8. Firasat

1 2 0
                                    

" Abang belum jera?" Tanya Chandra dengan tatapan heran melihat kearah Heru yang sedang asik menghisap sebatang rokok ditangannya.
"Kalau bukan sekarang, kapan lagi dirasain beginian" sahut Rudi ketus, yang mengisyaratkan bahwa ia tidak menyukai dilarang atas kemauan hati nya sendiri.
"T-tapi bang, dunia lain itu begitu kejam, kita tidak tau apa yang akan mereka lakukan kepada kita" sahut Chandra meyakinkan Heru agar tidak melakukan hal yang sangat tidak normal untuk anak seusia mereka.
"Lu diem atau gue hajar" sahut Heru dengan suara setengah berteriak.
Chandra dan Heru berjalan menyusuri jalanan menuju rumah mereka.
"Assalamualaikum Buu, kita pulang" teriak Chandra dari luar rumah.
"Apasih, gausah teriak juga bangsat, sakit telinga gue dengarnya" sahut Heru dengan perasaan yang masih kesal dikarenakan beberapa pernyataan yang di ucapkan Chandra di perjalanan tadi.
Namun Chandra sama sekali tidak menggubris omongan Chandra kepada dirinya, ia hanya membuka sepatu dan kaos kaki yang ia kenakan, setelah itu beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh kaki nya.

"Bu, masak apa hari ini?" Tanya Heru kepada ibunya yang sedang menonton tv.
"Ibu masak ikan teri sambel, sayur sawi, kamu makan gih, ajak adikmu sekalian" sahut ibunya Heru tanpa memalingkan wajah dari tv yang sedang memutarkan drama India favorit ibunya Heru.
"Biarin aja bu, kalau laper palingan makan sendiri" sahut Rudi sembari mengambil piring dan mulai menyendokkan nasi dari rice cooker ke dalam piringnya.
Disaat ia hendak mengambil sayur, terdengar suara berisik dari dalam gudang serta disusul suara teriakan Chandra.

"Ibuuuuu.....Abang...." Teriak Chandra.
Tanpa berfikir panjang, Heru dan ibunya segera bergegas menuju asal suara Chandra yang mereka dengar tadi.
"Astagfirullah" ujar ibunya Heru sembari berlari menuju Chandra yang ternyata ia berusaha mengambil barang dari atas lemari, namun ia tidak mengetahui kalau disana juga disimpan beberapa besi dan juga perlengkapan bengkel almarhum ayahnya.
Seketika barang-barang tersebut menimpa dirinya, namun naas, sebuah besi telah tertancap di bahu nya.
Sambil menangis, ibunya Heru berusaha menyingkirkan kardus-kardus dan barang lainnya yang menimpa Chandra saat itu.
Setelah ia berhasil dikeluarkan dari tumpukan itu, Heru segera menggendong Chandra yang terus mengeluarkan darah dari bahu nya menuju puskesmas terdekat.
Nasib baik masih menyertai mereka, ambulance rumah sakit yang hendak mengambil beberapa data dari puskesmas tersebut baru saja sampai, sebelum mereka masuk ke kawasan puskesmas, mereka langsung saja menghentikan laju ambulance tersebut.
Dengan terisak-isak, ibunya Heru meminta tolong kepada supir ambulance agar mengantarkan Chandra menuju rumah sakit terdekat.

20 menit kemudian mereka sampai di Rumah Sakit Adi Sucipto.
Rumah sakit tersebut memang bukan rumah sakit terbaik, tapi setidaknya chandra mendapatkan pertolongan pertama yang layak.
Setelah perawat Rumah Sakit tersebut menangani Chandra, dan menghentikan pendarahan yang dialami oleh Chandra.
Dokter dirumah sakit tersebut mengusulkan agar Chandra dibawa menuju rumah sakit pusat, karena Chandra akan ditangani lebih intensif dan juga peralatan lebih lengkap disana.
Ibunya Heru melirik kearah Heru, dan Heru hanya mengangguk mengisyaratkan bahwa ia menyetujui pernyataan dokter tersebut supaya Chandra dirujuk menuju rumah sakit pusat agar Chandra mendapatkan perawatan terbaik, akhirnya walau ibunya tau bahwa ia tidak memiliki uang sama sekali, namun yang ia fikirkan saat itu hanyalah kesehatan Chandra.

Setibanya mereka dirumah sakit pusat, mereka langsung disambut beberapa perawat dan langsung memboyong Chandra menuju ruang perawatan, sementara Heru dan ibunya menuju ruang administrasi.

"Ibu, saat ini kita belum mengetahui apa uang terjadi dengan anak ibu, baiknya kita menunggu hasil dari dokter" ucap perawat yang bertugas di meja administrasi saat itu.
Tanpa menjawab dengan kata-kata, Heru dan ibunya hanya mengangguk.
Melihat ibunya yang masih saja terisak-isak, Heru segera memeluk ibunya dan mulai menenangkannya.

1 jam berlalu, terlihat dokter keluar dari ruangannya.
"Saudara dari pasien Chandra" teriak perawat.
Seketika Heru dan ibunya bergegas mendatangi perawat dan dokter yang sudah menunggu mereka di dalam ruangan.

Dokter mengatakan bahwa harus segera melakukan operasi, dikarenakan besi yang menusuk bahu nya telah mematahkan tulang bahu dan beberapa kerusakan organ diakibatkan besi tersebut.
Jika tidak ada keputusan dalam 30 menit, kami pihak rumah sakit tidak menanggung hal apa yang akan terjadi kepada pasien ucap dokter menjelaskan.

Seketika ibunya Heru merasa badannya sangat lemas, karena ia tidak mengetahui dari mana ia akan mencari uang untuk membayar biaya operasi anaknya tersebut.

Heru mencoba bertanya kepada administrasi, dan administrasi menjelaskan bahwa biaya operasi sebesar 26 juta.
Dan diharuskan membayar setengah agar operasi dapat dilakukan segera.
Tanpa berfikir panjang, Heru bergegas berlari menuju rumah putra dan hendak meminjam uang kepada putra sahabatnya yang notabene adalah seorang anak dari pengusaha sukses.

"Angkat put" gumam Heru lirih sembari berusaha menelepon putra.

Namun disaat ia hendak menelpon putra kembali, telepon nya berdering, dan yang menelepon tersebut adalah ibunya.
Ibunya mengatakan kalau ia telah menggadai rumah nya kepada juragan batu-bata di dekat rumahnya.

Namun Heru tidak kembali dan tetap saja berjalan menuju kerumah putra.
Tak berselang lama, putra menelepon Heru.

Penasaran Berujung Petaka (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang