2

4 4 0
                                    

"Pasti semalam lo begadang nonton drakor, kan?"

Deg

Tepat sekali.

Laki-laki yang ada di hadapanku ini bernama Abran putra aditama. Dia kekasihku.

Aku dan dia sudah berpacaran sudah 3 tahun lebih. Tepatnya ketika aku duduk di bangku kelas 8 SMP, sedangkan dia kelas 9.

Kami kenal sudah lama, tepatnya dia tinggal di sebelah rumahku. Yah, rumah yang sempat ku lihat sebelum pergi ke sekolah tadi pagi. Itu rumah dia.

Aku menghela napas, lalu menatapnya balik.

"Yups, benar sekali" kataku sembari menopang dagu di depan wajahnya.

"Tidur jam berapa?" tanyanya dingin.

Aku mengetuk jari telunjuk ku di dagu, pura-pura berpikir.

"Jam berapa ya? Lupa gue" kataku berbohong.

Jangan heran ya, kalo aku sama dia panggilannya lo-gue. Karena kita nyamannya ya pake lo-gue gitu. Daripada aku-kamu, ngerasa geli aja deh nggak tau kenapa. Apalagi panggilan kakak-adek, nggak banget deh. Ya walaupun Abran satu tahun lebih tua, tapi aku nyamannya ya gitu.

"Jangan bohong. Gue tau, Lun" kata Abran mendelik.

Aku menipiskan bibirku. Takut sih sebenarnya. Tapi, ya namanya Aluna. Nggak bakal takut kalau cuma lihat muka dia yang marah. Malah kelihatan tambah ganteng lagi.

Abran menaikkan sebelah alisnya, sepertinya dia minta aku buat jujur deh.

Aku merotasikan bola mataku, jengah. "Jam 1" jawabku akhirnya.

"Kebiasaan" katanya, lalu menyentil keningku.

Sakit dong. Tiba-tiba di sentil gitu. Aku usap-usap deh keningku supaya sakitnya reda.

"Kenapa? Sakit ya?" tanya Abran panik saat melihat air di sudut mataku.

Aku mengangguk. Ya jelaslah sakit, bego.

Abran pun berdiri dan ikut mengusap keningku yang di sentilnya tadi.

"Makanya, jangan bandel. Kalo di bilangin tuh ya di denger. Nih nggak, malah di lakuin. Lihatkan, malah kesiangan sendiri." omelnya.

Aku hanya mendengus mendengar omelan dia.

***

Siang menjelang sore ini, aku di suruh Abran untuk menunggunya pulang. Yah, setelah acara MOS tadi, dia masih sibuk untuk membantu temannya yang lain.

Sekedar info nih ya, Abran itu adalah Ketua Osis di SMA Gemini. Makanya dia sibuk banget dari tadi.

Aku mendengus saat melihat jam yang melingkar di tanganku menunjuk pukul 4 sore.

"Katanya bentar. Tapi udah 2 jam gue nunggu. Tau gini, mending gue pulang bareng Via tadi" dumelku, sambil memegang perut. "Mana laper lagi gue"

Aku yang dari tadi hanya diam di kelas untuk menunggu Abran, akhirnya keluar juga.

Aku melihat ke sekeliling. Sepi. Wajarlah sepi, yang lain kan udah pada pulang. Paling cuma anak Osis aja yang masih betah di sekolah sampe sekarang.

Saat aku berbelok menuju ke ruang Osis, aku tidak sengaja nabrak seseorang.

"Aduh!" aduku sambil mengusap kepalaku yang tak sengaja sepertinya menabrak dadanya.

What? Dadanya? Tapi, keras banget loh. Itu dada atau tembok?

"Sory sory" kataku meminta maaf padanya.

"Nggak apa-apa. Lo nggak apa-apa? Sakit ya?" tanyanya.

Jelas sakitlah, eh tapi nggak sakit-sakit banget sih. Paling bentar lagi bakal kayak biasa.

"Mau ke mana?" tanyanya. "Mau nyari Abran?" lanjutnya. Aku pun mengangguk.

"Dia lagi di ruang Osis. Lagi beres-beres. Paling bentar lagi keluar" kata cowok yang aku tabrak tadi.

Tak berapa lama, Abran pun muncul dari balik tubuh laki-laki itu.

"Eh, Lun. Sory banget ya udah buat lo nunggu lama" kata Abran merasa bersalah saat melihat aku.

"Udah tau lama, masih aja nyuruh gue buat nunggu" omelku pada Abran, dan ku lihat laki-laki yang aku tabrak tadi terkekeh melihat sikapku.

"Iya deh, iya. Maaf" kata Abran, lalu mendekat ke arahku.

"Ya udah. Sal, gue pulang dulu ya" pamit Abran pada laki-laki yang ternyata bernama Faisal.

Sebenarnya, aku kurang hapal sih sama anak kelas XII ini. Paling hanya beberapa. Itu pun cuma yang sering ngumpul sama Abran doang.

Ku lihat dia mengangguk, dan kami pun berlalu dari hadapannya.

Saat di parkiran, aku meberengut di depan Abran.

"Kenapa lagi sih tu muka di jelek-jelekin. Ntar tambah jelek loh" kata Abran membuat aku tak segan-segan memukul lengannya, kesal.

"Gara-gara lo nyuruh gue buat nungguin lo, gue jadi laper tau nggak. Mana tadi cuma sempet beli susu kotak doang di kantin pas istirahat" kataku mengode Abran supaya dia mengajakku makan.

"Ya ya ya, gue paham kok. Nggak perlu lo kode juga, gue bakal ajak lo makan. Dan itulah tujuan gue nyuruh lo nungguin gue" katanya.

Aku menggeplak kepalanya yang sudah tertutup helm.

"Udah ah, buruan jalan. Gue udah laper" kataku, lalu berpegangan pada pinggangnya.

***

🔜

[4] My Boyfriend's Student Council PresidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang