26. Full Time

135 12 2
                                    

Happy Reading<3


"AYAH!"

Almeira berlari menuruni tangga dengan cepat. Hari ini hari Minggu, saat ini ia sangat rindu sekali kepada ayahnya. Semenjak ayahnya menikah lagi, ayahnya tidak pernah menampakkan diri di hadapannya.

Almeira berlari ke sana ke mari. Tetapi, ayahnya sama sekali tidak ada. Gadis itu menghela napas sambil menatap lurus ke depan. Ia kembali berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

"Ayah berubah," Gadis itu mendudukkan tubuhnya di tepi kasur. Tak jarang ia sering kali menelan kekecewaan karena merasa ayahnya benar-benar berubah drastis. Jujur saja ia ingin seperti dulu.

"Ayah kemana, Kak?" tanya Azura tiba-tiba. Anak kecil itu berlari menghampiri Almeira.

"Non Almeira, Tuan Edgar sebentar lagi akan pergi keluar bersama nyonya Revalina dan juga Fiona." seorang pembantu membungkukkan tubuhnya dengan sopan.

Almeira terkejut. Gadis itu langsung berdiri. "Ayah pergi?"

"Betul, Non. Saat ini Tuan Edgar sedang berada di depan rumah bersama nyonya Revalina dan Fiona."

Almeira seketika berlari menuju jendela kamarnya. Ia mendorong tirai dengan perlahan, dan betapa hancur hatinya saat melihat ayahnya tengah tertawa kecil bersama ibu barunya dan juga Fiona.

Azura berlari menghampiri Almeira. Anak kecil itu menangis. "Aku pengen ikut, Kak. Aku pengen ikut sama Ayah. Ayah jahat enggak ajak aku!"

"Aku benci Mama Revalina sama Kak Fiona! Mereka udah rebut Ayah dari aku! Aku benci mereka!!" Anak kecil itu berteriak. Ia semakin menangis meluapkan semua kesedihannya.

Tanpa sadar, air mata Almeira keluar membasahi pipinya ketika melihat ayahnya sudah menaiki mobil kemudian melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Almeira mengepalkan tangan. Kini kedua mata gadis itu sudah sangat memerah menahan amarah. "Gue benci lo, Fiona. Gara-gara lo, ayah gue jadi berubah kayak gini,"

"Ayah jahat Kak, Ayah berubah. Semenjak ada Mama Revalina sama Kak Fiona, Ayah nggak perduliin aku. Ayah udah nggak sayang lagi sama aku..." lirih Azura pelan. Tubuh anak kecil itu bergetar hebat. Tangisannya yang begitu kencang hingga terdengar sesenggukan.

"Ayah jahat..."

Almeira menangis. Ia memeluk erat tubuh kecil adiknya. "Azura jangan nangis lagi. Azura masih punya Kak Meira yang sayang sama Azura,"

"Almeira, Azura."

Almeira tersentak kecil saat mendengar suara kakaknya. Refleks ia seketika membalikkan badan. "Kak Raafel?"

"Jangan nangisin orang yang bahkan nggak peduli sama lo, jadi lo nggak usah nangisin Ayah." cowok itu berjalan dengan perlahan menghampiri kedua adiknya.

"Ikut gue ke depan," ucapnya sambil menatap kedua mata Almeira. "Azura, ayo main sama Kak Rafael." ucapnya lagi sambil menarik lengan Azura.

Almeira tersenyum kecut. Ia berjalan di belakang mengikuti Rafael. "Kak Rafael ngapain ajak aku ke depan?" tanyanya ketika sudah sampai di depan rumah.

"Full time bareng gue," ujar Rafael. Cowok itu menggenggam erat satu tangan Almeira.

"Ayo Kak main sepeda-sepeda'an!!" Azura menarik lengan Rafael. Anak kecil itu berlari menuju taman yang berada di samping rumahnya.

Rafael tersenyum. Cowok itu menatap kedua mata Almeira dalam-dalam. "Don't be sad, Almeira. Ada gue,"

"Kak Rafael! Kak Meira! Ayo main sama aku!!" teriak Azura membuat Rafael dan Almeira tersentak. Dengan cepat mereka berlari kecil menghampiri Azura.

Setelah Kepergianmu IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang