5| RINTIK HUJAN

33 7 0
                                    

Sejenak, aku bertanya pada diriku.
Mau ku, sebenarnya bagaimana?
Sosok yang ku cintai berada di depanku.
Namun, ia terasa fana.

— THE PERFECT SECRET —

***

SHABIYA masih tidak bisa menutupi keterkejutannya akan sosok yang kini berjalan di belakangnya. Sosok tinggi dengan wajah tampan mempesona. Memikat para kaum hawa yang melihatnya. Banyak yang mencuri pandang ke belakang Shabiya. Membuat Shabiya harus menunduk karena tidak ingin menjadi pusat perhatian.

Mereka sampai di aula. Pandangan Shabiya menyapu ke sekeliling untuk mencari keberadaan Asya. Hingga nampak Asya yang masih fokus latihan. Ini pertama kalinya Shabiya melihat Asya latihan secara langsung. Asya nampak berbeda. Dia terlihat keren dengan seragam taekwondonya.

Di belakangnya, Aryan menaruh buku yang ia bawa. Ikut memperhatikan sekitar. Beberapa yang mengenalnya menyapa, Aryan membalas sekadarnya.

Kemudian, Asya melihat keberadaan Shabiya dan Aryan. Ia meminta izin sebentar kepada pelatih untuk menghampiri mereka. Wajahnya memerah, banjir keringat. Shabiya memberikannya tisu. Asya berterima kasih.

“Kok ada Kakak disini?” tanya Asya, dia tidak pernah melihat Aryan datang kemari setelah resmi keluar dari eskul. Padahal, alasannya masuk eskul ini karena mengagumi sosok kakaknya itu.

“Tadi ketemu di jalan, aku habis ambil buku paket di perpus, Sya,” ujar Shabiya, menjawab jujur.

Asya melirik tumpukan buku paket itu. “Oh, gitu. Tapi, maaf deh Biya. Kayaknya hari ini aku pulang telat. Aku mau ikutan seleksi buat lomba.”

“Kapan?” Kali ini, Aryan yang bertanya.

“Minggu depan.”

“Dimana?”

“SMA sebelah, kenapa emang?” tanya Asya, heran.

“Kok mendadak banget?” tanya Aryan.

Biasanya, seleksi untuk mengikuti sebuah perlombaan paling tidak sebulan sebelumnya. Ini justru hanya seminggu? Benar-benar terlalu berani.

“Tadinya nggak pada mau ikut. Tapi, terlanjur di daftarin sama Kak Rifqi,” jawab Asya.

Rifqi adalah pelatih taekwondo di sekolah itu. Dulu, yang mengajari Aryan juga beliau.

“Udah bilang Ayah Bunda belum?”

“Nanti aku bilang pas pulang!” ujar Asya.

“Oke.”

“Shabiya, hari ini kamu pulang sama Kak Ary, ya! Aku mau lanjutin latihan. Hati-hati di jalan ya!” Asya memeluk Shabiya sebentar. Kemudian, melambai dan kembali untuk mengikuti latihan. Terlihat, pelatih itu menatap Aryan dan Shabiya. Kemudian, melanjutkan kembali mengajar anak-anak.

Shabiya menoleh pada Aryan, “kak?”

“Asya bilang dia mau lanjut latihan. Lo pulang bareng gue gimana?”

[NUG's 7] The Perfect SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang