"Aku sudah biasa ditinggalkan, sampai aku terbiasa dengan semua rasa sakit ini. "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Nyaris setiap hari, tanpa terlewat sehari pun, tidak peduli cuaca sedang panas membakar atau dingin menggigit. Pria paruh baya itu selalu datang, duduk di bangku peron di barisan paling depan deretan kedua. Dengan mengenakan seragam tentara, lengkap topi, juga lencana pangkat.
Meski sudah tua, pria paruh baya itu masih nampak terlihat kuat. Jalannya tetap tegap serta sorot mata yang awas. Tidak seperti orang tua kebanyakan, yang di usia segitu jalannya sudah setengah membungkuk dan mata yang perlahan mulai rabun.
Walau wajahnya berkeriput dan sebagian rambutnya memutih, dalam sekali lihat pun, orang bisa tau bila pria paruh baya itu dulunya sangat tampan di masa mudanya.
Semua orang hanya tau bila pria paruh baya itu bernama Yoo Jonghyuk, mantan dari angkatan udara. Usianya tidak diketahui, di mana ia tinggal, siapa anggota keluarganya, masa lalu, dan yang lainnya semua misteri.
Yoo Jonghyuk selalu duduk di sana. Seperti orang yang sedang menantikan kehadiran seseorang. Ia akan datang di pukul 08.00 pagi lalu pulang ketika jam gantung di Stasiun sudah menunjukkan pukul 11.00 malam atau kadang-kadang pada tengah malam.
Matanya tak pernah bosan memandang ke arah barat, mengharapkan lokomotip segera datang.
Tiap kali kereta datang, Yoo Jonghyuk akan segera berdiri, membetulkan seragamnya yang rapih tanpa ada kerutan sedikit pun. Matanya yang hitam meneliti setiap wajah-wajah penumpang yang baru turun dari kereta. Merasa tak ada orang yang ditunggu di antara kerumunan, ia akan mendesah seolah menghilangkan rasa kecewa. Duduk dan memandang ke arah barat kembali.
Melakukan hal yang paling membosankan sekaligus menyiksa.
Menunggu.
Ketika jam makan siang, Yoo Jonghyuk akan mengeluarkan bekal yang sengaja ia bawa dari rumah. Dia jarang– malah tidak pernah– makan di kedai-kedai yang ada di Stasiun.
Yoo Jonghyuk selalu membawa menu makanan yang sama tiap harinya.
Pangsit.
Sambil menunggu kereta selanjutnya datang, Yoo Jonghyuk akan memakan pangsitnya saat lapar. Ia tidak pernah menghabiskan makan siangnya, selalu menyisihkan beberapa pangsit di dalam wadah bekal.
Pada awalnya, tidak ada yang memperhatikan pria paruh baya itu. Namun, karena Yoo Jonghyuk selalu datang, menepati tempat sama, tak pernah absen barang sehari, orang-orang perlahan mulai bertanya-tanya.
Siapa Yoo Jonghyuk? Dan, siapa orang yang sedang ditunggu olehnya?
Meski penasaran, orang-orang tidak bisa bertanya. Mereka menyadari batasan dan menghargai privasi Yoo Jonghyuk. Tidak ada yang terlalu mengenal Yoo Jonghyuk. Ditambah, Yoo Jonghyuk memiliki aura yang seakan melarang orang lain untuk mendekat.
Lalu, suatu hari Yoo Jonghyuk datang ke Stasiun dengan wajah yang merah. Napasnya berat, matanya sedikit berembun, terengah-engah seperti orang yang baru habis berlari jauh.
Orang-orang yang lewat segera tahu bila Yoo Jonghyuk sedang sakit.
Seorang pelajar yang sering memperhatikan Yoo Jonghyuk, berjalan menghampiri. Bertanya dengan nada yang sengaja dilembutkan, "Pak, apakah anda sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He Loves Him🌌
FanfictionBerisikan cerita pendek antara pasangan Yoo Jonghyuk dan Kim Dokja.🍦 Kapal kesayangan kita semua (。>‿‿<。 ) Suka? Jangan lupa vote sama komennya. Ngerasa ada yang salah? Silahkan berikan masukannya. Mau request cerita? Monggo, jangan sungkan.🍰🍰 *W...