Renle | Ngambek

1.7K 230 7
                                    

Renjun as Renja
Chenle as Kale

oOo

"Gue ngambek pokoknya."

Renja menghembuskan napas. "Jangan dong, Le. Gue kan udah bilang kalau gue lupa."

"Iya, lupanya dua jam."

"Astaga..."

"Lo tahu nggak kalau di tempat les gue banyak nyamuk? Gue telepon lo berkali-kali juga nggak diangkat."

"Handphone-nya gue silent."

"Ya, kenapa lo nggak ngecek?"

"Lupaaa." Renja sudah hampir putus asa merayu Kale.

"Terserah lo."

Berdecak, Renja jadi kesal sendiri. "Ya udah."

Selama beberapa menit, Renja berjalan di depan Kale, bukan di sebelahnya. Mereka juga tidak bersuara. Kale biasanya akan merengek jika tidak bisa menggandeng tangan Renja, tapi kali ini dia diam saja. Renja tidak menerima protesan apa-apa.

Rasa bersalah muncul lagi, memaksa Renja menoleh ke belakang hanya untuk menemukan Kale yang berjalan sambil menunduk seperti seekor anak anjing yang sedang sedih. Luarnya saja terlihat kesal, tapi sesungguhnya Kale agak sedih karena Renja melupakannya.

Karena terlalu lama menunduk, Kale tidak sadar bahwa Renja sudah berhenti melangkah. Dan tidak lama setelahnya, Kale mengerjap karena kepalanya menabrak punggung Renja.



Dug



"Kenapa berhenti..?" tanya Kale pelan.

"Ini mobil gue," jawab Renja sambil mejunjuk mobil yang dimaksud.

"Oh..."

Keduanya masuk ke dalam mobil dan Renja yang menyetir. Kale masih belum diperbolehkan menyetir karena ia tidak begitu ahli dengan kendaraan bermotor.

"Kita makan dulu--" ucapan Kale dipotong begitu saja oleh Renja.

"Pulang."

Nada Renja yang dingin membuat Kale bungkam. Bukankah seharusnya ia yang marah? Kenapa malah Renja yang bersikap seperti ini kepadanya? Apakah ia telalu banyak mengomel tadi? Haruskah ia meminta maaf?

Kale jadi makin sedih. Renja bahkan tidak peduli kepada perutnya yang meraung-raung minta diberi makan.

Setelah memasang sabuk pengaman, Kale bergerak ke sebelah kiri, memunggungi Renja. Lebih baik ia melihat ke luar jendela saja daripada ke wajah masam Renja.

Tanpa Kale sadari, Renja melirik. Ia agak kasihan, tapi juga gemas dengan tingkah laku Kale.


Gemes banget, sih, Le? Gue masukin karung lama-lama...


Mobil melaju di jalanan yang tidak begitu ramai. Perjalanan yang cukup panjang di sore hari membuat Kale mengantuk dan tanpa sadar menutup matanya.

oOo

"Le--"



"EH AYAM, AYAM!"



Renja ikut terkejut sampai tubuhnya mundur beberapa langkah. Sementara Kale berusaha menenangkan diri sambil mengumpulkan kesadarannya.

"Gue... di mana?" tanya Kale, ia sudah merubah posisi menjadi duduk. "Ini kan bukan sofa gue... Lah? Ini juga bukan rumah gue?"

"Ini rumah gue Kale."

Raut keheranan terlihat di wajah Kale. "Gue kira lo mau nganterin gue pulang."

"Iya, pulang ke rumah gue."

"Terus? Lo ngegendong gue dari mobil sampai ke sini?"

"Ya iya lah, lo nggak bisa dibangunin. Kok bisa, sih, lo tidur kayak mayat?"

"Ih, sembarangan, ya!" omel Kale.

Kale menoleh ke kanan dan kiri, ia menyadari bahwa rumah Renja kosong. Hanya ada mereka berdua di sini.

"Omong-omong, kenapa lo bawa gue ke sini?"

"Katanya laper."

"Hah?"

"Gue masak buat lo."

Dalam hitungan detik, mata Kale langsung dipenuhi oleh kerlap-kerlip. Masakan Renja itu enak! Bahkan lebih enak daripada makanan di restoran kalau kata Kale.

"Serius? Mau, mau!"

Tadi Kale terlihat seperti seekor anak anjing yang sedih, tapi sekarang ia terlihat seperti seekor anak anjing yang antusias.

Renja tersenyum. Kale terlalu menggemaskan sampai ia tak mampu menahan kedua ujung bibirnya yang naik.

"Yuk ke meja makan."

Mengangguk, Kale berdiri dan menggandeng tangan Renja.

Mereka makan dengan tenang. Renja selesai lebih dulu dan mengamati cara Kale makan. Terburu-buru, namun tidak berantakan. Ekspresi manis yang dibuat Kale setiap melahap sesuap selalu berhasil membuat senyum Renja melebar.

"Masih ngambek?" tanya Renja, nadanya sangat hangat.

Kale sedikit tersedak, lalu menggeleng. "Gue tadi nggak ngambek beneran, kok... Kayaknya malah lo yang ngambek ke gue..."

Renja tertawa. "Tadi gue cuma agak kesel. Sorry, ya."

"Iya, tapi gue nggak berani ngambek ke lo lagi deh."

"Kenapa?"

"Lo lebih nyeremin, Kak."

Renja tertawa lagi. Kali ini, ia berdiri untuk memberikan kecupan singkat di pipi Kale.



Cup



"Tapi, gue beneran minta maaf, ya. Lo boleh ngambek atau manja ke gue kapan pun lo mau, kok. Dan gue janji nggak akan telat jemput lo lagi."

"Kalau janjinya diingkari?"

"Emmm--"

"Lo beliin semua makanan yang gue mau sampai gue berhenti ngambek. Deal!" Kale memutuskan sendiri dengan seenak jidat. Ia tertawa puas.

"Oke, deal." Renja mengangguk, ia mengalah. "By the way, kalau udah selesai makannya, nyusul gue ke sofa, ya," kata Renja sambil melangkah pergi.







"Hm? Kenapa?"







"Cuddle, dong," jawab Renja tanpa ragu, membuat Kale tidak sabar dan malu di saat yang bersamaan. "Merah tuh pipinya."

"Ih, Kak Renjaaa!"


—End


Kale | All x ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang