Typo Bertebaran!! Harap tandai typo nya agar segera di perbaiki ;)
Happy Reading gaes !!!
***
Aku Aluna Putri Wijaya. Salah satu siswi di SMA Gemini. Aku adalah anak broken home. Dimana Ayah dan Bundaku cerai karena orang ketiga.
Ayah dan Bunda pisah saat aku baru masuk ke bangku SMA ini. Tepatnya satu tahun yang lalu.
Awalnya aku sama bunda curiga sama ayah aku yang sudah seminggu tidak pulang ke rumah.
Sampai suatu hari, aku dan bunda mergokin ayah lagi jalan sama perempuan lain di mall. Dan yang buat kita terkejut itu adalah perempuan yang bersama ayah itu perutnya buncit, sepertinya dia hamil.
Bunda yang kepalang emosi lihat ayah mesra-mesraan dengan perempuan lain di belakangnya pun tak segan-segan melabrak mereka.
Ayah aku marah dong, bunda ngelabrak mereka. Terus mereka malu karena bunda sampai ngejambak rambut tuh perempuan.
Aku yang juga kesal pun ikut-ikutan. Karena sebelumnya ayah nampar bunda karena bunda hampir buat perempuan itu jatuh, tapi untungnya ayah langsung nahan tu perempuan agar tidak terjatuh.
Setelah kejadian di mall, ayah pulang dong sorenya ke rumah. Dan waktu itu itu aku sama sahabatku baru pulang dari jalan-jalan sore. Terus aku lihat bunda di pukuli sama ayah.
Jujur, aku marah sama ayah, karena ayah sudah mukuli bunda sampai memar di pipinya.
Aku marah sama ayah. Aku benci laki-laki itu yang sayangnya dia adalah ayah aku.
Saat itu ayah langsung mutusin buat ceraiin bunda. Dan waktu itu ayah mau bawa aku pergi sama dia. Tapi aku tidak mau. Aku meronta minta di lepas.
Aku menolak keras, ayah ingin membawaku. Tapi, aku tidak ingin meninggalkan bunda sendiri.
Ayah pun akhirnya menyerah memaksaku untuk ikut dengannya dan membiarkan aku tinggal sama bunda. Tapi ayah bilang kalau dia tidak ingin membiayai aku kalau aku ikut sama bunda.
Bunda pun menyanggupi itu. Bunda tak ingin menerima uang sepeser pun dari laki-laki yang sudah melukai hatinya dan aku.
Dan sekarang, aku hidup bersama bunda berdua.
Setelah sidang perceraian bunda dan ayah waktu itu, pulangnya ayah langsung tinggal bersama perempuan yang ternyata sudah menjadi istri sah ayah waktu itu.
Satu tahun berlalu, ternyata aku dan bunda bisa hidup bahagia tanpa ayah.
Untuk biaya sehari - hari untungnya saat masih bersama ayah dulu bunda sudah punya butik sendiri. Dari sanalah semua kebutuhan kami terpenuhi.
Setelah pisah dari ayah, apa bunda menikah lagi? Jawabannya, tidak. Bunda trauma. Dia memutuskan untuk membesarkanku sendiri. Bunda tak ingin menorehkan luka baru, katanya.
***
Pagi ini, aku bangun kesiangan. Karena bunda sedang tidak di rumah, dan tidak ada yang membanguniku.
Aku panik dong. Apalagi ini tahun ajaran baru, dan sekarang aku sudah menduduki kelas XI di SMA gemini. Yang mana udah jadi kakak kelas dong. Harus ngajarin yang bener sama adek kelas, dan nggak boleh telat ke sekolah.
Sebenarnya aku tidak susah untuk bangun pagi. Tapi, karena semalam aku begadang karena habis streaming drakor, paginya aku kesiangan dong.
Setelah memoles bedak baby ke wajahku, aku bergegas untuk keluar kamar dan pergi setelah mengunci pintu rumah.
Aku menoleh ke rumah sebelah. Sepertinya orang yang aku cari sudah pergi duluan ke sekolah.
Aku mendengus, dan memilih untuk segera menelpon sahabatku.
Untungnya dia juga belum pergi ke sekolah. Dan aku bisa nebeng dengan dia.
"Pasti lo kesiangan habis maraton movie, kan?" tebak Via, sahabatku.
Via atau lengkapnya Olivia, adalah sahabatku sejak SMP. Dan kini pun tetap menjadi sahabatku. Karena sampai sekarang kami terus bersama. Kemana-mana berdua.
"Tau aja lo, Vi" kataku terkekeh membenarkan ucapan Olivia.
Selama diperjalanan, aku dan Olivia bercerita banyak hal mengenai liburan semester kemarin.
Tidak terasa mobil Olivia udah sampai di depan gerbang sekolah. Tapi sayangnya gerbang itu sudah tertutup rapat.
Aku pun keluar dari mobil memohon pada pak satpam supaya membukakan gerbangnya.
Untungnya, pak satpam sedang berbaik hati pagi ini. Karena kan sebenarnya kami cuma telat semenit doang. Ya udah deh, akhirnya pak satpam nyodorin kuncinya lewat kaca pos satpam yang berada di samping gerbang dan menyuruhku untuk membuka sendiri.
Tapi pas aku buka tuh gerbang, aku ngelihat ada seseorang ngelihatin aku dari koridor.
Aku menepuk keningku, tersadar kalau dia melihatku dan tau kalau aku datang terlambat pagi ini. Alamat bakal di cermahin.
Aku lihat dia sedang mengetik di ponselnya.
Tak lama, notif masuk ke ponselku. Ternyata itu dari dia.
Habis gue ngasih arahan buat siswa baru, temuin gue di ruang Osis!
Itulah isi chat dari dia. Aku mendengus. Bisa kena ceramah panjang lebar pagi ini.
Setelah mobil Olivia masuk, aku pun kembali mengunci gerbang dan mengembalikan kunci gerbang pada pak satpam.
"Makasih ya, Pak" kataku, lalu berlalu mendekati Olivia yang menungguku di parkiran.
***
Seperti biasa, karena baru hari pertama sekolah semua guru masih sibuk di kantor sedang rapat untuk menentukan pembagian kelas dan jadwal pelajaran. Siswa pun di biarkan untuk tidak belajar. Tapi siswa harus tetap berada di lingkungan sekolah.
Aku teringat isi chat yang masuk ke ponselku tadi pagi. Aku lirik jam tangan yang melingkar di tanganku sudah menunjukkan pukul 9.30. Sepertinya dia, orang menyuruhku menemuinya di ruang Osis sudah menungguku di sana.
"Liv, gue keluar dulu ya" ujarku pada Olivia yang duduk anteng di bangkunya seraya memainkan ponsel di tangannya.
Ku lihat anggukan kecil dari Olivia, tapi tak mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Aku pun bergegas ke ruang Osis. Ku lihat dia sedang duduk manis di kursi kebesarannya di sana. Aku pun melengos masuk ke dalamnya, dan duduk di kursi yang ada di depan mejanya.
"Kenapa?" tanyaku to the point. Jujur saja, aku orangnya tak suka bertele-tele. Lebih baik langsung ke intinya saja.
Dia menatapku datar. Aku sedikit merinding sih waktu lihat dia natap aku gitu.
Dia menyimpan ponselnya di atas meja. Lalu melipat tangannya di atas meja seraya mendekat ke arahku.
"Kenapa telat?" tanyanya langsung. "Pasti semalam lo begadang, kan?" sambungnya.
🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] My Boyfriend's Student Council President
Fiksi RemajaFollow dulu sebelum baca ^.^ Menjadi pacar seorang Abran Putra Adhitama si ketua osis ganteng, bukanlah hal yang menyenangkan bagi Aluna Putri Wijaya. Semenjak pacarnya itu menjadi Ketua Osis, Aluna merasa waktu Abran untuknya itu mulai berkurang...