3.Si Hitam

4 2 0
                                    

mereka pun mulai berjalan menyusuri rumah sakit itu, dan ingin mengetahui lebih lanjut apa saja yang membuat rumah sakit ini kelihatan seram, mereka menyusuri lorong demi lorong di dalam rumah sakit tersebut.
Tak berapa lama mereka memasuki rumah sakit itu, terlihat sesosok bayangan yang berdiri menatap tajam ke arah mereka bertiga, seolah olah tak ingin mereka berada di tempat itu.

"P-putra...." Ucap Heru lirih sembari melirik putra yang sibuk berjalan ke arah sosok yang dilihatnya,
"Santuy, cuma pocong..",, sahutnya
"Emang sinting ni orang" gumam rudi setelah mendengar jawaban putra tadi
"Eh Cong, panggilin temen lu dong" putra tertawa setelah mengajak pocong tersebut berkomunikasi, namun tawa nya terhenti ketika Muncul sesosok makhluk yang berjalan terseok-seok, sosok tersebut menggunakan baju pejuang kemerdekaan, dengan leher yang menganga bekas sabetan benda tajam, dan juga dipenuhi oleh belatung, sontak mereka memperhatikan sosok tersebut dari ujung kepala sampai ujung kaki, namun ketika mereka melihat ke bawah, mereka sungguh tak percaya, sosok apa yang sedang di depan mereka, terlihat usus nya terburai ke lantai, menimbulkan bau busuk yang sangat menyengat menusuk hidung mereka.

"Glekk ...." Tanpa berkata-kata, Heru hanya bisa menelan ludah, dan beberapa saat setelah ia terpaku melihat sosok yang berada di depannya, tanpa ba bi Bu, Heru langsung bergegas lari meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke arah ruang jenazah yang berada di sudut rumah sakit,

Tak disangka, Putra yang seorang pemberani diantara mereka bertiga, raut wajahnya juga berubah seketika ketika melihat sosok itu, terlebih mencium aroma busuk yang menusuk hidung, ia lalu menarik lengan Rudi sembari berjalan kebelakang secara perlahan,
" hitungan ke tiga, jangan banyak omong, lari"
"s-satu...d-dua...t-tiga" ujar putra lari terbirit-birit, diikuti Rudi dibelakang nya.

"Dasar setan bedebah!", Ujar Putra dengan kesal
" Gua masih mual sampai sekarang", sahut Heru menimpali.

Sementara Rudi hanya bisa memandang kedua temannya sembari mengernyitkan dahi dan masih diliputi rasa heran, makhluk apa yang baru saja mereka temui, sungguh ini semua diluar ekspektasi dirinya, ia menganggap hanya mba kuntilanak dan mas pocong saja yang akan mereka temui, ternyata masih banyak sosok yang lebih menyeramkan daripada kedua sosok tadi.

Namun sesaat setelah itu, terdengar suara yang memecah keheningan diantara mereka...

"Brakkkkk...."

Terdengar suara yang sangat keras yang berasal dari sudut ruangan,

"Ini dia yang kita cari, ayo bersiap, keluarkan perlengkapan" ucap putra sembari berlari menuju ke arah asal suara.

Heru dengan sigap membuka ransel yang ia bawa,
Ransel tersebut berisikan kemenyan, kembang 7 rupa, bunga kantil, dsb. yang diperlukan dalam kegiatan mereka, 

Lalu putra pun mulai komat-kamit menyebutkan mantra,

Tak lama setelah putra melakukan ritual tersebut,
Muncul sesosok Hitam Besar, dengan mata Menyala dihadapan mereka, dengan pandangan sungguh tajam, seolah-olah ingin menelan mereka hidup-hidup, sungguh sosok yang benar-benar membuat mereka tak mampu berkata-kata.

Rudi yang pertama kali mengikuti kegiatan ini, langsung terduduk lesu setelah melihat apa yang ada di depannya saat ini, dan sesaat setelah ia melihat sosok tersebut, perlahan ia merasakan kepalanya sakit yang teramat sangat, tak berselang lama setelah rasa sakit tersebut, mata rudi terasa sangat berat, pelan-pelan matanya pun mulai menutup, Rudi pun pingsan setelah melihat sosok yang baru saja ia lihat...

Penasaran Berujung Petaka (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang