Telah Menjadi Milikmu

461 87 24
                                    

Tangan Liam mengusap tengkuknya pelan, mengusir rasa canggung yang menyergap tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Liam mengusap tengkuknya pelan, mengusir rasa canggung yang menyergap tiba-tiba. Sedari tadi ia coba melakukan apapun sebagai pengalihan, dari mulai menyalakan musik sampai memakan roti dari tas plastik yang baru Liam sadar tidak pernah lupa David bawa-bawa.

“Keluar yuk!”

Ajakan David membuat Liam sedikit menjengit karena lamunannya terintrupsi. Menoleh cepat ke arah David yang tengah membuka sabuk pengaman setelah mematikan mesin mobil.

Mata Liam kemudian melihat jauh ke luar jendela. Meski tidak terlalu padat, bisa dibilang volume kendaraan yang ikut menyebrang hari ini lumayan ramai juga. Sebagian penumpang sudah keluar dari mobil mereka masing-masing. Terlihat juga petugas yang sebelumnya membantu menata mobil saat parkir mengingatkan beberapa penumpang untuk tidak tinggal di dalam mobil selama perjalanan.

Perhatian Liam langsung teralih pada kantung pelastik yang dibawa David saat ia baru keluar dari mobil.

“Ditinggal aja, sih, itu,” ujar Liam pelan sambil dagunya menunjuk ke arah tangan David.

Kantung plastik itu David angkat sampai setara dada, melihatinya lama sebelum ia melirik Liam dengan senyum canggung, “bawa aja.”

Tampak sekali kalau wajah David menampakkan ekspresi canggung dan ketidaknyamanan, berjalan cepat mendahului Liam yang tak lama mengikuti dalam diam.

Tubuh Liam agak merapat pada David yang langsung merentangkan tangannya melingkar pada bahu Liam, ketika kerumunan penumpang lain tampak mencoba sebisa mungkin dilayani terlebih dahulu di meja informasi.

“Kamu duduk di sana aja dulu, aku yang urus.”

Liam menerima kantung plastik yang diberikan David setelah menunjuk salah satu kursi kosong. Tanpa menjawab apa-apa Liam menurut sambil sesekali melirik David yang tampak kebingungan karena kerumunan yang tidak terlalu rapi mengantre.

Setelah duduk di salah satu kursi kosong, mata Liam seperti gatal kembali melirik ke dalam kantung plastik yang ia taruh di pangkuannya. Dua benda itu masih di dalam sana.

Liam sangat terganggu sebenarnya, namun di saat bersamaan juga sisi lainnya yang naïf merasa penasaran akan apa yang ingin David lakukan dengan kedua benda itu.

Meski sudah sangat jelas. Apalagi yang akan seseorang lakukan dengan alat pengaman sex dan pelumas? Dada Liam mendadak berdegup gugup. Kalau benar David ingin melakukan itu, maka ini akan menjadi pengalaman pertama Liam. Sebelumnya, Liam hanya melakukan aktifitas seksual ringan dengan mantan-mantan kekasihnya. Hanya saling bercumbu, paling jauh saling melakukan blowjob dengan Akbar.

Tubuh Liam agak menegang saat ia lihat David berjalan mendakat. Di tangannya ia memegang kunci dan dompet, pria itu menyempatkan diri melirik ke kanan kiri sebelum mengangguk pada Liam.

Selain itu, ini juga pengalaman pertama Liam menaiki kapal laut. Sedikit takjub juga Liam saat melihat interior kapal yang bisa dibilang lumayan mewah. Bahkan ada lift di dalamnya, tidak menduga kalau moda transportasi laut juga bisa senyaman ini.

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang