Happy Reading<3
Almeira melamun. Sejak kepergian ibunya, tubuh gadis itu menjadi sangat kurus. Ia selalu menangis, meraung, berteriak memanggil ibunya.
Lagi-lagi Almeira menangis. Sungguh rumahnya saat ini sangat sepi. Rumahnya seolah tak ada lagi kehidupan. Kini tak ada lagi sapaan hangat dari ibunya.
"Mama..."
"Aku kangen sama Mama, Mama pasti udah bahagia kan, di atas sana?" katanya sambil tersenyum pahit.
Almeira berbinar senang saat melihat ibunya. Gadis itu berlari menghampiri ibunya. "MAMA! INI AKU ALMEIRA!!"
Almeira berteriak saat ibunya menghilang. Gadis itu berlari ke sana ke mari sambil tak henti-hentinya menangis. "MAMA JANGAN PERGI! INI AKU ANAK MAMA!!"
"MA!!" Almeira terjatuh. Gadis itu menarik rambutnya sekuat mungkin kemudian membenturkan kepalanya ke dinding.
Bugh! Bugh! Bugh!
"AKU MAU MATI! AKU HARUS MATI BIAR BISA KETEMU SAMA MAMA!!" katanya tak henti-hentinya membenturkan kepalanya ke dinding membuat semua orang yang berada di rumah berteriak panik.
Rafael memeluk erat tubuh adiknya. Cowok itu mengusap lembut punggungnya seolah menyalurkan kekuatan. "Ikhlasin Mama, Al. Mama bakalan sedih kalau lo terus kayak gini,"
Almeira menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Aku mau mati, aku mau ketemu sama Mama. Biarin aku mati,"
Rafael menangis saat melihat keadaan adiknya yang begitu terlihat menyedihkan. Ia pun sama halnya dengan Almeira, ia merasa sangat kehilangan.
"Belajarlah mengikhlaskan Mama, Almeira. Lo masih punya gue, ayah, Azura, oma, dan opa. Lo nggak sendiri." kata cowok itu membuat Almeira semakin menangis.
Azura berlari kecil menghampiri Almeira dan Rafael. "Kak Rafael, Mama di mana Kak?"
Deg!
Perasaan Rafael seolah hancur saat mendengar ucapan adiknya. Ia tidak tega melihatnya. Azura masih terlalu kecil, pasti sangat sulit untuknya jika hidup tanpa seorang ibu.
Raafel menarik lengan Azura dengan perlahan. "Duduk,"
Azura mendudukkan tubuhnya di kursi. Anak kecil itu merasa heran saat melihat Almeira menangis. "Kak Meira kenapa nangis?"
"Azura, Mama udah nggak ada. Itu artinya, Azura nggak bisa lagi lihat Mama. Mama udah tenang di surga." dengan berat hati Rafael harus mengatakan itu semua. Sungguh ia tidak sanggup saat mengatakannya.
Kedua mata Azura sudah berkaca-kaca. "Kenapa aku nggak bisa lihat Mama, Kak? Aku pengen ketemu sama Mama!" teriaknya histeris.
"Mama udah meninggal, Azura. Mama udah nggak ada. Itu tandanya Azura harus ikhlasin Mama..." lirih Rafael. Cowok itu menangis karena benar-benar tidak sanggup mengatakan semuanya.
Azura menangis kencang. "Berarti aku udah nggak punya Mama?"
Rafael menggeleng. "Azura masih punya Mama. Mama nggak pernah pergi ninggalin Azura. Mama selalu di sini..." katanya mengambil lengan Azura kemudian meletakkannya di dadanya.
Azura memperhatikan lengannya. Anak kecil itu menangis sesenggukan. "Mama selalu ada di hati aku..."
"Sekarang, Zura doain Mama ya. Supaya Mama tenang di atas sana,"
Azura mengangguk. "Iya Kak. Aku bakal selalu doain yang terbaik buat Mama."
Rafael tersenyum tulus. Cowok itu memeluk kedua adiknya dengan erat. Mau bagaimana pun ia tidak boleh menangis. Ia anak pertama yang kuat, dan juga ia seorang laki-laki. Seorang laki-laki tidak boleh lemah.
![](https://img.wattpad.com/cover/268635423-288-k763653.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kepergianmu Ibu
Teen FictionKehilangan seorang ibu tentunya membuat semua anak menjadi sangat terpuruk. Almeira Amantha, gadis remaja yang selalu terlihat ceria, kini tidak ada lagi kebahagiaan yang terpancar di wajahnya setelah kepergian ibunya. Kepergian ibunya berhasil memb...