Telepon Pertama

2.2K 271 111
                                    

Karena kesibukan pembukaan cabang baru di kota bikin andra sedikit banyak rindu sama anaknya. Pengen cepet pulang, terus nina bobo in ajun, karena emang udah kebiasaan andra selalu puk puk ajun sebelum tidur. Dia harus gimana, kalau hari ini nggak pulang anaknya gimana?, Berasa jahat banget nelantarin anaknya sama Syifa, bundanya ajun yang udah meninggal. "Boss, ngelamun aja?," Tegur Gustav salah satu karyawan di swalayan cabang baru, sekaligus teman dari andra.

"Eh, gus!, Lagi bingung nih, mau pulang tapi kerjaan belum kelar, jadi kepikiran ajun, mana sekarang udah sore, dia belum makan apa gimana takut nih gue jadinya, gue balik duluan deh ya abis ini kelar,"

"Waduh, apa ga sampenya malah malem nanti bro kalau lo pulang sekarang?" Tanya gustav, ya soalnya jarak kota ke desa itu di tempuh selama tiga jam-an, belum lagi kalau macet. Sekarang udah jam lima sore, kira kira andra sampe desa pukul delapan kalau nggak setengah sembilanan.

"Udah lah bro nginep sini aja dulu, lo juga jarang ke cabang kota kan sekarang?," Gustav nggak tau sih rasanya ngerawat anak. Gimana sama buku bukunya ajun, dia taruh kunci di bawah pot bunga mawar samping pintu, tapi gimana cara ngabarin ajunnya, sekarang ajun pasti nangis karena dia nggak pulang pulang kaya bang toyib.

Nggak tau aja kalau sekarang ajun lagi ngerjain pr sama echan, diajarin mama wendy. Mama kesayangan ajun dan echan.

****

"Ajun, ini nomer telepon siapa?," Tanya wendy lihat ada kertas nomer telepon di buku ajun.

"Papa," ajun tuh udah wangi, udah pake baju echan, terus dikasih bedak sama telon juga oleh wendy, keduanya juga bedakan kaya donat bombom bikin gemes.

"Mama telepon papa ajun yaa?, Siapa tau papa ajun khawatir," ajun mengangguk. Sebenarnya wendy agak sungkan ya mau telepon papanya ajun. Tapi kasihan sama anak ini, dia pun akan khawatir kalau echan ditinggal sendirian di rumah, dan dia jauh di kota.

"Ajun nanti boleh vc papa nggak ma?, Biar nanti papa nggak khawatir sama ajun, ajun kan aman sama mama," wendy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian mengangguk walaupun masih ragu sih.

Dengan gerak cepat wendy menelepon andra. Pengen ngabarin kalau ajun di rumahnya, udah mandi, udah makan dan lagi belajar. Sampe akhirnya panggilan itu diterima oleh andra.

"Halo, ini siapa?," Tanya Andra diseberang sana.

"Pak andra, maaf saya wendy,"

"Oh bu wendy, iya buu,"

"Ajun di rumah saya, bapak nggak usah khawatir, dia catat nomor telepon di bukunya, dan bilang kalau nomor papanya. Jadi saya telepon, kalau boleh tau bapak titipin kunci rumah dimana ya?"

"Kebetulan saya taruh kunci rumah di bawah pot mawar samping rumah, kalau boleh maaf merepotkan, ibu ambil dan simpankan untuk saya ya?, Saya titip ajun, maaf menambah beban bu wendy,"

"Nggak papa pak andra, saya malah senang, echan jadi ada temannya," diseberang sana andra udah nggak enak banget sama bu wendy, pastilah wanita itu capek, dia wanita karir, harus ngurus dua anak hari ini.

"Saya usahakan cepat pulang," andra menepuk mulutnya, duh dia ngomongnya kaya ninggal istri sama anak aja, kan harusnya dia ngomong gitu sama ajun ya.

"Nggak usah buru buru pak, kerjainnya santai aja yaa, bapak jangan lupa makan," hee ini juga wendy nepuk jidatnya sendiri. Duh kok jadi kaya istri lagi nyemangatin suami.

"S-saya tutup dulu bu wendy, terimakasih," wendy mengangguk terus menutup panggilannya.

"Ma, mama udah cocok kok kalau sama papa ajun, ajun dukung!," celetuk ajun sambil ngacungin pensilnya.

Janda dan Duda - WENYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang