TERSESAT

5.4K 156 9
                                    

Kreeekk... Krrrttekk...

Beno membuka matanya, ia yang pertama sadarkan diri.
Tubuhnya terasa sakit semua.
Ia nyangkut di akar-akar pohon besar. Dilihatnya ke sekeliling; nampak Heri dan Sugi terbaring di sisinya sementara sisa rombongan pendaki yang lain tak kelihatan.

Beno mengamati sekelilingnya; nampak seperti hutan lebat di lereng gunung. Kabut sudah agak menipis.
Beno membangunkan Heri dan Sugi.

"Kalian tak apa-apa kah?"

"Tak ada tulang yang patah, hanya lecet dan memar-memar saja."

Kemudian mereka mengecek hp masing-masing, berusaha menghubungi Alfian, pendaki lain, dan posko pengawas untuk minta bantuan.
Namun hp mereka bertiga sama sekali tidak ada sinyal, bahkan layarnya blank menghitam semua.

"Kita harus naik. Kayaknya saat tanah longsor tadi kita tergelincir ke jurang."

"Apa tidak sebaiknya kita berjalan turun saja? Mungkin kita bisa menemukan posko pendaki?"

"Ini hutan. Dan kita tak tahu arah mana menuju ke track pendaki. Terlalu berbahaya untuk turun. Sebaiknya kita naik saja, di jalur kita jatuh, mungkin bisa ketemu anggota pendaki yang lain."

"Kalo kita tunggu di sini saja sampai mereka mencari kita gimana?"

"Tidak Her. Kita harus segera pergi dari tempat ini. Segera!"

Tegas Beno.

"Aku mencium aroma seperti singkong bakar pas sadar tadi. Apa kalian ga merasakannya? Kita harus segera pergi jauh dari sini."

Beno membantu Heri dan Sugi bangkit. Lalu ketiganya bergegas mendaki dengan agak merangkak. Karena medan di tempat mereka jatuh itu sangat miting.

"Memang kalo ada bau singkong bakar artinya apa Ben?" Tanya Sugi.

"Artinya disitu tempat tinggal bangsa jin sejenis gendruwo Gi."

Mendengar penjelasan itu ketiganya makin bergegas naik.

*******************"*******

Alfian dan 3 pendaki di belakangnya hanya terperosok beberapa meter dari track pendakian.
Mereka kembali naik ke track, dan ternyata salah satu pendaki mengalami cedera kaki cukup parah.
Dan satu lagi mengalami cedera di kepala.
Alfian membawa mereka ke area tanah yang stabil,

"Enam pendaki tidak nampak, sepertinya mereka terperosok jauh ke jurang.
Kita harus segera minta bantuan ke posko.
Tanah ini masih tidak stabil, bisa terjadi longsoran lagi, apalagi kalau hujan."

Seperti Beno, Heri dan Sugi; ke empat hp pemuda itu semuanya blank tak ada sinyal.

Mereka membalut pendaki yang kakinya cedera dengan p3k. Sepertinya ia tak mampu berjalan.
Untuk menandunya turun ke posko di tanah yang rawan longsor juga terlalu berbahaya.
Kabut telah hilang, tapi langit makin gelap.
Akhirnya diputuskan Alfian akan turun ke posko sendiri untuk mencari bantuan. Sedangkan ketiga pendaki lain menunggu di tempat itu untuk berjaga bila sisa pendaki lain muncul.

Alfian yang sudah berpengalaman meluncur turun dengan sangat cepat.
Melompat dari batu ke batu seperti rusa.
Tubuh pria yang kecil berotot itu lincah dan punya stamina yang luar biasa.
Dengan cepat ia telah menghilang dari pandangan.

***************************

Beno, Heri dan Sugi menemukan track pendakian. Tiap 20 menit mereka berusaha mengecek apakah hp telah bisa berfungsi, namun sia-sia masih tetap blank total.
Hujanpun mulai mengguyur mereka.

Beno dan kawan-kawan bergegas mengikuti track itu dengah mengambil arah menurun.
Telah berjam-jam ketiganya berjalan menuruni track, hujan telah berhenti, namun belum bertemu seorangpun pendaki lain.
Posko pendakian pun sana sekali tak terlihat, padahal jarak yang mereka tempuh seharusnya sudah mencapai posko 2 minimal.

"Seharusnya posko 2 ada di sekitar sini. Tapi kenapa belum kelihatan juga ya?"

"Kita istirahat dulu di sini Ben."

Saat itu jam tangan mereka menunjukkan pukul 3 pm.
Mereka duduk dan minum persediaan air yang tersisa.
Ketiga pemuda itu sangat keletihan, menggigil kedinginan karena pakaian yang mereka pakai basah kuyup dan mulai diserang rasa panik.
Selang beberapa menit kemudian,

Sreekk... Sreeekk...

Muncul seorang nenek menggendong seikat ranting untuk kayu bakar. Nenek itu menuruni jalan setapak dari atas.

"Nyuwun pangapunten, nderek taken mbah..." Tanya Beno.

(Untuk selanjutnya semua percakapan akan langsung diterjemahkan ke bahasa Indonesia, untuk mempermudah).

"Permisi mbah. Numpang tanya?"

"Ada apa nak?"

"Apa mbah tahu jalan ke arah posko pengawas pendakian? Kami tersesat mbah".

"Kalo ke posko pedakian mbah tidak tahu nak. Tapi rumah mbah dekat sini kok. Di dekat sini juga ada desa, apa mau mbah antar ke situ biar nanti bisa tanya-tanya orang di desa itu nak?"

"Oh iya, baiklah kalo begitu."

"Mari nak, ikuti mbah, tidak jauh kok dari sini."

Beno, Heri dan Sugi pun mengikuti nenek itu menuruni jalan setapak.
Mengingat hari makin sore dan mereka tak ingin sampai melewati malam di tengah hutan itu.

***************************

Alfian akhirnya tiba di posko pengawas pendakian dalam kondisi basah kuyup karena menerbos hujan.

Ia segera menceritakan semua yang terjadi.
Tim resque PMI segera dihubungi. Lalu seorang petugas posko memberikan pakaian kering untuk Alfian yang menggigil kedinginan.

Satu jam kemudian, mereka semua telah berkumpul di cemoro sewu.
Mereka adalah tim resque PMI plus 5 orang dari sebuah padepokan kejawen setempat. Yang akan membantu pencarian karena dipercaya lereng Gunung Lawu masih dipenuhi hal-hal mistis di luar nakar.

Alfian segera di bersihkan oleh seorang pria ganteng bercambang dan jenggot hitam. Ia adalah ketua padepokan setempat yang bernama Joko. Bersamanya ada Seno, Giman, Ucok, dan Koirul ( Baca PADEPOKAN GAGAK HITAM)

Pukul 1 mereka mulai mendaki dengan misi penyelamatan.
Alfian memaksa untuk menjadi penunjuk jalan menuju lokasi. Walaupun para resquer menyuruhnya beristirahat karena mereka merasa mampu menemukan lokasi longsor itu dari peta.

Bersambung...

OPEN sesi tanya jawab neh, sambil nunggu draft lanjutannya selesai. 🤗

TERSESAT DI GUNUNG LAWU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang