CHAPTER 20 🥀 : TOXIC

1.2K 146 13
                                    

Plak

Suara itu terdengar jelas dalam ruangan itu. Minho menahan sakit saat satu tangan pria itu mengenai pipi mulutnya.

"Sudah ku katakan, jangan berkeliaran!" Teriak pria itu. Minho menangis sambil menunduk dia tak berani menatap mata tajam pria Bang itu.

"Kau hanya bisa menangis, selain itu apa yang kau bisa lakukan?" Tanya Chan kesal. Minho tak menjawab dia masih diam saat itu.

Chan berjalan ke ranjang dan berbaring di sana. Saat ini kepalanya begitu sakit dan pening.

"Maaf Chan" kata Minho pelan sambil berjalan ke arah pria Bang itu. Dia juga berusaha untuk mengelap air mata yang melintas di pipinya.

Chan memutar bola matanya malas, lalu dia menarik tangan pria itu agar duduk di ranjang.

"Lain kali jangan diulang lagi" Chan merangkul pria itu. Minho mengangguk tanpa menjawabnya.

***

Saat Minho tengah berkaca tiba-tiba ada yang dia dengar mengetuk pintu. Pria itu langsung mengisyaratkan orang itu untuk langsung masuk ke dalam.

Sambil merapikan rambutnya, Minho menoleh ke arah pintu melihat siapa yang datang. Dia pikir itu adalah Yang Jeongin yang membawa sarapan pagi, tapi dia salah. Seorang wanita dengan gaun berwarna merah gelap itu masuk ke dalam kamarnya sambil tersenyum menatap pria manis itu.

Minho agak terkejut, dia menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekat ke arah wanita itu.

"Maaf anda siapa?" Tanya Minho dengan sopan santunnya. Wanita itu tersenyum lalu dia memegang pundak Minho.

"Ternyata ini calon menantu ku, sangat manis dan cantik" kata pria itu. Seketika mata Minho melotot, apa dia adalah ibu Chan?

"Apa Nyonya Ibu Chan?" Tanya Minho memastikannya. Wanita itu tersenyum sambil mengusap pucuk kepala pria manis itu.

"Iya Sayang, panggil aku Ibu saja" kata wanita itu. Minho mengangguk, wanita itu terlihat ramah dan baik.

"Apa yang kau lakukan nak?" Tanya wanita itu lalu melihat-lihat masuk ke dalam. Minho membuntutinya dari belakang.

"Saya sedang merapikan rambut" jawab Minho. Wanita itu berjalan ke dekat ranjang dan duduk di tepi ranjang sambil mengambil boneka beruang milik Chan.

"Wah sangat menggemaskan" kata wanita itu, Minho mendekat lalu dia mengatakan "Itu punya anak anda, Chan" kata Minho. Seketika wanita itu terkekeh.

"Aku tak mengira dia menyembunyikan kekasihnya. Biasanya dia akan terbuka dengan keluarganya, namun kali ini berbeda. Kau mungkin sangat istimewa baginya" ujar wanita itu. Mendengar itu membuat Minho menjadi bersemu dan malu, jika apa yang wanita itu katakan itu adalah hal yang sangat baik baginya.

"Ngomong-ngomong apa kau sibuk hari ini?" Tanya wanita itu. Minho seketika menggeleng.

"Ayo kita minum teh bersama" ujar wanita itu, Minho sebenarnya setuju tapi di sisi lain dia takut Chan mengamuk lagi jika Minho keluar dari sana tanpa sepengetahuannya.

"Kenapa apa kau ragu?" Tanya wanita itu sambil menaikan salah satu alisnya.

"Tidak Nyonya, tapi han" kata-kata Minho terpotong.

"Hanya di Mansion ini, kita tidak akan keluar Mansion. Jadi jangan khawatir, dia tak akan memarahi mu" kata wanita itu sambil tersenyum. Minho akhirnya mengangguk.

***

"Terima kasih telah menemani ku minum teh Minho" kata wanita itu pada pria manis itu. Mereka sudah berbincang sekitar dua jam, dan hari semakin sore jadi wanita itu memutuskan untuk kembali ke istana.

THE BLOODLUST || BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang