuka, menampilkan ibunya, yang kurus. Mingyu menurunkan masker yang ia gunakan, air mata juga turun begitu saja.

"Mingyu?" Ibunya terkejut, menangis? Tentu saja, menangis histeris, ia meraih tubuh Mingyu, memeluknya begitu erat, menenggelamkan wajahnya di dada Mingyu. Mengucapkan kalimat yang benar-benar tidak terdengar jelas yang menanyakan tentang kemana saja Mingyu selama enam tahun.

Mingyu hanya diam, ia juga menangis, hingga ayahnya juga ikut keluar, menanyakan kenapa istrinya menangis begitu keras. Dan air matanya lolos begitu saja setelah melihat siapa yang istrinya peluk. Putra tunggal mereka. Ia menunggu pelukan istri dan anaknya terlepas lalu meraih tubuh Mingyu untuk ia peluk.

Acara pertemuan itu singkat tapi panjang. Setelah saling mengeluarkan air mata hingga lima belas menit, ketiganya masuk ke dalam rumah, dengan Nyonya Kim yang bahkan tak mau melepaskan tubuh anaknya.

Mereka kini duduk di sofa ruang tamu. Mingyu menghapus air matanya lalu tersenyum. Melepas topi hitam yang sama dengan yang ia gunakan ketika ia pergi dari rumah ini. "Maafin Mingyu, oemma, appa." Lirihnya.

SWITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang