Chapter 3. Rahasia

1.4K 190 14
                                    

"Beth!" Sudah ke tiga kali Serena mengetuk pintu kamar Bethryan, tapi seperti biasa, laki-laki itu tidak menjawab. "Anak ini! Dia pasti sedang melamun!" omelnya kesal.

Tak punya pilihan, Serena pun langsung menerobos masuk. "BETHRYAN BODOH! JANGAN SALAHKAN AKU KALAU KAMU SEDANG TIDAK PAKAI BAJU!" seru Serena.

Sesuai dugaan, laki-laki muda itu tengah fokus menulis ulang laporan milik Asterla. Serena mendekat dan merendahkan kepalanya ke bahu Beth. "Butuh bantuan, tidak?"

Beth terperanjat dan spontan memeluk dirinya sendiri. "Kamu, kenapa masuk kemari?!"

Meskipun mereka berteman, Beth tidak pernah membawa Serena masuk ke kamarnya. Karena menurut Beth, itu adalah area terlarang yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain selain Iraya, Asterla, dan ibu Serena.

Melihat reaksi berlebihan Beth, Serena mengangkat alis keheranan. "Aku sudah memanggilmu dan menggedor pintu kamarmu keras-keras, loh."

Masih berposisi memeluk diri sendiri, Beth menjawab dengan gugup. "I-itu ... kamu tidak boleh masuk ke kamar laki-laki. Meskipun teman, kita masih punya batasan."

Mungkin jika Serena tidak punya perasaan terhadap Bethryan, dia akan baik-baik saja mendengar kalimat itu. "Tidak perlu pedulikan aku. Kamu lanjut menulis saja." Serena menyembunyikan ekspresi kecewanya dengan pura-pura mengedarkan pandangan ke interior kamar Beth.

Beth lantas menghela nafas. "Oke, kamu boleh di sini tapi duduk saja di kasur. Diam dan jangan menoleh ke mana-mana."

Apa kamu meletakkan celana dalammu ke sembarang tempat dan malu jika ketahuan olehku, Beth? Pfft, lucu sekali. Serena membayangkan yang tidak-tidak. "Baiklah-baiklah. Aku hanya akan duduk diam seperti ini dan tidak melihat kemana pun."

Meski sedikit ragu, Beth kembali duduk di kursi meja belajarnya setelah membenahi letak bajunya yang kedodoran. Dengan posisi membelakangi, Beth menoleh dari bahu. "Kamu sampai datang ke sini. Pasti ada sesuatu yang mau kamu katakan, bukan?"

"Yeah. Aku mau tanya tentang Elvander-Elvander yang dibicarakan Nyonya Iraya dan kakakmu tadi siang. Siapa mereka? Nyonya bahkan sampai menyuruh Ibu menyiapkan hidangan terbaik saat mereka datang nanti."

"Aku juga tidak tahu."

"Apa? Nyonya tidak memberitahumu? Padahal mereka mau tinggal di sini selama sebulan tapi Nyonya tidak memberitahumu sama sekali? Memangnya kamu batu?!"

"Serena," tegur Beth.

"Iya-iya. Maksudku, kenapa Nyonya tidak memberitahumu sedikit pun tentang mereka? Kalau benar-benar orang penting, bukankah kamu seharusnya diberitahu? Kamu, 'kan, juga anggota keluarga."

Beth tersenyum. Dia juga berharap begitu. Tapi Beth tidak mau dianggap mengganggu oleh ibunya. Toh, Iraya sudah berpesan agar dia bersikap selayaknya seorang putra. Bethryan hanya perlu mematuhi perintah tersebut agar Iraya terkesan. "Aku tahu kamu khawatir, tapi tidak apa-apa, Serena. Nanti juga aku akan tahu."

Serena mengamati punggung Bethryan yang tiba-tiba terdiam. Laki-laki itu punya rambut yang agak panjang. Daripada tampan, Beth cenderung terlihat cantik. Kalau membayangkan Beth pakai rok dan wig, dia pasti akan lebih memesona dibanding Asterla.

Sebenarnya Beth tidak sepenuhnya tidak tahu. Dia sering menemukan nama-nama orang asing bermarga Elvander tertera di paket-paket hadiah yang datang dari jauh untuk Asterla. Ada empat nama yang sudah begitu Beth hafal karena seringnya mereka mengirim hadiah.

Azkano, Assand, Asherdan, dan Joreas.

Sebenarnya, apa hubungan mereka dengan Asterla?

Merasa bosan, Serena pun melenggang keluar kamar. "Beth, ini sudah hampir malam. Aku pulang dulu, ya. Daah."

Asterla In The Midst Of Her BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang