Yang Paling Manis, Harsa

273 22 0
                                    

Sabintang Harsa Baskara. Paling manis kata-katanya. Paling manis jikalau diminta membuatkan Bunda secangkir teh, seloyang brownis, dan sekotak agar-agar.

Paling berhasil kisah romansanya karena sudah menjalani hubungan selama dua tahun. Bersama seorang gadis yang selalu mengerti dirinya. Selalu menjadi obat kala ia jauh dari rumah aslinya - Bunda.

Namun sama saja, si paling manis ini tak bisa bersikap manis lagi di jalanan. Seperti kesetanan, ia juga mengikuti balap liar. Seperti tak tahu aturan, Harsa memimpin pasukan tawuran.

Satu-satunya buah hati Bunda yang membuat Bunda tergesa-gesa ke Ruang BK. Menemui Bu Handayani untuk mendiskusikan perihal poin yang Harsa dapatkan.

Namun, satu yang selalu bercongkol di pikiran Harsa. Bunda kenapa tidak pernah marah padanya? Padahal, suatu kejadian pernah membuat Bunda hampir bangkrut seketika. Harsa melibatkan fasilitas Rumah Makan Padang hingga membuat lawannya terbaring di bangsal rumah sakit. Untung saja ia tak pernah membuat korbannya menginap di rumah sakit jiwa.

"Bunda nggak marah? Maafin Harsa. Harsa cuma nggak bisa kalau Serena sama Naresh dinakalin mereka. Iya kalau Serena sama Naresh jago berantem kayak Jevano, Harsa mah nggak khawatir, mereka 'kan enggak Bun,"

Bunda malah terkekeh. "Iya, Bunda tahu kok. Permasalahanmu kalau bukan karena tawuran ya karena bela adik sama pacarmu. Nggak papa, yang penting jangan sampai bolos ya, apalagi turun sampai di bawah kkm nilainya," pesan Bunda membuat Harsa mengangguk mantap.

"Bunda, maaf ya? Nanti pulang sekolah Harsa beliin cokelat deh, yang ada kacang almond kesukaan Bunda."

"Ah, nggak usah, sayang. Bunda lagi nggak pengin cokelat,"

"Ya udah, nanti Harsa traktir di angkringan alun-alun deh! Sama Jevan dan Naresh sekalian, ya Bun?"

Bunda terkekeh gemas sebelum mengusak rambut cokelat anaknya. "Iyaa, nanti tungguin saudaramu keluar dari kelas, jangan lupa anterin Serena. Kan kamu yang jemput dia pagi tadi,"

Harsa tersenyum hangat kemudian mengangkat tangannya untuk membentuk gestur hormat. "SIAP BOS!"

Bunda tersenyum kecil, "Jangan ke sirkuit ilegal lagi ya? Kalau kamu mau mendalami dunia balap, bilang sama Bunda, biar Bunda masukin kamu di tempat Om Jo. Dia punya sirkuit legal, nanti kamu juga bisa didaftarin lomba-lomba balap yang bersertifikat. Gimana?"

Terkejut? Jelas Harsa sangat terkejut. Bisa-bisanya hal yang bahkan para saudara dan kekasihnya tak tahu, Bundanya tahu segamblang itu. "Iya, nanti Harsa hubungin Om Jo. Bunda hati-hati pulangnya,"

Bunda mengangguk dan mengacungkan jempol sebelum melanjutkan langkah ke parkiran, resto sedang hectic hari ini. Ia tidak bisa meninggalkan terlalu lama.

"Dimarahi Bunda?"

Harsa menoleh ke arah Serena, gadis itu sudah memasang raut cerahnya lagi. "Enggak dong, 'kan aku kesayangan Bunda."

Serena berdecih singkat sebelum akhirnya mencubit pipi Harsa. "Yang jadi kesayangan Bunda kayaknya Jevano sama Naresh deh. Jevan selalu naruh namanya di list prestasi, Naresh jadi volunteer Indonesia sejak SMP. Lah kamu, bikin Bunda ketemu sama Bu Handayani mulu,"

Harsatertawa kecil, ia tahu Serena hanya bergurau. "Iya makanya, aku sayang banget samaBunda. Nggak tahu gimana kalau Bundaku bukan Bunda atau Bunda udah nyusul OmTara yang jauh di sana."

Bunda dan Semestanya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang