4.

1.3K 263 78
                                    

      “Awas!!”, seekor burung hantu hampit mengenai kepala (Name), untung nya Souta melindungi kepala (Name) dengan tangannya, alhasil tangan Souta sedikit terluka karena terkena kuku burung hantu.

     “Souta!!”, (Name) panik saat melihat luka ditangan Souta, dengan cepat (Name) mengambil tissu dan mencoba menutup luka Souta.

     “Sakit?”, tanya (Name).

     “Tidak”, Souta tenggelam didalam manik indah (Name).

     “A-anuu, kami mohon maaf, harusnya kami lebih memperhatikannya”, ucap dua orang pelayan dengan sopan dan membungkuk meminta maaf.

     “Tidak apa”, Souta.

     “T-tidak kok, aku juga minta maaf karena berdiri ditempat yang salah”, (Name).

     “Tidak, ini kesalahan keamaan kami, sebagai permintaan maaf bagaimana kalau kunjungan anda gratis selama dua hari”, ucap pelayan.

      “Waah, beneran?!”, (Name) menatap pelayan itu berbinar.

      “Haik”, kedua pelayan itu tersenyum.

     “Arigatoo”, ucap (Name) dan Souta bersamaan.

     “Waah, syukurlah”, (Name) tersenyum.

   Nahoya hanya melihat mereka dari jauh, ia heran kenpa dadanya tiba tiba terasa sesak. Nahoya mengeluarkan senyumnya, Nahoya menghampiri (Name) dan Souta, rasa sesak didadanya hilang saat melihat wajah (Name) yang gembira.

     “Sudah?”, tanya Nahoya.

     “Sudaah”, (Name) telah selesai membalut luka Souta, Nahoya hanya diam dan tetap tersenyum.

     “Baiklah ayo”, Nahoya langsung menarik tangan (Name) dan meninggalkan Souta sendiri, Souta merasa aneh pada kakak nya.

     “Uwaa, kawaaii”, (Name) mengelus bulu burung hantu yang masih kecil, dengan lembut ia memanjakan burung hantu itu. Souta menetapkan oandangannya pada Nahoya, senyuman yang terukir diwajahnya bukan senyuman biasanya, itu senyuman terlembut yang sudah tiga kali Souta lihat.

     “Kau kenapa?”, tanya Souta.

     “Apa maksud mu?”, Nahoya.

     “Gadis itu, kau terus memperhatikannya”, Souta meminum minuman yang tadi dia pesan.

     “Nee, kau ingat gadis yang waktu itu menolong kita dari hujan lebat?”, tanya Nahoya, namun senyumannya sudah berubah seperti senyum yang biasa ia tunjukan.

     “Ingat, kenapa?”, Souta.

     “Gadis itu mirip dengan (Name), dan sata kau dekat dengannya dada ku tiba tiba sakit”, keluar perempatan dikepala Nahoya.

     “Hah? Kenapa aku?!”, Souta.

     “Kau mendekatinya”, Nahoya.

     “Kuso

     “Nahoya, Souta, lihat ini”, burung hantu yang tadi (Name) elus bertengger ditangannya, burung itu terlihat sangat nyaman ketika bertengger ditangan  (Name).

     “Waah, imut yaa”, Nahoya berdiri dan menghampiri (Name), Nahoya mengusap kepala burung hantu itu. (Name) merasakan kehangatan yang Nahoya berikan pada burung hantu itu, (Name) tersenyum.

     “Cihh, nyamuk”, Souta berdiri dan memesan sesuatu.

     “Souta, aku ingin cola”, (Name).

     “(Name), jangan dekat dekat Souta ya”, ucap Nahoya.

     “E-eeh?! Kenapa?”, (Name) mendekatkan wajahnya pada Nahoya.

     “Dia ituuu.......”

   (Name) memasang wajah fokus, burung hantu yang bertengger ditangannya memasang wajah seolah paham apa yang (Name) dan Nahoya sedang bicarakan.

     “D-dia kenapa?”, tanya (Name).

     “Entahlah”, Nahoya kembali mengusap bulu burung hantu itu, (Name) kesal. Burung hantu kecil itu menatap (Name), ia juga merasa  kesal dan menjepit jari Nahoya dengan paruhnya.

     “I-ittaaiiiii!!!”, Nahoya berteriak.

     “He-hey hentikan, jangan begitu”, burung hantu kecil itu langsung menurut dan melepaskan jepitannya, beruntung kulit jari Nahoya tidak lepas. Burung hantu itu terbang menuju kepala (Name), lalu burung hantu kecil lain datang dan bertengger di bahu (Name).

      “Kenapa dia menurut?”, Nahoya mengemut jarinya.

     “Eum, entahlah tidak salah pelayan itu bilang yang diatas ini Bokuto dan Ini Akashi?”, burung hantu yang bernama Akashi mengganguk, ooh andai saja burung hantu seperti ini benar benar ada.

     “Baiklah, kalian turun dari sana sekarang”, Nahoya.

     “Tidak boleh, aku ingin lebih lama”, (Name) mempoutkan bibirnya.

     “Tapi mereka itu burung jahat lho”, Nahoya.

   Akashi dan Bokuto marah dan langsung terbang ke kepala Nahoya, saat hinggap disana rasanya begitu hangat, mereka tidak jadi marah.

     “Mereka tidur”, (Name) terpana melihat pemandangan didepannya.

     “Na-nani?!”, tangan (Name) meng elus rambut Nahoya, hangat rasanya.

   Nahoya hanya terdiam, rambutnya dielus oleh seorang gadis. Ini pertama kalinya rambut Nahoya dipegang bahkan dielus oleh orang selain ibunya.

     “Sangat lembut”, (Name) tersenyum manis, wajah Nahoya merona.

     “Be-begitu yaa”, Nahoya tersenyum lembut, lagi.

   Semua yang ada ditoko itu melihat mereka berdua, itu adalah pemandangan yang menenangkan. Bahkan para burung hantu saja cemburu, Souta melihat mereka berdua dari depan, ia mengulum senyumnya.




    ‘sepertinya, kakak jatuh cinta






tbc
22-06/21

ɴᴀʜᴏʏᴀ ᴋᴀᴡᴀᴛᴀ ' ʏᴏᴜʀ sᴍɪʟᴇ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang