LNS | Chapter 03 - You don't remember me
…🌷…
BTS - I need you
…🌷…
Sebuah foto yang disimpan di tengah-tengah karangan bunga serta guci berisikan abu disimpan tidak jauh dari sana seolah tidak menggerakkan hati Logan untuk bersedih. Wanita yang berada di dalam foto itu tersenyum manis sangat cantik dengan kemeja putih dan rambut yang sengaja di uraikan. Senyuman yang bahkan tidak pernah Logan dapatkan semenjak kecil.
Wanita itu memang Ibu kandungnya karena dialah yang melahirkan Logan. Namun, dia bukan ‘Ibu’ dalam artian sesungguhnya. Lalu sebenarnya apa hubungan Logan dengan wanita itu?
“Logan,” suara berat dari arah samping memanggilnya pelan.
Pria berjas hitam yang merupakan kakeknya itu mengulurkan sebuah surat untuk Logan.
“Untuk putraku, Logan Kim” tertulis di atas kertas coklat.
Logan menatap mata kakeknya tanpa berniat meraih surat itu, meminta kejelasan kenapa di sana tertulis kalimat yang sangat asing di telinga Logan.
“Dari ibumu, selama ini dia tidak berani mengatakannya langsung padamu jadi dia menulis surat agar kau tau isi hatinya,” jelas Bang Daniel.
Logan memutar matanya malas merasa tidak perlu tahu isi hati seseorang meskipun itu Ibunya sendiri. “Buang saja, tidak penting.”
“Aku tau kau sudah sangat membenci kami, tapi tidak bisakah kau berempati sedikit saja? Ini alasan kenapa Ibumu lebih menyukai adikmu—”
“Aku tidak suka membahas orang yang sudah mati,” potong Logan tegas. Dia menatap Daniel dingin dan tajam, tanpa ekspresi dan sangat misterius membuat Daniel terkesiap dengan tatapan cucunya itu. “Bagiku dengan atau tanpa adanya mereka, aku akan tetap melanjutkan hidupku seperti yang aku mau.”
“Jadi bisa kita bicarakan maksud email yang kau kirim kemarin padaku?” ujar Logan tenang kembali.
Di dalam diri Logan hanya ada 2 perasaan saja yaitu, rasa marah dan rasa ketenangan. Logan pintar dalam mengendalikan diri ketika marah, dia juga pintar memanipulasi ekspresinya sebaik mungkin sehingga lawan tidak akan pernah bisa menebak isi hatinya. Terlebih, intuisi, kepekaan dan insting Logan sangat tajam. Hal yang membedakan Logan dengan manusia pada dasarnya. Keahlian yang entah dia dapat dari mana.
Meski begitu Logan juga pernah merasakan sedih dan senang tapi itu sudah lama tidak ia rasakan lagi.
“Bukankah kau memang mencarinya?” Daniel kembali bertanya.
Logan mengangguk pelan, “tapi aku tidak yakin dia orangnya.”
Daniel menatap Logan ragu, “seorang Logan merasa tidak yakin?”
Dan Logan hanya menatapnya tanpa berniat membalas perkataan Daniel.
****
“Satu pasta Aglio e olio untuk meja no 7,” teriak Beokju dari dalam dapur.
“Nae,” balas Sun hye seraya menghampiri untuk mengambil hidangan itu. Hari ini kondisi kafe cukup ramai sehingga membuat Sun hye harus ekstra bekerja cepat seorang diri. Pasalnya rekan kerja Sun hye mendadak ijin tidak kerja.
Sun hye hanya pekerja paruh waktu, terkadang bekerja di kafe, menjadi supir panggilan, atau bernyanyi di setiap bar menjadi kegiatan sehari-hari bagi Sun hye. Meskipun sebenarnya Sun hye tidak perlu khawatir meskipun tidak mendapat pekerjaan karena Park Tae ho akan selalu membantunya. Uang bukan lagi masalah untuk Tae ho.
Tapi, Sun hye tidak mau hidup bergantungan pada orang lain. Sudah cukup keluarga Tae ho banyak membantunya selama ini jadi sekarang biarkan Sun hye membalas budi kebaikan mereka.
Brug
Sun hye cepat-cepat menunduk meminta maaf pada seorang pria yang baru masuk ke dalam kafe. Beruntung Sun hye tidak membawa makanan di tangan atau kalau tidak dia harus membayar ganti rugi karena berani menumpahkan makanan kepada pelanggan.
“Joesonghamnida*,” lirih Sun hye membungkukkan badannya.
Tanpa melihat pria itu Sun hye langsung melangkah cepat ke arah dapur. Masih ada makanan yang harus ia antar ke meja-meja sebelum Beokju marah nantinya.
Dua puluh menit berlalu, akhirnya Sun hye bisa sedikit merenggangkan otot-ototnya yang mati rasa. Dia menyandarkan kepalanya di atas meja pantry yang dingin menjadikan lengan sebagai bantal. Nam Ji eun sibuk mengurus menghitung uang di kasir sedangkan Beokju sudah bersiap akan pergi.
“Sun hye~ahh aku akan mengantar makanan jadi aku menitipkan semuanya padamu dan Jieun, yah.”
Sun hye sempat akan protes tapi Beokju segera menyela, “Jin hyuk kecelakaan, jadi aku harus mengganti tugasnya.”
Dengan langkah terburu-buru Beokju segera mengangkat tas besar lalu menyalakan motor sebagai alat delivery. Sun hye hanya menghela nafasnya pelan.
“Sun hye~ahh meja no. 10,” teriak Jieun.
Sun hye menggeram kecil tapi dia tetap berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dapur seraya membawa buku pesanan. Dilihatnya seorang pria sedang duduk santai seraya membuka-buka menu makanan kafe.
Pria itu mendongak dan menatap Sun hye dibalik kaca mata hitam yang ia pakai.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Sun hye seramah mungkin.
“Ice americano satu.”
Sun hye mencatatnya langsung, “ada tambahan?”
Pria itu terdiam sesaat sebelum tersenyum tipis menatap Sun hye membuat gadis itu bergidik ngeri melihatnya.
“Boleh saya tanya menu andalan di kafe ini?”
“Menu andalan kami adalah pasta—”
Pria itu menggeleng cepat, “saya tidak suka pasta.”
“Kalau begitu—”
“Kalau Anda, menu apa yang Anda sukai?” dia balik bertanya penasaran.
Masih dengan senyuman yang terukir sempurna di bibirnya, Sun hye menjawab, “Pasta bolognese dengan Matcha tea.”
“Kalau begitu saya pesan itu.”
Kerutan di kening Sun hye terlihat jelas, bukankah pria itu tadi bilang tidak menyukai pasta?
Sun hye mengulang semua pesanan dari pria itu sebelum ia berbalik untuk beralih ke dapur. Samar-samar Sun hye mendengar pria itu berbicara pelan atau entah mungkin imajinasinya saja.
“Kau tidak mengingatku, Lee sun hye.”
-liesandsecret-
Note:
~Joesonghamnida = Maaf (Formal)Date publish;
KAMU SEDANG MEMBACA
Lies and Secret
ФанфикLogan Kim memiliki sifat yang keras kepala, sulit diatur dan seenaknya sendiri. Terlebih selama hampir 15 tahun Logan menghabiskan waktunya di Amerika sendirian membuat pribadi Logan cenderung tertutup, misterius dan sulit ditebak. Tatapannya yang m...