At This Day

351 27 8
                                    

"Now, we put dried lemon peel, dried lavender, dried chamomile, dried rosemary, and waiting for the beauty little crystal to complete our happy home spell in this book and our next journey."

--Sadewa and Laurensia—

🌴🌴🌴

Ingatkah pada buku yang Dewa selalu bawa kemanapun lelaki itu pergi? Buku tulis biasa bersampul coklat yang kian hari penuh dengan foto-foto dan tulisan itu. Semakin lama semakin berat bahkan kusut karena terlalu sering dibuka dan dibaca oleh Dewa maupun Laura.

Meskipun, foto dan tulisan di sana lebih banyak didominasi oleh Dewa karena cowok itu mengatakan bahwa dia sangat suka dengan bagaimana Laura menulis sesuatu tentang dirinya namun masih saja dia tidak bisa membalas kata-kata manis Laura itu. Akhirnya, dia terus-terusan menulis.

Dia berkata, "Ra, ganti bukunya dong. Yang cover lebih tebel, lebih besar, kayak album gitu!"

"Buat apaan sih?" sahut Laura. Cewek itu memang tidak keberatan untuk meneruskan kebiasaan mereka. Karena hanya itu yang mereka punya dan bisa lakukan untuk menciptakan letupan kecil di benak dan merasakan betapa mereka saling mencintai dulu, kini, dan mungkin besok.

"Bukunya udah lecek, udah mau abis. Nggak bisa diisi ulang pula!" protesnya ketika Laura baru saja meminum strawberry milk yang dia buat sendiri.

"Ya udah, beli. Buku jurnal gitu? Sampul kulit?"

Cowok itu menggosok dagunya, "Boleh. Kalo ada yang lebih bagus kita ambil." Katanya buru-buru dan menarik Laura keluar dari unit cewek itu.

Mendadak serba buru-buru soalnya besok dia mau berangkat ke Bali bersama Mami Ayu. Entah berapa lama keduanya di sana, mengingat sempat ada masalah dalam bisnis properti di sana beberapa waktu lalu. Mami Ayu jadi ingin turun langsung sekaligus staycation di sana.

Dewa juga akhir-akhir ini sering merayu Laura untuk ikut, tapi tidak mungkin Laura bisa enak-enak kabur dari kantor karena usaha rintisannya itu bukan perusahaan yang cukup besar. Sehingga cewek itu bersama rekan-rekan sekantor yang kalau ditotal bisa cuman 50 orang harus terus mengembangkan sayap mencari projek hingga klien ke sana sini.

Laura membawa Dewa ke salah satu mantan kliennya dulu-yang pernah bekerja sama dengannya-untuk mencari buku yang Dewa mau. Kebetulan mereka menjual buku-buku custom yang lucu dan unik.

Dan, betapa kagetnya sang pemilik usaha ketika mengetahui kalau Laura datang bersama pacar barunya. Sehingga keduanya terlibat basa-basi singkat sedangkan Dewa berkeliling melihat-lihat. Girls talk, biarin aja, batinnya.

"Mau yang ready atau desain sendiri?"

Cowok itu mendesah, bimbang. "Tapi gue keburu." Laura tertawa, Dewa sudah menyatu bersama isi-isi buku itu hingga tak mau terpisah lebih lama bahkan jauh.

"Kalo gue buka mulu nanti robek, sayang. Harus cepet dipindah." Laura manggut-manggut. "Kalau yang ini aja gimana?" cowok itu mengambil buku ukuran A5 bersampul kulit dan tebal.

Karena melihat binar Dewa yang terlihat menyukai barang itu, Laura ikut mengangguk. Lalu mengekori Dewa ke kasir untuk membayar dan pulang setelahnya.

Sesampai di apartemen, cowok itu langsung mengeluarkan alat tulis yang ada di tas punggung yang kerap menemaninya kemana-mana. Pulpen, spidol, sticky notes polos sampai bergambar—tentu saja itu Laura yang menaruhnya--, sampai lem untuk menempel ulang foto-foto di sana.

Laura keluar dari kamar dengan membawa kotak berhiaskan tulang daun kering. Cewek itu mengambil duduk di sebelah Dewa lalu tersenyum.

"Itu apa?"

NEPENTHE [✓] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang