Chenji | Youth

1.7K 213 10
                                    

Jisung as Jian
Chenle as Kale

oOo

"Kale."

"Apa?" Kale tetap fokus kepada soal latihan di hadapannya, ia tidak terlalu peduli dengan kehadiran Jian yang hanya mengganggu sejak tadi.

"Main, yuk!"

"Nggak mau, besok gue ada ujian."

"Halah, cuma ujian di tempat les, kan?"

"Tapi, peringkat sama hasilnya kan diumumin, Jian..."

"Terus?"

Kale berdecak. "Apanya yang 'terus'?"

"Nilai lo di les nggak akan berpengaruh ke nilai lo di sekolah, kan? Jadi... kenapa nggak santai aja?"

"Kayaknya gue harus ngajak lo kenalan sama nenek gue."

"Oh." Jian mengangguk-angguk. "Gue pernah ketemu bunda lo, beliau kelihatan baik banget dan nggak kayak tipe orang tua yang seneng bikin anaknya tertekan karena nilai. Ayah lo juga sama aja. Ternyata... nenek lo, ya, yang terlalu ambis?"

"Iya." Tertawa pelan, Kale mengangguk. "Nenek gue itu terlalu suka ikut campur. Gara-gara kakak-kakak sepupu gue nggak mau jadi dokter, akhirnya nenek gue berharap banyak ke gue."

"Emang lo mau jadi dokter? Lo kan lebih suka nyanyi..."

Kale mengerjap. Ia kira tidak ada yang tahu tentang mimpi rahasinya, kecuali orang tuanya. "Kok lo tahu?"

"Apa, sih, yang nggak gue tahu?"

"Ihhh, serius dulu, Ji!"

Jian tertawa saat Kale mulai menggoyang-goyangkan pundaknya. "Gue pernah lihat lo ke tempat les nyanyi beberapa kali."

"Lo nge-stalk gue?"

"Nggak! Sembarangan!"

"Terus?"

"Tempat les nyanyi lo deket sama tempat les dance gue."

"Oooh..."

"Ya, tapi... gue emang pernah nge-stalk lo."

"Hah--"

"Eh, dengerin dulu! Gue nge-stalk cuma bentar doang, terus gue diusir sama salah satu guru les lo."

"Diusir?" Kale tertawa. "Emang lo ngapain, sih? Ada-ada aja."

"Gue cuma dengerin lo nyanyi dari luar ruangan, kok. Suara lo bagus banget..."

Mendengar suara Jian yang melembut, entah kenapa Kale merasakan wajahnya mulai memanas.

"Saking bagusnya gue sampai nggak bisa ngontrol detak jantung gue."

"A-apaan, sih? Lo mau go-gombalin gue, ya?"

"Serius."

Jian mendekat kepada Kale, lalu berlutut di sebelah tempat duduknya. Dari sudut pandangnya sekarang, Jian dapat dengan mudah mengagumi Kale.

"Kok bisa ya... suara lo sebagus itu?"

Kale lupa caranya bernapas. Ia tidak tahu harus bertingkah bagaimana, yang jelas ia sedang membeku di tempatnya, mirip patung. Pipinya semakin merah dan dadanya dipenuhi debaran yang membuat perut seperti diisi oleh kupu-kupu.






Sungguh sensasi yang asing bagi Kale.






"Suara gue bagus..?"

"Banget, Le."

Kale | All x ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang