Bab 18

253 44 11
                                    


Happy Reading (Semoga)

Ketika Atsumu melihat wujud gadis adiknya tergeletak di tanah dengan seorang lelaki Bajingan ada di atasnya, dia tahu dirinya telah kehilangan seluruh kendalinya. Kekuatan aneh yang muncul bersamaan dengan rasa frustasinya ketika mendapati adiknya tak ada saat dia tersadar itu meledak seperti bom.

Atsumu melompat. Tubuhnya seratus kali lebih ringan daripada yang pernah dia rasakan sebelumnya. Pijakannya lebih mantap. Tangannya menggenggam kuat. Seluruh tubuhnya terasa bergetar dan, demi tuhan, bila dia tidak menghajar seseorang saat ini juga, tubuhnya pasti sudah meledak.

Yang pertama kali menyadari keberadaannya adalah gadis bodoh sialan yang berlagak seperti bos di atas tanah. Suara Atsumu hanya berupa geraman mengerikan. Dia ingin meneriakkan kata Osamu seperti yang dilakukan Suna--atau rubah bajingan, entahlah dia tidak peduli—tetapi yang keluar dari mulutnya adalah geraman.

Dalam sekali ayunan keras dia meraih mulut si gadis, langsung melemparkannya ke seperti sampah tidak berguna dan kemarahannya tidak hilang hanya dengan itu. Salah seorang lelaki itu berbalik, dia segera menyerang Atsumu, tetapi Atsumu terlalu kuat. Dia seperti beruang kelaparan yang baru selesai berhibernasi. Satu-satunya yang ada dipikirannya saat ini adalah menyelamatkan Osamu dan lenyapkan mereka semua.

Dia menendang lelaki yang datang dan membuatnya terlempar ke pohon. Pohon itu tumbang dengan suara berdebum yang mengerikan. Kentarou membeku sejenak, pikirannya dipenuhi kengerian, makhluk inilah yang Ayano coba ciptakan.

Atsumu adalah perwujudan dari kehancuran. Dia seperti bom berjalan yang bisa menghancurkan siapa pun yang dilewatinya. Ketika Ayano datang dengan rencana itu, Kentarou sungguh tidak peduli. Dia tidak peduli apakah dunia manusia akan hancur. Atau manusia akan binasa. Dia sungguh tak peduli. Yang dia pedulikan hanyalah kekasihnya. Bila kehancuran dunia adalah bayaran untuk mendapatkan kembali kekasihnya, Kentarou akan membiarkannya cuma-cuma. Namun, melihatnya dengan mata kepala sendiri jelas sesuatu yang berbeda.

Kita dan Aran terdiam. Ini adalah kali pertama mereka melihat pertempuran segila ini. Kita yang telah dilatih menjadi pelindung pun hanya terdiam. Dia memegang pedangnya erat-erat. Ketenangan yang selalu dilatihkan padanya seolah mulai luntut.

Tidak, pikir Kita menguatkan diri. Lakukan seperti latihan. Tapi, apakah pedang ini akan berefek pada jiwa rubah yang terlahir bersama wadahnya?

Ini bahkan bukan lagi perkelahian, pikir Aran panik. Atsumu menghajar satu orang lagi dengan kekuatannya. Darah mulai menetes. Ini pembantaian dan bila mereka bertiga tewas, siapa yang akan menghentikan Atsumu?

"Kita! Aran!" bentak Kentarou. Kedua lelaki itu segera menoleh terkejut. "Bawa Osamu pergi dari sini!"

Aran segera menghampiri Osamu, tetapi Kita masih berdiri gamang. "Bagaimana denganmu?"

"Aku akan mencoba menghentikannya."

"Kau tidak cukup kuat."

"Tolong! Bawa Osamu ke tempat yang lebih aman. Dia terluka."

Kita mengangguk. Kentarou benar-benar tidak bisa melihat wajah gadisnya—lelakinya, apa pun, dia sudah tidak peduli, sekarang baginya, Osamu adalah Osamu—yang babak belur di pelukan Aran. Mereka segera melarikan diri dengan mantra menenangkan Kita yang seolah akan mengobati Osamu.

Sekarang, yang terburuk baru di mulai. Atsumu menghancurkan tengkorak salah satu dari mereka dengan pukulan. Matanya menyalang-nyalang. Dia kehilangan seluruh kontrol dirinya. Ketika dia merasa lelaki di kakinya tidak bergerak, Atsumu mulai menghampiri Ayano.

Little Curse (SunaOsa/AtsuOsa) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang