Surat Putih 💌 (3)

2.3K 399 95
                                    

Tidak diedit, jadi kalau kurang fell, maklumi saja, yah.

Happy Reading  〜( ̄△ ̄〜)

****

Yoo Jonghyuk balik menatap Kim Dokja yang sama sekali tidak berkedip. Di matanya, reaksi Kim Dokja terlihat lucu. Seperti seekor hamster atau kelinci (?)

Yoo Jonghyuk mengira, setelah lama tidak bertemu, Kim Dokja akan mengalami banyak perubahan, namun sebaliknya, Kim Dokja masih 'lah sama seperti seorang pemuda penyendiri yang Yoo Jonghyuk ingat.

Satu-satunya perbedaan dari Kim Dokja saat dulu dan sekarang, ialah Kim Dokja kini tampak lebih dewasa juga jauh lebih menggoda. Tinggi badan Kim Dokja juga bertambah, meski hanya sedikit.

Yoo Jonghyuk memperhatikan setiap inci dari garis muka Kim Dokja. Kulit pucat, bulu mata panjang lentik, kedua kelereng berwana hitam pekat, dan sorot mata Yoo Jonghyuk menggelap ketika tatapannya jatuh pada belahan bibir merah merekah Kim Dokja yang seakan meminta untuk dilahap hingga habis, kalau bisa sampai bengkak. Beruntung Yoo Jonghyuk memiliki pengendalian diri yang tinggi, kalau tidak, ia mungkin sudah menyeret Kim Dokja untuk pergi ke KUA terdekat sejak dari tadi.

Yoo Jonghyuk bukan orang yang suka bergaul dengan orang lain, ia juga jarang bicara banyak. Saat berdiri berhadapan dengan Kim Dokja setelah beberapa waktu. Yoo Jonghyuk bingung entah harus mengatakan apa sebagai sapaan.

Yoo Jonghyuk berpikir keras mencari kata-kata yang tepat untuk ia ucapkan pada Kim Dokja. Mumpung Kim Dokja nampak tidak sadar, bagai orang yang terkena sihir.

"Kupikir selama sepuluh tahun akan ada perubahan, namun kau masih saja pendek," kata Yoo Jonghyuk akhirnya. Dengan diiringi senyum mengejek yang menyebalkan.

Yoo Jonghyuk ingin sekali menampar bibirnya sendiri yang main asal ceplos.

Dasar bodoh.

Seolah tersadar, Kim Dokja mengerjabkan mata berulang kali, mengernyitkan dahi, bibirnya yang semerah delima mengerucut tidak senang dengan perkataan Yoo Jonghyuk yang mengenai titik vitalnya.

"Aku itu gak pendek, kamunya aja yang ketinggian kek hantu egrang," sanggah Kim Dokja bernada sarkas.

Benar juga sih. Tinggi badan Kim Dokja bisa dibilang lumayan 'lah untuk ukuran lelaki normal, tapi kalau sudah berdiri berhadapan dengan Yoo Jonghyuk, ia terlihat seperti kurcaci.

"Iri?" tanya Yoo Jonghyuk, sudut bibirnya tertarik ke atas, menciptakan senyum separo.

Kim Dokja merasakan jantungnya berdetum melihat senyuman favoritnya yang sudah lama tidak ia lihat.

"Enggak juga tuh." Kim Dokja berusaha agar nada suaranya terdengar acuh.

Yoo Jonghyuk menatap Kim Dokja lama. "Apakah kita akan tetap berdiri diam seperti ini? Atau kau ingin berdansa denganku?" tanyanya yang tidak seperti tawaran.

Kim Dokja melirik pada sekitar, di mana orang lain saling berpasang-pasangan dan berdansa. Entah sejak kapan musik bertempo pelan diputar atau cahaya lampu yang sengaja diredupkan.

Kim Dokja sama sekali tidak menyadarinya.

Semua gegara pesona Yoo Jonghyuk yang seakan menghipnoptisnya, hingga ia lupa bila tidak hanya mereka berdua saja yang ada di dunia ini.

Asem.

"Kenapa aku harus menari denganmu," ujar Kim Dokja. Bernada menantang, ia mencoba untuk menutupi rasa gugup yang melanda hatinya saat ini.

He Loves Him🌌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang