Surat Putih 💌 (5) END

2.7K 450 40
                                    

Kalau suka, jangan lupa vote dan komen. Kalau bisa mah sekalian follow biar gak ketinggalan info pas ada pemberitahuan karya baru dan sebangsanya. ♪ヽ(・ˇ∀ˇ・ゞ)

Happy Reading, Minna~

(Tidak diedit, jadi kalau kurang fell dan banyak typo, maklumi saja.)

***

Sinar mentari pagi menyelusup masuk melalui jendela besar, mengenai partikel debu yang melayang di udara dan juga pada gumpalan selimut di tempat tidur.

Tidak diketahui berapa lama, suara erangan terdengar, sosok pria dewasa keluar dari balik gumpalan selimut itu. Bulu matanya yang panjang sedikit bergetar, kelopak mata itu terbuka perlahan, menampilkan kelereng hitam bagaikan batu obsidian.

Kim Dokja mengerjabkan mata berulang kali, membiasakan diri dari bias cahaya yang terasa membutakan. Dengan gerakan pelan, Kim Dokja duduk di tempat tidur, bersandar pada kepala ranjang. Sebelah tangannya memegang kepalanya yang berdenyut menyakitkan, akibat dari terlalu banyak minum.

Setelah mengumpulkan kesadaran, Kim Dokja pergi ke kamar mandi, membasuh wajahnya yang pucat dengan air dingin. Mengingat keras tentang apa yang terjadi semalam.

Apa yang terjadi semalam? Kim Dokja sama sekali tidak dapat mengingatnya.

Tamat sudah.

Mungkin semalam dia menggila, meracau tidak jelas atau melakukan hal apa pun yang memalukan.

Kalau itu sungguhan terjadi, maka tamatlah sudah riwayat Kim Dokja.

Bagaimana kalau Yoo Jonghyuk nanti merasa ilfeell padanya?

TIDAK! Kim Dokja tidak mau membayangkannya.

Kim Dokja berpegangan pada tepi wastafel, alinya menukik ke bawah, berusaha keras untuk mengingat. Namun, tetap saja. Tidak ada satu pun memori yang dapat Kim Dokja ingat semalam.

Kosong.

Sedang meninjau kembali ingatannya, Kim Dokja mendengar ketukan pada pintu.

"Kim Dokja, apakah kau ada di dalam?" Di luar, Yoo Jonghyuk berseru.

Kim Dokja terperanjat— nyaris melompat—tubuhnya menegang kaku.

"Kalau kau sudah selesai, keluar 'lah. Sarapan," lanjut Yoo Jonghyuk.

Setelah menenangkan pikirannya, Kim Dokja menyahut, "Oke."

Dengan gerakan secepat mungkin, Kim Dokja mencuci muka dan menggosok gigi. Berganti pakaian dengan pakaian baru— yang sepertinya sudah dipersiapkan oleh Yoo Jonghyuk sebelumnya.

Untung pakaian kali ini sangat normal dibandingkan piyama kucing yang Kim Dokja kenakan semalam.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Yoo Jonghyuk. Walau raut wajah masih tanpa emosi, sorot matanya terlihat cemas.

"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit mual," jawab Kim Dokja. Menyentuh perutnya yang sedikit terasa tidak enak. "Seharusnya semalam aku gak minum terlalu banyak," keluhnya.

Yoo Jonghyuk menyerahkan sebuah mangkuk berisi sup pereda mabuk. "Minum sup pereda mabuk ini, lalu sarapan."

"Makasih," kata Kim Dokja, tersenyum tipis.

Dia menerima mangkuk itu dan meminumnya dengan sekali teguk. Rona merah menyapu pipi Kim Dokja yang tadi pucat. Merasa senang karena mendapatkan perhatian Yoo Jonghyuk.

"Sarapan." Yoo Jonghyuk menenteng sebuah bungkusan dengan logo Restoran. Saat Kim Dokja masih tidur, ia sengaja pergi keluar untuk membeli makanan.

He Loves Him🌌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang