Chapter 12. Kesalahan Assand

2.6K 275 31
                                    

Assand turun ke ruang makan pertama kali sebelum Ace dan ayahnya. Sudah tersedia berbagai hidangan untuk sarapan di atas meja. Iraya dan Asterla duduk bersampingan. Sementara Serena membantu ibunya membereskan dapur. Dimana Bethryan?

"Kakak cari siapa?"

Assand menengok pada gadis berseragam yang barusan bertanya. "Ace."

"Mungkin masih tidur. Kemarin, 'kan, Kak Asherdan dibuat kesulitan gara-gara Beth. Pasti sangat lelah."

Yeah, siapa peduli? Lagi pula Assand hanya menjawab pertanyaan Asterla sekenanya. Enggan duduk berdekatan dengan wanita-wanita aneh itu, Assand mengambil tempat terjauh.

"Assand, duduklah di dekat Asterla saja. Tidak perlu malu."

"Iya, Kak. Di sini saja!"

Assand memutar otak mencari jawaban. Kebetulan kursinya terpapar cahaya. Dia bisa menjadikan itu sebagai alasan. "Di sini saja, Bi. Berjemur di bawah matahari pagi bagus untuk kesehatan."

"Wah, benar juga." Kerlingan Iraya beralih pada Asterla. "Sana, Sayang. Kamu juga harus banyak berjemur."

"Baik, Mom!" Asterla langsung memindahkan piringnya ke samping Assand.

Nafsu makan Assand mendadak hilang. Sial.

Tak berselang lama, Azkano ikut bergabung sehabis mandi dan berpakaian rapi. Dilihatnya Assand tampak tertekan lantaran Asterla terus menempel padanya. Sedangkan Beth, Azkano belum berjumpa lagi dengannya sejak pertemuan tak sengaja mereka di pagi buta.

"Dimana Beth?"

Assand jelas menunjukkan minat begitu ayahnya bertanya tentang Beth pada Iraya.

Iraya tertawa kecil. Terkesan sok manis. "Maaf, Tuan Azkano. Beth itu pemalas, jadi dia selalu bangun siang."

"Haha, lucu sekali, Iraya. Seseorang yang mengepel lantai dipagi buta kamu sebut pemalas?" Setidaknya saat tidak ada Beth, Azkano akan menunjukkan taringnya pada orang-orang yang selama ini membuat Asterla asli menderita.

Semua orang terkejut mendengar kalimat sarkas Azkano. Iraya terutama. A-apa? Kenapa sikap Tuan Azkano sangat berubah? Apa aku ketahuan telah menipu mereka? Sepertinya mustahil. Setelah belasan tahun tidak bertemu, tidak mungkin Azkano masih mengenali Asterla.

Assand tak menyangka ayahnya pun lelah menghadapi Iraya. Pemuda itu menepis pelukan Asterla dan memastikan pemahamannya akan ucapan Azkano tak salah. "Siapa yang mengepel? Bethryan?"

"Ya. Dia membersihkan rumah seorang diri disaat orang-orang rajin di rumah ini masih mimpi indah," sindir Azkano menatap Iraya dan Asterla secara bergantian.

Daripada menghiraukan sindiran Azkano, Assand lebih memikirkan kondisi Beth. Jangan-jangan setelah muntah di tengah malam, Bethryan tidak istirahat lagi? "Dalam keadaan sakit dia melakukan aktivitas fisik?"

Azkano mengerutkan kening ke Assand. "Siapa yang sakit?"

"Beth. Semalam dia muntah-muntah. Aku baru akan memanggil Ayah, tapi sepertinya tidak perlu."

Netra kecoklatan Azkano melebar. Bahkan saat sakit pun dia diam saja? Azkano buru-buru bertindak. "Iraya, ambilkan nampan."

Iraya menengok ke dapur untuk melimpahkan tugas pada asisten rumah tangganya. "Marin-,"

"Aku menyuruhmu!"

Nada tinggi Azkano membuat ruang makan menjadi senyap seketika. Iraya tak berani membantah. Dia terpaksa merampas nampan dari tangan Serena. Azkano sengaja mengancam Iraya saat Bethryan tidak ada.

"Serena, berangkatlah ke sekolah. Lalu kamu istirahat saja, Marin. Mulai sekarang biar Iraya yang mengurus rumah ini sendiri." Marin adalah ibunda Serena, seorang wanita tua yang bekerja untuk Iraya sebagai asisten rumah tangga.

Marin dan Serena saling bersitatap. Siapa yang harus mereka patuhi? Iraya sang pemilik rumah atau Azkano yang datang hanya sebagai tamu?

Iraya tak terima diperlakukan seperti itu. "Tuan Azkano, apa maksudnya ini?! Saya adalah wali Asterla, yang selama ini membesarkan dia!"

Ya, kamu membesarkan Ashla setelah menukar posisinya. "Kalau kamu tidak setuju dengan keputusanku, ya sudah pergi saja. Tapi jangan libatkan Marin atau Serena. Uang yang kamu dapat untuk menggaji Marin selama ini berasal dariku, bukan? Itu artinya secara tidak langsung akulah bosnya. Kamu yang bukan siapa-siapa tidak berhak mengatur bawahanku seenaknya."

Sebenarnya apa yang terjadi? Tidak hanya Iraya dan Asterla, Marin dan Serena pun terguncang dengan Azkano. Kemarin pria itu masih bersikap hangat pada Iraya. Namun, lihat sekarang! Setan jenis apa yang merasukinya?!

Sementara Asterla meremas roknya super kesal. Sebagai anak, dia pun tidak terima ibunya dipermalukan di depan pembantu rendahan mereka. Bodohnya lagi, gadis itu masih percaya Azkano akan luluh jika dia yang memohon. "T-tapi, Paman. M-mommy harus mengantarkan Asterla ke sekolah," pinta Asterla membuat ekspresi menyedihkan.

Sayangnya itu tidak mempan untuk Azkano. Sambil menata menu sarapan di atas nampan, pria itu menegaskan, "Kamu bukan anak kecil lagi. Berangkatlah sendiri. Jangan manja."

🕊🕊🕊

Bayangan samar seseorang di ambang pintu membuat Beth terbangun. Sehabis mengepel lantai beberapa saat lalu dia hanya ingin berbaring sebentar. Tahu-tahu dia malah ketiduran. Siapa orang itu? Ibunya, kah? Sejak kapan badan Iraya setinggi itu?

Beth bangkit duduk, mengucek mata dalam keadaan setengah sadar. Dia masih berantakan, hanya dengan korset dada yang membalut tubuhnya. Toh, sekarang adalah waktu sekolah. Tidak mungkin orang itu Serena, bukan?

"Kalau masih mengantuk tidur lagi saja."

Hm? Kenapa suara Ibu jadi seperti pria? Seingat Beth, di rumah tidak ada lelaki-, Bethryan refleks menarik selimut! Kesadarannya seketika pulih sepenuhnya. Gara-gara ketiduran sebentar, Beth lupa sesaat kalau ada tiga laki-laki yang sejak kemarin mulai tinggal satu atap dengannya.

Beth membeku menyadari orang yang masih berdiri di ambang pintu dengan membawa nampan berisi sarapan itu adalah Assand. "A-ada apa?"

"Ayah menyuruhku membawakan ini." Assand sudah berpakaian rapi dengan dalaman turtleneck dan jas kasual. Dia harus segera pergi ke lokasi pembangunan setelah mengantarkan sarapan sesuai perintah Azkano.

Menyadari Beth tidak nyaman dengan kehadirannya, Assand segera meletakkan nampan tersebut ke meja terdekat. Dengan posisi memunggungi Beth, pria itu bicara sambil tangannya sibuk mengiriskan daging menjadi potongan kecil. "Maaf masuk kamarmu tiba-tiba. Aku sudah berkali-kali mengetuk, tapi kamu diam saja. Ini ada tablet vitamin dan pereda mual. Kalau sudah tidak mual minum saja vitaminnya. Habiskan makanannya, lalu ...,"

Meski tidak dapat mendengar dengan baik, Beth tahu Assand bicara panjang lebar. Mengingat kemarin pria itu terus bersikap kasar padanya, bukankah aneh kalau sekarang dia berubah jadi perhatian?

"Itu saja. Kamu dengar aku?" Assand menoleh dari bahu selepas menata sarapan Beth dan selesai bicara.

Beth mengangguk cepat.

"Lalu jika tidak keberatan, Ayah mengajakmu makan siang di taman."

Beth mengangguk lagi.

"Kalau begitu, aku pergi. Segeralah makan selagi hangat."

Satu detik setelah Assand menutup pintu, Beth meloncat kacau dengan tangan meremas rambut frustasi. Pikiran resahnya mulai melantur kemana-mana. Cuma melihat badanku sebentar, tidak mungkin dia langsung menyadarinya, 'kan?!

Dibalik pintu, Assand terpaku. Ekspresinya menunjukkan kebingungan dan kekosongan. Melihat sosok Beth hanya mengenakan korset tipis nyaris membuatnya menjatuhkan nampan. Ini gila! Assand membekap mulutnya sendiri tak percaya.

🕊🕊🕊

Cus, paket BACA DULUAN di Karyakarsa masih ada. Cepat sebelum kehabisan, yuks!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asterla In The Midst Of Her BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang