Bethryan bingung kenapa Serena menariknya menuju ke meja makan. Ternyata gadis itu ingin menyerahkannya kepada para tamu besar yang duduk di sana.
Tampak tiga lelaki asing berpaling padanya. Yang paling kiri mengenakan sweater turtleneck hitam, acuh tak acuh menengok sebentar lalu melahap makanannya lagi. Sementara saudaranya sedikit menunjukkan minat. Alis tegasnya tertaut heran. Laki-laki lembek begitu susah diatur dari mananya? batinnya.
Sementara pria yang tertua diantara mereka dengan kemeja army tersenyum. "Halo, Nak?"
Entah mengapa itu membuat Beth gugup. Dengan secuil nyali dia memberanikan diri untuk tetap mengangkat kepala. "Se-selamat siang, Tuan." Beth mengangguk kaku.
"Tuan?" Alis Azkano terangkat sebelah. "Siapa? Maksudmu aku? Aku, 'kan, pamannya Asterla. Jadi panggil aku Ayah."
Semua orang tercengang.
"Uhuk! Uhuk ...," Bahkan Assand sampai terbatuk-batuk.
Azkano tertawa renyah. "Hahaha, bercanda. Kemarilah, Nak." Azkano mengusir Ace yang duduk di samping kanannya agar pindah.
"Aku sedang makan!" protes Ace tak terima.
"Aku ingin bicara dengan anak itu. Ayo cepat pindah atau ku cap kamu sebagai anak durhaka."
Asherdan mendecak lidah dan terpaksa bangkit sembari membawa piringnya.
Ba-bagaimana ini?! Hati Bethryan menjerit tak tenang. Dia mendadak dilingkupi perasaan takut. Namun, lambaian Azkano yang mengisyaratkannya agar segera mendekat tidak bisa Beth tolak. Beth kemudian duduk diantara Azkano dan Assand. Setengah mati berupaya menutupi gemetar di tubuhnya.
Azkano menyingkirkan piring, lantas memberi perhatian penuh pada Bethryan. Karena Beth terus menunduk, pria itu sampai ikut merendahkan kepala agar pandangan mereka bertemu. "Kamu putra Mrs. Iraya?"
Beth mengangguk kaku. "Iya, Tu-," ucapan Beth terhenti karena dia tidak tahu harus memanggil Azkano dengan sebutan apa.
"Kalau tidak nyaman, panggil aku sesukamu saja," kata Azkano lembut, tidak ingin membuat Beth tertekan. "Kamu sudah makan?"
Awalnya Beth menggeleng, tapi begitu sadar ada dua pasang mata sedang mengawasinya, Beth langsung mengangguk cepat.
Menyadari mata Beth bergerak gelisah, Azkano mundur kembali. "Oh, begitu, ya. Padahal aku sudah memanggilmu untuk makan bersama kami."
Ekspresi kecewa Azkano membuat Beth tertekan. Pandangannya tak sengaja berpapasan dengan Iraya dan wanita itu memberinya peringatan untuk tidak mengecewakan tamunya. "Eng-, ta-tapi saya masih lapar."
Azkano dengan semangat langsung mendekatkan semua hidangan ke depan Beth. "Nah, baguslah. Kalau begitu makanlah yang banyak."
Asterla meremas roknya tak senang. Hatinya panas lantaran Azkano lebih tertarik pada Bethryan ketimbang dirinya. Padahal aku adalah tokoh utama yang jadi alasan mengapa mereka datang ke sini. Beraninya Beth merebut posisiku!
"Mommy," bisiknya pada Iraya, bermaksud mengadu.
"Kamu diam saja, Sayang. Yang terpenting sekarang adalah kenyamanan mereka." Iraya tidak bermaksud membela Beth. Prioritasnya hanya ingin mendapat banyak uang. tapi kata-katanya membuat Asterla semakin kesal.
Di sisi lain, Assand dan Asherdan sama-sama tidak mengerti. Aneh sekali. Ayah mereka tidak pernah memperlakukan orang lain seperti itu bahkan pada anaknya sendiri.
Assand diam-diam mengirim pesan kepada seseorang dengan ponselnya di bawah meja.
Assand : Atley, kapan kamu menyusul kemari? Ada yang tidak beres di sini.
🕊🕊🕊
Acara makan bersama sudah selesai. Seperti biasa, Beth membantu Serena mencuci peralatan makan disaat para Elvander sudah memasuki kamar mereka masing-masing.
"Sepertinya beliau menyukaimu," ungkap Serena puas lalu cekikikan. "Apa kamu lihat ekspresi kakakmu tadi? Ubun-ubunnya seperti akan mengeluarkan api saat melihatmu akrab dengan Paman."
Paman? "Bukannya kamu yang lebih akrab dengannya? Kamu bahkan sudah biasa memanggilnya 'paman'."
Ucapan asal Bethryan membuat Serena tersipu. Ahiyy, apa kamu cemburu karena aku dekat dengan pria lain, Beth?
"Apa? Kenapa menatapku sambil senyam-senyum begitu?"
Malu tapi senang, Serena menyundul Beth dengan pinggulnya sampai badan 'laki-laki' itu sedikit oleng. "Lanjutkan saja pekerjaanmu, Bodoh," rutuknya salah tingkah.
Seseorang tiba-tiba mendekat, duduk di seberang kitchen set dan menunggu mereka. Serena yang menyadari kehadiran pria itu lantas menyenggol Beth dan mengisyaratkan padanya agar berpaling ke belakang.
Beth mendapati Assand tengah menangkup kedua tangan di atas meja, memperhatikannya teliti tanpa ekspresi.
Meskipun sikapnya tidak sesopan Azkano, Assand tak kalah menawan dari sang ayah. Dibalut baju press body, postur tegapnya tercetak jelas. Dengan rambut hitam yang sedikit panjang namun cukup rapi, membuat penampilan pria itu makin terkesan seksi.
Beth menelan ludah, menguatkan diri sebelum mengajukan pertanyaan. "Ada yang mau Anda bicarakan dengan saya?"
"Ada."
Tidak mau mengganggu keduanya, Serena menyingkir dari sana.
"Apa dari dulu Ashla memang begitu?" tanya Assand to the point.
Tak mengerti apa maksud Assand, Beth menelengkan kepala. "Begitu?"
Selama tiga belas tahun berpisah, Iraya tidak pernah mengirimkan foto wajah Ashla pada Elvander dengan alasan anak itu pemalu. Tapi gadis yang dilihat Assand hari ini jauh dari ekspektasinya. Sikap centil dan manja Asterla sama sekali tidak menunjukkan kalau dia gadis pemalu. Karena terbiasa dekat dengan bermacam-macam wanita, Assand dapat dengan mudah menggolongkan mereka. Dan Asterla yang dikenalnya hari ini adalah jenis yang paling dia hindari.
"Apa sejak dulu sifatnya memang begitu? Atau sebelumnya dia gadis pemalu?" Assand mengulangi pertanyaannya.
Makin dipikirkan makin membuat Beth tidak paham. Dia pun menjawab apa adanya. "Seingat saya, sikap Kak Asterla tidak pernah berubah."
Jawaban Bethryan memang masuk akal. Gadis pemalu tidak mungkin berubah jadi seperti 'itu'. Fakta itu membuat Assand kecewa berat. Kecewa karena Ashla-nya yang dulu tidak mampu Assand kenali lagi.
Assand bangkit berdiri. "Dengar, aku tidak suka bergaul dengan laki-laki sepertimu," peringatnya sebelum pergi, "jadi jangan bicara denganku kalau tidak penting."
Tak terima Beth-nya diperlakukan semena-mena, Serena dengan spatula langsung keluar dari tempat mengupingnya. "Ha? Sombong sekali! Siapa juga yang mau bicara denganmu!"
Beth tidak menduga Serena berani memaki Assand. Apalagi sampai menodongkan spatula. Bethryan menahan lengan Serena sekuat tenaga agar tidak mengejar Assand. Kalau Iraya tahu, bisa gawat. "Serena, tenanglah!"
Untungnya Assand mengabaikan makian Serena. Dia hanya menengok sekilas sebelum melenggang pergi.
"Awas kamu laki-laki ta*! Akan ku adukan pada ayahmu, dasar bab*!"
"Serena!"
Serena menyeka keringat hasil amarahnya sebelum menunjuk-nunjuk Beth dengan spatula. "Oke, kali ini aku melepasnya. Tapi, kalau lain kali dia begitu lagi padamu, jangan hentikan aku mencincangnya!"
Beth meringis ngeri. Tapi aku khawatir pekerjaan ibumu menjadi taruhannya, Serena. Yah, mau bagaimana lagi. Bethryan tidak boleh cari masalah dengan putra pertama Azkano. Atau Serena akan terkena imbasnya.
Tak lama setelah Serena pergi, Asherdan malah menghampiri. Laki-laki bertindik itu tiba-tiba menarik kerah Beth dan menyeretnya pergi. "Aku bosan. Temani aku keliling kota ini!"
Serena! Tolong aku!
![](https://img.wattpad.com/cover/76225906-288-k743550.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Asterla In The Midst Of Her Brothers
Teen FictionIni kisah tentang Asterla, putri kesayangan Keluarga Elvander yang terpaksa berpura-pura menjadi pria. Lantaran suatu masalah, Asterla kecil harus berpisah dengan tiga kakak lelakinya. Dia pergi ke tempat yang jauh dan tinggal bersama Bibi Iraya. Bu...