Dimalam yang gelap, di depan ruang ICU -lebih tepatnya di depan dinding kaca, berdiri sosok pria bersurai Abu-abu tengah menyentuh kaca dan melihat manusia di dalam ruangan itu sungguh sendu.
Beberapa hari yang lalu, detak jantung pasien kanker bernama Kujo Tenn melemah dan berhenti sementara akibat penyakit yang di derita nya. Syukur nya detak jantung pasien itu kembali normal setelah di CPR dengan sigap oleh dokter jaga. Saat itu, pria bersurai Abu-abu ini panik dan takut melihat Tenn tak sadarkan diri disertai bibir nya yang pucat dan tubuh nya yang dingin, ia langsung berpikir yang tidak-tidak waktu itu.
Kini kondisi Tenn sangat kritis, jantung nya memang kembali berdetak namun dirinya masih tak sadarkan diri hingga sekarang. Kemoterapi untuk kanker nya sudah lama ia jalani, yaitu sejak sebelum Haruka menempati kamar nya. Sampai sekarang Tenn masih menjalani Kemoterapi, walau kemungkinan sembuh nya sangat kecil.
Akibat menjalani kemoterapi dalam jangka waktu yang lumayan lama, rambut indah si surai Pink itu perlahan rontok dan terus rontok, hingga tak butuh waktu lama lagi ia akan kehilangan seluruh helai rambut nya.
Gaku terdiam di depan ruangan itu, masih menatap pria yang terlentang lemas di atas ranjang pasien. Ia bingung kenapa anak ini tak mau melakukan kemoterapi sejak awal, kenapa ketika sudah separah itu barulah ia mau melakukan nya -walau sebenarnya Kemoterapi bukanlah satu-satunya pengobatan yang di anggap ampuh.
Secara tidak langsung Tenn justru membuat hidup nya jadi tak bisa berlama-lama di dunia ini.
Sekarang Tenn menempati kamar Individu, kamar nya yang sebelum nya sudah menjadi kamar Haruka seutuhnya. Haruka sendiri merasa kesepian di kamar itu, ia mengingat perkataan Tenn sebelumnya "Mungkin kamar ini akan segera menjadi kamar mu seorang. Leukemia ku... semakin parah. Jujur, bisa hidup sampai sekarang saja sudah merupakan keajaiban. Aku sangat bersyukur ketika mata ku bisa melihat cahaya matahari di pagi hari. Haruka tetap semangat ya."
Haruka merasa bahwa omongan Tenn malah benar-benar menjadi kenyataan, dia jadi kesepian dan bersedih. Sedih karena ia di tinggal Tenn bukan karena Tenn telah membaik, tapi memburuk.
Malam ini, masih di depan ruangan Tenn yang tak boleh di masuki oleh penjenguk, tiba-tiba Gaku merasa kalau pundak nya di tepuk seseorang. Setelah menoleh ke samping, ia mendelik lebar -melihat siapa yang datang.
"Izumi?" kejut Gaku.
Ya, ada pria bersurai raven disamping nya. Pria itu menatap Gaku serius, "Ini aku."
"Bagaimana kau bisa disini?" Gaku masih terkesiap. Masih berpikir kenapa anak ini bisa ada disini malam-malam begini.
Iori justru menoleh ke arah dinding kaca, dan memandang sosok yang terbaring di dalam nya.
"Kujo Tenn-san 'kan?" Ujarnya pada Gaku, masih menatap pasien yang terbaring lemah disana.
Gaku diam saja bersama wajah sayu nya.
"Aku sudah tahu, aku tidak sengaja mendengar nya." Ungkap Iori tiba-tiba, membuat Gaku kembali mendelik pelan dan menatap nya dengan ekspresi bertanya-tanya. "Aku datang kesini karena ingin memastikan nya, tanpa di ketahui Nanase-san."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku melihat Isumi-san disini, setelah itu kau pun datang kesini. Awalnya ku pikir keluarga Isumi-san yang sakit, jadi aku ingin menghampiri kalian. Tapi tak ku sangka aku jadi mengikuti kalian hingga ke ruang dokter, disana lah aku mengetahui nya." ungkap Iori lagi. "Aku mendengar.. kalau kanker Kujo-san memasuki stadium 3 saat itu. Apa aku benar?" lanjut nya.
Gaku diam tak menjawab.
"Saat itu Nanase-san kambuh, aku tak pernah tahu kalau dia memiliki asma yang bisa kambuh kapan saja. Aku membawanya ke rumah sakit yang sama dengan Kujo-san saat itu. Secara tidak langsung, mereka berdua sedang sama-sama kambuh." lanjut Iori menjelaskan. "Makanya aku tak sengaja menguping pembicaraan kalian, maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Riku - [IDOLiSH7 Fanfiction]
FanfictionTernyata hari itu adalah hari terakhir dia melihat nya, melihat nya berada di samping nya. . "Kita akan selalu bertemu lagi dan lagi." - Tenn "Aku tidak percaya. Tapi aku ingin percaya." - Riku "Nanase-san.. Jangan berpaling dariku." - Iori "Cinta n...