BAB 21 : Wisuda

1.9K 160 1
                                    

Vote+komennya Bunda!

Happy Reading ❤️

****

21. Wisuda

Pagi-pagi sekali Lisa bersiap untuk mengikuti acara wisuda. Karin, Neil, dan Ayah mereka sudah siap dengan pakaian mereka, sedangkan Lisa masih sibuk dengan ponselnya.

Kemarin malam Rendra mengatakan jika dia sedang dalam perjalanan ke markas di luar kota untuk persiapan kemiliteran entah apa itu, Lisa tidak terlalu paham dengan yang Rendra katakan lewat telepon semalam. Lisa sudah memberitahu pada Rendra bahwa hari ini dia akan wisuda, namun pria itu tak mengatakan sepatah katapun untuk hal itu. Seakan tak mau membahasnya.

Lisa sedih? Ya sedih, pasalnya pria itu selalu mengatakan bahwa jika nanti Lisa wisuda maka dia akan datang dan membawa kado serta buket bunga yang besar untuk Lisa. Dan sekarang? Boro-boro rencana buket bunga besar itu, membahasnya saja dia tidak mau.

Lisa menghela napasnya, pesan ketiganya belum dibalas juga oleh Rendra. Sepertinya pria itu amat sibuk hari ini, Lisa pasrah saja. Mungkin bukan harinya dia menerima buket bunga seperti janji pria itu padanya.

"Ayo, Lisa. Nanti kita telat!" ajak Karin.

"Iya-iya!"

Mereka pergi ke gedung acara wisuda itu, Lisa duduk di samping kedua temannya. Oca dan Cia nampak repot sendiri dengan kebaya yang Oca pakai.

"Oca, oca! Gini aja Lo udah ribet, apalagi beneran Lo make baju adat Lampung!" cibir Cia.

"Hah? Emang dia mau pakai itu baju adat?"

"Iya, Lis. Nih anak keukeuh banget pake baju adat Lampung buat wisuda, dikira lagi parade budaya kali ya? Pake kebaya aja udah kerepotan gini, apalagi pake baju adat Lampung anjim!"

"Ya kan lucu gitu pake yang ada diatas kepalanya!"

"Lucu sih lucu, terus lu pake topi toganya gimana anying!" kata Cia.

"Eh iya juga ya?"

"Belegug sia!"

Lisa terkekeh mendengar penuturan spontan Cia yang memang selalu dia keluarkan saat Oca berulah.

"Mas ganteng dateng, Lis?" tanya Oca.

"Nggak kayaknya, dia ada kerjaan."

"Yah, padahal gue mau potbar sama dia."

"Dih, dikira pacarnya Lisa artis kali ya?" ujar Cia.

"Lah emang udah pacaran?" heran Oca.

"Eh belum emang Lis?"

"Belum,"

"Anying, masih di anggurin. Udahlah buat gue aja!" kata Oca.

"Buat lu aja, pikirin tuh standingnya Haechan yang lu bawa!"

"Hah? Emang dia jadi bawa itu papan berdiri?" tanya Lisa.

"Jadi, tau nggak sih Lis. Gue malu banget pas nyampe sini, apalagi kan gue berangkatnya bareng ni anak. Bopong-bopong tuh standing sampe ke dalem."

"Ya elah, bawa papan orang ganteng tuh nggak harus malu."

"Gitu tuh kalo udah bucin parah sama bias!"

Lisa naik ke atas panggung saat namanya disebut sebagai mahasiswi terbaik di kampus dengan nilai tertinggi pertama. Dia menerima piagam dan piala serta sertifikat.

Setelah itu acara usai dengan upacar penutupan wisuda, para keluarga masing-masing wisudawan wisudawati berhamburan mencari anak mereka, begitupun dengan Lisa. Dia mencari keberadaan Karin dan Ayahnya itu. Bukannya menjumpai keluarganya, Lisa dikejutkan dengan kedatangan Rendra bersama Ridho yang masih memakai seragam PDH tentara milik mereka.

Rendra membawa sebuket bunga besar dan juga dua kantung paper bag ditangan kanannya. Dia menghampiri Lisa yang tersenyum dari kejauhan, Oca dan Cia yang berada di samping Lisa merasakan suasana romantis tiba-tiba. Pasalnya kedua sejoli ini langsung berpelukan dengan hangat membuat jiwa-jiwa jomblo kedua cewek itu meronta-ronta.

"Katanya lagi sibuk, kok datang?" tanya Lisa.

Rendra terkekeh melihat wajah ngambek Lisa, "Sengaja biar kamunya ngambek."

"Jahat banget, udah lemes tau nggak sih pas tau kamu nggak dateng!"

"Gila mirip banget sama Jaehyun anjir!" seru Oca saat melihat Rendra.

Cia menempeleng kepala Oca, "Kebiasaan banget Lo ya miripin orang sama cowok Korea!"

"Sakit, Ci!"

"Biarin, biar sadar!"

Rendra terkekeh melihat kelakuan dua teman Lisa yang tak jauh dari gadisnya itu.

"Maaf ya masnya disamain sama Jaehyun-Jaehyun. Jangan heran Mas, emang gini anaknya si Oca!" kata Cia tak enak.

"Iya nggak apa."

"Oh iya, kenalin mereka temen aku. Yang kecil namanya Oca, yang satunya lagi itu Cia namanya. Dan Cia Oca, kenalin dia Mas Naren, dan itu yang dibelakangnya Ridho, temen SMA gue dulu sama adek lettingnya Mas Naren."

"Hai, Ridho," sapa Oca.

"Hai," sapa Cia dengan cuek.

Ridho mengangguk dengan senyuman.

"Yaudah kita cabut ya Lis, ini si Oca mau Poto sama dosbingnya katanya sekalian buat dipajang di Mading kampus."

"Iye, ini juga Mas jodoh udah nungguin," kata Oca yang merujuk pada standing Haechan yang ia bawa.

"Yaudah, nanti kalo udah selesai telepon gue aja. Kita belum foto soalnya!"

"Siap!" jawab keduanya.

"Kapten, saya juga balik ya!" ujar Ridho.

"Hm, yaudah. Makasih ya!"

"Iya, duluan Lis!"

"Hati-hati!" ujar Lisa.

Ridho, Cia, Oca telah pergi. Kini tinggal Lisa dengan Rendra. Gadis itu sibuk melihat isi paper bag yang Rendra bawa.

"Huaa, lucu banget bonekanya!" kata Lisa yang memuji dua boneka beruang mini yang diberi pakaian Tentara dan perawat.

"Cocok banget sama kita ya, akunya tentara kamunya perawat. Jadi kalo aku terluka kamu yang mengobati."

Lisa terkekeh, dia memasukkan kembali dua boneka itu ke dalam paper bag.

"Kita nggak mau Poto dulu tuh disana? Kapan lagi kan Poto sama orang ganteng seasrama?" ajak Rendra.

Lisa tertawa riang, "Siap! Poto sama orang ganteng seasrama, yuk mas ganteng kita Poto."

****

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang