Bab 12

303 58 15
                                    

Belenggu itu tiba-tiba hancur. Kita berteriak dan siap menghadapi mereka, tetapi mereka tetaplah empat remaja penggila voli. Aran maju dengan gagah, dia memukul dua orang yang mau terlebih dulu dan membuat mereka terpental, tetapi ada selusin lagi dan satu wanita yang menyeringai padanya dengan pandangan mengancam. Ayano.

Osamu merinding. Ada begitu banyak orang dan mereka berencana menggilirnya. Dia tidak bisa membayangkan hari-hari yang mereka janjikan bila rencana mereka tercapai.

Aran dan Kita tidak memiliki banyak kesempatan untuk mempertahankan diri. Kita terpental begitu salah satu dari mereka memukul wajahnya. Darah menetes dari hidungnya, dan salah seorang dari mereka segera menjatuhkannya ke tanah. Aran yang menghadapi tiga orang tidak bernasib lebih baik. Lelaki bertubuh besar lawannya menendang perutnya dan membenturkan kepalanya ke dinding, dia jatuh tak sadarkan diri dengan kepala berdarah.

Menyadari keadaan sudah tidak menguntungkan mereka, Atsumu menyentak tangan adiknya keras. Namun, Osamu bergeming. Ini salahnya. Kalau bukan karena dirinya, mereka tidak akan menyerbu rumah Kita dan ....

"Ini bukan salahmu!" bentak Atsumu seolah mampu mendengar pikiran adiknya. Dia menyentak Osamu keras dan pada akhirnya mereka melarikan diri. Ayano mengisyaratkan anak buatnya, ada enam, bukan jumlah yang menguntungkan mereka. "Kita harus melarikan diri."

"Bagaimana dengan mereka?"

"Kita-san memintaku untuk membawamu pergi bila situasinya semakin gawat."

"Apa gunanya aku dirubah kembali?"

"Agar kau bisa berlari lebih cepat. Ayo!"

Mereka memutari rumah Kita. Atsumu menjanjikan rencana, tetapi tidak ada rencana yang berjalan baik sejauh ini. Mereka melompati pagar belakang, disusul enam orang yang tidak kalah lincah. Gerakan mereka mulai tersendat oleh semak belukar dan setiap kali Atsumu menggeram kita hampir sampai, Osamu tidak tahu apa maksudnya.

Mereka hampir melompati dua semak belukar ketika akhirnya tangan Osamu tertangkap. Dia segera berbalik. Tubuhnya laki-laki sekarang dan dengan segenap kekuatannya dia menghantam hidung lelaki itu sebagai mana dia memukul umpan Atsumu ketika dia sedang dalam emosi terburuk. Lelaki itu terhuyung-huyung, hidungnya patah, harus begitu, tetapi tidak cukup kuat untuk melepaskan cengkramannya. Osamu menendang perutnya dan sekali lagi melompat untuk menghindar dari lelaki lain yang melompat bagai beruang.

Atsumu tidak bernasib lebih baik. Dia menendang lawannya dan melompat ke balik pohon. Pukulan lawan keduanya menghantam pohon tempatnya berdiri sebelumnya, sehingga dia melolong sakit. Tidak seperti rubah dalam tubuh Suna dan Ayano, Osamu menyadari mereka tidak mampu berpikir terlalu baik.

Osamu segera menyusul kakaknya, hanya tinggal empat orang sehat dan dua orang dengan hidung patah dan tangan berdarah. Osamu melompati semak-semak dan menyadari kemana mereka pergi.

"Kemana?"

Atsumu tidak menjawab. Mereka hanya lari sebaik yang mereka bisa melewati hutan-hutan yang semakin menjauh dari peradaban.

"Sini!" Osamu melompat ke dalam semak berduri yang menggores kulitnya bersama Atsumu. Mereka mengintip dari balik celah. Orang-orang itu kehilangan jejak dan berpencar. Atsumu berbisik menjelaskan. "Kata Kita-san, tidak perlu menahan diri. Pukul mereka hingga pingsan."

"Hanya berdua?"

Atsumu menyeringai. "Kita lebih tahu tempat ini dari pada mereka semua."

"Kau hanya ingin menghajar mereka, kan?"

"Yup."

Miya bersaudara berputar pelan. Memang mereka lebih mengerti tempat ini, Kita sering mengajaknya ke rumah dan entah kenapa meminta mereka menjelajah. Sekarang, mereka tahu apa maksudnya. Osamu menyelinap di balik pohon, kegelapan bukan masalah untuknya, darah Rubah--atau begitulah yang Kita katakan--memberikan mereka insting bertarung yang anehnya terasa familier. Osamu mulai menyadari darimana instingnya dalam bermain voli, tetapi itu tidak penting sekarang.

Little Curse (SunaOsa/AtsuOsa) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang