Minho duduk di pojok ruangan itu. Pria itu memegang dadanya benar-benar terasa sesak dan sakit. Ruangan itu mengingatkan dia saat awal kedatangannya ke sana dan sekarang akan berakhir di sana juga.
Rasa sedih, kecewa dan marah dia rasakan sekarang. Minho ingin menangis, tetapi air mata itu tak mau menetas. Wolf dalam diri Minho juga merasakan yang sama, mate yang mereka cintai akan melepaskan mereka. Bahkan akan membunuhnya.
Memang Minho tahu tentang ritual itu, tadi dia tak tahu jika Chan akan benar-benar melepaskannya. Dan akan melakukan ancaman yang selalu dia katakan padanya, yaitu membunuhnya.
"Aku ingin pulang" gumamnya sambil menatap ventilasi kecil yang di sana masuk sedikit cahaya.
Saat itu dia mendengar seseorang berjalan ke sana. Dia sudah bisa menebak orang itu, Chan.
"Ayo kita pulang!" Ujar pria Bang itu mendekat dan membuka sel milik Minho.
Minho hanya diam, dia masih duduk sambil memeluk kakinya di pojok ruangan itu.
"Minho" ujar Chan lalu dia menjongkok di depan pria manis itu.
"Di sini tidak layak untuk mu, ayo pulang ke rumah" ujar Chan. Pria Bang itu tahu sekarang bagaimana perasaan pria itu.
Air mata yang tak mau keluar tadi sekarang seketika keluar saat dia menatap pria yang sangat dia cintai itu.
Chan memeluk pria itu seketika, dia mengusap kepala Minho.
"Kau benar akan meninggalkan aku?" Tanya Minho dalam pelukan pria itu. Seketika bibir Chan terasa kaku tak bisa menjawab.
"Ayo pulang sekarang" ujar Chan.
***
"Seharusnya aku tak membawanya kemari, seharusnya aku hanya meminum darahnya saja. Seharusnya aku tidak menyukainya" batin Chan saat memandang Minho yang masih tidur di ranjang itu.
Sebelumnya dia sangat ingin berpisah dengannya. Tapi entah kenapa terasa sangat berat sekarang.
"Apa mungkin karena kami sudah saling menandai? Mungkin nanti jika tidak ada ikatan lagi aku mungkin akan kembali seperti dulu" ujarnya.
Pria itu melihat ke arah bekas gigitan yang baru saja dia buat tadi. Dia mengusap wajah lebam milik pria itu dan lebamnya langsung hilang.
"Aku tidak bisa terus ada di sini" gumamnya lalu dia bangun dan pergi dari saja.
Saat Chan pergi, Minho membuka matanya. Dia melihat pria itu berjalan menuju ke arah pintu. Ternyata tadi saat Chan masih di sana pria itu belum terlelap, jadi dia bisa mendengarkan apa yang pria itu katakan.
Hari itu adalah hari ke 96 ritual Chan. Beberapa hari sebelumnya dia tak pernah masuk kamar itu saat Minho terbangun, dia hanya datang saat Minho terlelap untuk meminum darahnya. Pria itu meyibukan diri untuk bekerja keras mengurus kerajaan.
Saat Chan sedang beristirahat pria itu berjalan-jalan di area Mansion.
"Chan!" Panggil seseorang. Pria Bang itu tahu itu pasti Minho, karena hanya Minho dan ibu kandungnya yang memanggil pria itu dengan sebutan itu.
Chan tak menjawab dia masih berjalan tanpa menoleh ke arah sumber suara itu.
Namun tak di sangka pria itu dilempar batu oleh Minho. Batu itu mengenai pelipisnya.
"Ehh maaf aku tak sengaja" Teriak Minho lagi. Chan akhirnya menoleh ke arah jendela kamar Minho.
Terlihat pria itu melambai padanya, dia juga mengisyaratkan Chan untuk datang ke sana.
Chan menggeleng lalu dia melanjutkan kegiatannya. Minho sudah kehabisan akal, bagaimana cara membawa Chan ke sana. Tidak mungkin dia berganti shift saat ini.
"Chan 4 hari lagi aku akan mati, jadi tolong kau datang kemari sebelum aku mati" Teriak Minho. Namun tak berhasil juga karena Chan melesat berlari dari saja.
Pria manis itu mengembuskan napas panjang, dia lalu berjalan ke arah kasur dan duduk di saja. Dia memandang sapu tangan yang dia buat untuk pria itu. Bagaimana cara memberikannya pada Chan?
Namun pintu itu diketuk dan pria itu benar-benar datang ke sana. Minho meneguk salivanya saat mencium aroma yang memabukan itu, tadi pria itu berusaha untuk menahannya.
Dia tersenyum dan berjalan ke arah pria itu. Chan terlihat sangat dingin dan galak yang memandang Minho saat itu.
"Apa?" Tanya pria itu ketus. Namun bukannya takut Minho malah tersenyum semanis mungkin.
"Ini, aku membuatnya untuk mate ku" kata Minho sambil menyerahkan saputangan itu pada mate nya.
Chan melihat barang itu, dia melihat ada namanya terajut di saja " Uri Chanie".
"Hanya itu yang bisa aku berikan" ujar Minho. Pria Bang itu menatap Minho, lalu dia memasukan benda itu ke sakunya.
"Sebenarnya aku tidak suka diberikan hadiah. Karena kau memberikan ku benda yang tadi, jadi aku harus membalasnya" kata pria Bang itu. Minho tersenyum mendengarkannya.
"Jadi apa yang kau ingin kan?" Tanya Chan. Minho memegang tangan pria itu. Lalu dia membawanya ke luar dari kamar itu.
"Aku akan mengatakannya saat kita sudah sampai di tempat itu" kata Minho.
Sampailah mereka di danau pinggir danau yang pernah mereka kunjungi. Minho duduk di bawah pohon itu dan menatap ke arah danau, yang ternyata jika dilihat saat siang hari semakin indah.
"Ayo duduk!" Kata Minho sambil menepuk tempat kosong di sampingnya. Pria Bang itu duduk di sana.
"Aku sangat sibuk, katakan apa yang kau mau" kata Chan. Minho tersenyum lalu dia berbalik ke arah pria itu.
"Apa kau akan bisa memberikannya?" Tanya Minho.
"Tentu saja, barang apapun yang kau kau akan aku berikan" kata Chan dengan cepat.
"Aku menginginkan mu, apa kau bisa mencintai ku?" Minho memberianikan mengatakan itu, pria Bang itu lalu menatapnya. Dia melihat manik mata Minho yang mulai berkaca-kaca.
"Chan aku mencintai mu, apa kau bisa mencintai ku juga?" Tanya Minho lagi. Seketika Chan membuang muka.
Melihat reaksi dari pria itu Minho mengusap air matanya lalu melihat ke arah pemandangan di depan mereka.
"Wah benar-benar sangat indah, sebelum aku mati aku akan melihat pemandangan ini sepuasnya" ujar Minho. Chan hanya diam.
"Moon Goddes mungkin juga tidak menyukai ku bukan. Makanya dia memberikan takdir ini pada ku, selama hidupku aku menunggu mate ku, tapi saat aku menemukannya aku akan mati di tangannya" jelas Minho lagi. Dia mengatakan semua apa yang dia ingin katakan.
"Cukup! Diam kau!" Pria itu meninggikan suaranya pada pria manis itu. Hal itu membuat Minho terkejut.
Chan memegang tangan pria itu dengan erat.
"Aku menyukai" celetuk Chan. Minho menoleh ke arah pria Bang itu lalu dia mendekat dan langsung menempelkan bibir mereka. Chan diam beberapa saat sebelum dia menjauhkan dirinya dari pria itu.
**《▪︎》**
TBCJangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLOODLUST || BANGINHO ✔
FanficNote: Sebelum baca follow akun author dulu ya BANGINHO FAN FICTION Minho tidak menyangka jika seorang mate yang dia cari selama ini akan membuangnya seperti sebuah sampah. WARNING ⚠️ -BXB -🔞 -CHAN = TOP -MINHO = BOTTOM