“Senyuman nya”, (Name) langsung mengambil novel itu dan membelinya.
Alasan (Name) membaca novel ini karena Nahoya, senyuman Nahoya yang selalu terbayang dipikirannya. Setelah membayar novel itu, (Name) langsung duduk di ‘ruangan membaca’. Ia membaca novel berjudul ‘senyuman’, (Name) membacanya dengan sangat menghayati.
“(Name), kita sudah selesai”, Acchan.
“Padahal baru siap 15 halaman”, (Name) menutup novel itu, (Name) menganjal halaman yang akan ia sambung nandi dengan pembatas buku berbentuk hati. (Name) dan teman temannya keluar lalu kembali menaiki bus, mereka berpisah saat sudah tiba di halte. Kazuki, Via dan Acchan jalan kearah yang sama, berbeda dengan (Name) yang jalannya lumayan jauh kedalam. Sambil berjalan, (Name) berinisiatif membaca buku sambil berjalan.
‘senyuman mu seindah mentari, selalu menghangatkan hati ku saat kau tersenyum’(Name) tersenyum tipis, ia suka dengan alur di novel ini. Ia terlalu fokus sampai sampai tidak memperhatikan jalan yang ia lalui, (Name) tersandung batu dan hampir terjatuh. Namun seseorang langsung menarik pinggul (Name), (Name) menghela nafas dan membenarkan posisinya. Saat menatap orang yang menolongnnya (Name) terkejut.
“Na-nahoya?!”, (Name).
“Siapa? Aku?”, tanya nya sambil menunjuk dirinya sendiri.
“E-eeh?”, sepertinya bukan Nahoya, wajahnya saja menyeramkan. Namun rambutnya persis sama dengan Nahoya.
“Aku Souta Kawata, Nahoya itu kakak ku”, jelasnya.
“E-eeh? Kalian mirip”, (Name).
“Kami kembaran, bagaimana kau bisa tau kakak ku?”, tanya nya.
“Di-disekolah”, wajahnya terlalu menakutkan untuk ditatap.
“Bagaimana bisa kita tidak bertemu?”, tanya nya sambil menggaruk kepalanya.
“Mana ku tau!!”, (Name) kaget.
“Baiklah, hati hati aku pergi dulu”, Souta melambaikan tangannya.
“Terima kasih etto-“
“Souta saja, sudahlah hati hati dan jangan membaca buku saat berjalan”, Souta menghilang dalam sekejap.
“Terima kasih Souta”, (Name) mengeluarkan senyumamnya. Memang Souta tak semanis Nahoya namun mereka berdua orang yang baik.
Karena sudah agak malam, (Name) mempercepat langkahnya dan masuk kedalam rumah. Syukurlah tidak ada orang jahat yang menggangunya, (Name) bergegas mandi dan makan sesudah itu ia langsung merebahkan dirinya dikasur sambil melanjutkan novel tadi. (Name) begitu menghayatinya, cerita di novel ini sama persis seperti yang (Name) alami.
“Nahoya”, ucap (Name) dengan sedikit merona.
“Sepertinya aku memang jatuh cinta”
Tepat jam 2 pagi (Name) sudah selesai dengan novelnya, (Name) memang suka membaca.
/kebalikan gua yang megang buku aja males, giliran doujin kenceng
Paginya..
(Name) bangut kesiangan karena membaca novel, ia tidak mandi dan sarapan. Setelah memakai seragam dan pewangi badan (Name) langsung berlari menuju sekolah.
“Aku harusnya hahh tidak begadaang”, (Name) berlari sekuat tenaga.
Saat sampai di sekolah, gerbangnya sudah ditutup, (Name) menempelkan kepalanya ke pagar itu.
“Haha, kita terlambat”, suara itu terdengar familiar.
“Eeh?”, (Name) menoleh kearah suara.
“(Name)?”, ucap mereka berdua serentak.
“Bagaimana kau mengenal nya?”, ucapnya serentak lagi.
“Etto, Nahoya Souta kalian juga terlambat”, tanya (Name).
“Seperti yang (Name) – chan lihat”, ucap Nahoya dengan senyuman khasnya.
“Cih, itu karena alarm nya tidak berbunyi”, Souta.
“Bolos saja yuk?”, ajak Nahoya.
“E-eeh bolos? Apa tidak apa apa? Sensei akan marah lhoo”, (Name) sebagai anak osis tentunya akan berbahaya jika salah satu guru melihatnya bolos.
“Nahoya, (Name) itu osis lhoo”, Souta.
“Benar juga, tidak peduli”, Nahoya menarik tangan (Name) dan menyeretnya pergi.
“Oi tunggu”, Souta.
“(Name) bagaimana kalau kita pergi ke caffe hewan?”, ajak Nahoya.
“Caffe hewan?”, (Name).
“Yups, ada burung hantu disana”, Nahoya masih setia menggengam tangan (Name).
“Dimana?”
“Kokubunji, setelah naik kereta api kita berjalan 10 menit an dari stasiun Kokubunji” jelas Nahoya.
“Ta-tapi aku tidak bawa uang”, (Name) menunduk.
Nahoya berhenti, ia mengangkat dagu (Name) sampai (Name) menatap dirinya.
“Aku bayarkan”, ucapnya sambil mengeluarkan senyuman khas nya.
“Ba-baik!!”, (Name) merona.
“Cih, aku jadi nyamuk”, kesal Souta.
“Makanya ajak pacar mu”, ejek Nahoya.
“Hahh?! Yang mana?”, tanya nya.
“So-souta?!”, kaget (Name).
“Bercandaa”, Souta terkekeh.
‘lucu’
setelah dari stasiun Kokubunji, mereka berjalan sebentar dan tiba di caffe itu. Caffenya bisa dibilang kecil, tapi tampilan luarnya cukup unik. Tanpa sadar (Name) mengeratkan genggaman nya pada Nahoya, yah Nahoya tidak mau melepas tangan (Name).
“Mau masuk?”, tanya Nahoya.
“Tentu!!”, jawab Souta dan (Name) serentak dengan mata berbinar.
Saat memasuki caffe, mereka disambut burung hantu yang bertenger di sepanjang meja.
“Uwaaa”, (Name) berbinar dengan sedikit rona merah saat memasuki caffe itu.
“Boleh kah aku menyentuhnya?”, tanya (Name).
“Tentuu”, Nahoya tersenyum lebih manis dari biasanya.
“Tapi peraturannya bilang kita harus bayar dulu, untuk minuman dan juga burung hantunya”, jelas Souta.
“Baiklah untung aku bawa kartu membawa credit card”, ucap Nahoya.
“H-heh?!”, (Name) kaget.
“Kenapa hm? Kenapa terkejut seperti itu?”, tanya Nahoya.
Tanpa sadar seekor burung hantu kecil menghampiri mereka, (Name) ingin menyentuhnya tapi harus menunggu Nahoya untuk membayar terlebih dahulu.
“Awas!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴀʜᴏʏᴀ ᴋᴀᴡᴀᴛᴀ ' ʏᴏᴜʀ sᴍɪʟᴇ '
Fiksi Penggemar' Senyumannya sangat tulus ' ' Sampai jumpa lagi?? ' Nahoya, aku suka senyuman mu,, ༶•┈┈⛧┈♛ 𝓔𝓷𝓭 ♛┈⛧┈┈•༶ 🥇#draken 🥇#nahoyakawata 15+ mungkin ooc 15-06/21