Chapter 22 : Is It That Easy?

824 106 50
                                    

"Apakah kau yakin ingin membeli rumah yang ini?" Tanya Ena.

Sei mengangguk dan berkata. "Tentu saja, lagi pula letaknya juga lumayan strategis untuk sebuah cafe"

Sei menoleh ke arah wanita yang di sebelahnya lalu berkata. "Apakah kami boleh melihat-lihat terlebih dahulu"

"Silahkan, katakan saja jika anda membutuhkan sesuatu" kata wanita itu dengan sopan.

Sei dan Ena memasuki rumah itu, rumah itu memiliki desain yang bisa di bilang minimalis dan memiliki dua tingkat dengan atap datar.

Bagian bawahnya cukup luas untuk di jadikan cafe, walaupun masih kosong tapi Sei memiliki beberapa ide di kepalanya untuk desainnya nanti.

Di lantai dua ada satu kamar mandi, dua kamar dan satu kamar utama serta balkon yang menghadap ke jalan. Sedangkan bagian atapnya berupa atap datar.

"Lumayan" kata Sei sambil mengangguk puas dan bertanya kepada wanita yang menemani mereka. "Jadi berapa harganya?"

"Harganya ¥13.000.000" kata wanita itu tanpa ada perubahan ekspresi di wajahnya.

Sei lumayan kagum dengan profesionalitasnya walaupun calon pembelinya merupakan siswa SMA. Yah, walaupun dia bukan siswa SMA biasa tapi tetap saja, biasanya orang dewasa akan meremehkan remaja.

"Apakah kau yakin Sei?" Tanya Ena dengan ekspresi ragu-ragu.

"Tentu, kenapa tidak..." kata Sei sambil mengeluarkan kartu kredit berwarna hitam dari dompetnya.

Ena terkejut ketika melihat kartu di tangan Sei dan berkata dengan terbata. "I-itu?! Apakah itu sungguhan?!"

"Bisakah aku membayarnya menggunakan ini?" Kata Sei sambil menyerahkan kartunya ke wanita itu.

"Inii..." wanita itu sedikit terkejut, tapi dia dengan cepat mendapatkan kembali kesadarannya dan berkata. "Baiklah, kalau begitu saya akan memandu proses transaksinya"

Sei mengikuti wanita itu, dia melakukan pemeriksaan identitas dan mengisi beberapa formulir. Setelah prosedurnya selesai wanita itu pergi dan meninggalkan mereka berdua di rumah itu.

"Bagaimana bisa membeli rumah bisa semudah ini?!" Kata Ena dengan ekspresi rumit.

Sei hanya tertawa kecut dan berkata. "Tentu saja prosedur membeli rumah tidak akan semudah ini jika pembelinya adalah orang biasa"

Ena mengerutkan keningnya dan berkata. "Lalu kenapa kau bisa melakukannya dengan mudah?"

'Karena koneksi milik Issei' Sei ingin mengatakan itu namun dia merasa lebih baik diam saja dan tidak mengatakan apa-apa.

"Entahlah... mungkin dunia ini memang sedikit tidak adil bagi sebagian orang" kata Sei sambil memandang langit yang sudah mulai gelap.

"Apa-apaan dengan jawaban yang tidak jelas itu!" Kata Ena dengan kesal, dia terdiam sejenak lalu berkata. "Omong-omong apakah kartu itu asli?"

"Tentu saja, kau bisa menyentuhnya jika masih ragu" kata Sei sambil memberikan kartunya kepada Ena.

"Whooaa! Aku tidak pernah menyangka bisa memegang kartu ini... dari mana kau mendapatkannya?" Kata Ena dengan mata yang berbinar.

"Itu bukan milikku, itu kartu Ayahku... setelah ini, kartu itu akan aku kembalikan" kata Sei.

Sei sangat bersyukur ketika ayahnya memperbolehkannya untuk menggunakan uang sebanyak itu.

Walaupun awalnya sedikit ragu, tapi setelah mendengar penjelasan Sei, kedua orang tuanya langsung setuju.

Bagaimanapun orang tua mana yang tidak senang ketika anaknya ingin berusaha menghasilkan uang sendiri ketika mereka mampu untuk mendukung kemauan anaknya.

Reincarnated as Handa-kun in Anime WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang