[7] Kekonyolan Yang Hakiki

1.4K 524 3.9K
                                    

Hai, Readers 🍀

Siap baca part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak petualangan kalian di part ini, cuma vote sama komen aja, kok.

Share juga, yuk, cerita ini ke kerabat kalian biar bisa baca bareng-bareng.

Don't Plagiat!
Plagiat = Melanggar undang-undang hak cipta.




🍀  Happy Reading  🍀
Enjoy you guys

🥎🥎🥎


Terik sinar matahari sedang bersemangat di atas sana menyemburkan cahaya kilaunya, hal itu membuat peluh bercucuran bagi ketujuh siswa yang sedang mendapat hukuman saat ini, sedangkan Julian sudah dibebaskan beberapa menit yang lalu karena sesungguhnya laki-laki itu adalah korban di sini.

Alexa mengeluh, kenapa ia dan teman-temannya harus mendapat hukuman juga? Tidak bisa! Alexa tidak akan membiarkan hal ini berlarut begitu lama, Alexa tidak terima jika harus menjalani hukuman sesuai perintah dari pak Hendra.

"Woilah! Nggak bisa, nih! Ngapa kita berempat malah dihukum lama gini? Wah, nggak bener, nih, pak Hendra," dumal gadis tomboy itu.

"A-aaaakkhh!" Tiba-tiba saja gadis itu memekik saat merasakan ada sesuatu yang menyengat telinganya.

Sontak, ketujuh siswa itu menoleh bersamaan ke arah kanan karena kebetulan Alexa berdiri paling ujung. Bukan hanya keenam siswa itu yang menoleh, Alexa pun menoleh, dan---

"Mama?!" pekik Alexa saat melihat mamanya yang tiba-tiba saja berdiri di samping Alexa sembari menjewer telinga anak gadisnya itu.

"Iya, ini Mama!" sahut Gina.

Alexa nampak gelagapan saat akan menyahuti Gina, gadis itu kebingungan, kenapa mamanya datang ke sekolah? Alexa melirikkan bola matanya ke arah lain, mencoba mencari seseorang yang mungkin saja datang bersama Gina, tetapi tidak ada siapapun di sana, bahkan sang ayah pun tidak ada.

"Mama ngapain ke sini?" tanya Alexa yang nampak panik. "A-aakh! Ma, lepasin, ah! Malu!" Lagi-lagi Alexa melirikkan matanya ke segala arah karena saat ini dirinya bersama siswa lain sedang menjadi tontonan.

"Kamu ini, ya! Lagi-lagi dihukum. Kamu ngapain lagi, Lexa? Berantem? Ngelawan guru? Nakal? Hm? Kamu ini anak gadis, Nak. Mana Natasha sama Cherry?" oceh Gina panjang lebar.

Wanita paruh baya itu melepaskan tangannya dari telinga Alexa, kemudian menoleh dan mencari keberadaan Natasha dan Cherry yang jelas-jelas kedua gadis itu sedang berada di kelas.

"Tante," sapa Mario, Leo dan Geri, lantas ketiga curut Alexa itu mencium punggung tangan Gina dengan khidmat.

"Pasti kalian, nih, yang ajak-ajak Lexa buat bandel? Hm? Kalian kalau mau bandel jangan ajak-ajak anak gadis, dong, Mario, Leo, Geri." Gina melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Alexa langsung menggelengkan kepalanya, bukan ketiga laki-laki itu yang mengajak Alexa, justru Alexa-lah yang mengajak ketiga curutnya itu untuk turut serta membantu Julian walau sebenarnya Julian tidak disakiti.

"Nggak, Ma. Mereka nggak macem-macem, justru Lexa yang ngajakin mereka buat nolongin si Panjul dari ... nih, tiga bocah kampret mau malakin si Panjul." Alexa menoyor kepala Raka setelah tadi menunjuk Raka dan kedua anteknya.

"Iya, Tante, maafin kita, Tante," ucap Mario.

Gina hanya mengembuskan napasnya, merasa pusing dengan kelakuan anak sulungnya. Sebenarnya tadi Gina mendapatkan telepon dari wali kelas Alexa, siapa lagi kalau bukan pak Budi?

Si Paling Tomboy, Katanya ... [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang