Epilog
Dalam sebuah realitas alternatif yang dibuat untuk membawa serpihan-serpihan bahagia pada orang yang tepat.
City of Angels
Penghujung Hujan 2020
Semua yang berakhir- The Sun and The Moon -
Burung gereja mulai meneriakkan kicauannya melintas ke seluas tanah kering di pusat kota. Di bawahnya, hidup dengan tenteram beberapa keluarga kecil di antara padatnya kota Bangkok. Burung-burung gereja itu terus menari di udara lepas tanpa peduli. Sekiranya ada dahan untuk bertengger pun, nampaknya tidak akan digunakan untuk berhenti. Seolah hidup hanya milik mereka.
Sama halnya dengan Off Jumpol. Pria berkulit putih, pria yang berhasil dibuat jatuh cinta oleh Gun. Setidaknya hanya itu yang berhasil diingatnya, dalam satu kondisi, bahwa selama memori manis pahit itu juga masih tertinggal.
Lalu katakan bagaimana caranya agar melupa? Off terlanjur jatuh cinta dengan sedalam-dalamnya sosok mungil yang datang di hidupnya tanpa permisi. Memporak-porandakan segala isi dan rencananya dalam hidup. Lalu mengejutkannya dengan kabar kematian yang; seketika membuat porosnya berhenti berputar.
Sebuket bunga mawar putih cantik berada di genggamannya. Ia taruh ikatan bunga indah itu di atas peristirahatan terakhir sosok yang dicintainya secara berkesan.
Seolah pada tiap gerak tangannya terulur mendekati batu nisan itu membisik dalam berisik yang kontras, jangan menangis... jangan menangis!
Off mengulas senyum terbaiknya. Nisan yang berukirkan nama Gun Atthaphan, nama yang terus-menerus ia rindukan kehadirannya. Tak ada keinginan dari pinta yang lain, selain ia membutuhkan Gun. Meskipun itu tidak akan pernah bisa terjadi sampai kapanpun.
"Aku masih menagih kesempatanku, kalau kamu masih ingin tahu, sayang!"
Kepala Off menunduk demi mengecup batu nisan itu sebelum pergi. Dan lagi-lagi matanya terasa semerbak panas. Menitikan air mata yang menetes dengan kurangajar di hadapan sang kasih yang telah dikebumikan.
"Aku selalu mendoakanmu berbahagia di sana." Off mengalihkan pandangan, menyembunyikan luka dan air mata yang ingin sekali lagi menetes. "...hahaha, itu pun kalau kamu juga masih ingin tahu."
Tak ingin berlama-lama menyelam di kubangan danau yang membawanya bersedih, Off membangkitkan tubuh. Memperkuat kedua lutut dan tumit kakinya untuk terus bergerak maju menyambung hidup. Mengusapkan saputangan untuk menghapus air matanya. Sembari berpamit, "Aku merindukanmu..."
Benar kata orang, segala hal tidak akan bertahan selamanya. Setidaknya itu yang perlu ia ketahui. Setidaknya Gun pergi dengan harapan dari pinta yang sangat ia ingin wujudkan. Off mungkin menganggap dirinya adalah perantara. Off mungkin berpikir bahwa dirinya banyak membantu, memberikan sepercik kenangan indah sedikit.
Sakit juga ya? Monolognya dalam hati.
Pria itu menghela nafas. Sebulan setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Gun, ternyata menjadi goresan tinta yang membait indah mencipta memori. Renjananya takkan habis, Off pastikan itu. Karena ia yakin, di bawah sana, kesayangannya juga tidak akan lupa untuk bertugas mencintainya setiap waktu. Mengirimkan buih-buih kasih yang pernah mereka buat di air mancur Nyxsephone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palmistry [OffGun]
FanfictionCOMPLETED Sinopsis : Kalau kamu percaya takdir berada di tiap bentang garis tangan, maka Gun dengan segala keberaniannya menentang takdir tidak pernah percaya akan garis tangan yang membawanya pada seutas benang merah. Liku, ceruk, lintang, naik dan...