Allahu Akbar...
Allahu Akbar.."Shalat yuk, udah adzan tuh." Ajak Nazifah sambil mencolek lengan temannya yang fokus pada penggarapan mapel berhitung itu.
"Ntar deh, soalku belum selesai fah." Jawabnya sambil terus fokus pada buku dan rumus itu.
Mendengar jawaban dari Ica, Nazifah berusaha untuk sabar dan tetap menampilkan senyumannya. Dengan lembut ia berkata, "sekarang banyak yah orang mati mendadak." Ujarnya yang disusul dengan senyuman manis tak bersalah, lalu menengok ke arah Ica yang tengah mendelik sebal karena ucapannya.
"Si ifah emang nyebelin." Gerutunya setelah Nazifah pergi, dengan wajah cemberut ia membereskan alat tulisnya dan membalikkan badannya ke arah tas untuk mengambil mukenahnya yang berwarna abu-abu itu.
💕💕
"Awas bu ustazah mau lewat." Gurau salah satu temannya dengan nada mengejek yang disambut dengan tawa oleh temannya yang lain yang sedang duduk di keramik menunggu gilirannya untuk shalat karena masjid sekolah yang tidak terlalu besar, jadi mereka harus rela menunggu giliran.
Dengan senyum tabah, Nazifah hanya bergumam 'Aamiin' dalam hati sambil terus melangkahkan kakinya menuju tempat wudlu perempuan.
Aku tak perlu mengumbar seberapa lembut dan baiknya diriku pada mereka yang suka berkicau, aku hanya perlu berjalan dimana semestinya diriku berjalan. Aku hanya berharap, semoga ucapan baikmu Allah kabulkan dan ucapan burukmu Allah ampunkan.
"Nggak nungguin aku koh." Comment Ica dengan nafas tak beraturan serta muka pucat membuat Nazifah menengok dan terkejut melihat muka Ica yang pucat.
Dengan mata berkaca-kaca Nazifah menarik Ica keluar dari antrian para siswa perempuan yang akan wudlu.Dan masuk ke bilik kamar mandi sebelah.
"iih maafin aku ca, gara-gara aku kamu mukanya jadi pucat." Sesal Nazifah dengan meremas kain roknya cemas.
Melihat kepanikan Nazifah membuat Ica tersenyum, dia tahu kalau sahabatnya ini khawatir karena dirinya yang punya riwayat penyakit anemia. Sependiam-diamnya Nazifah yang terlihat tak peduli, justru dia adalah orang yang paling peka kepada seseorang apalagi dengan orang yang dia sayangi. Tak ingin melihat sahabatnya terus menangis dan khawatir, dengan lembut tangannya terulur menghapus air mata itu dan memeluk sahabatnya yang tengah dilanda ketakutan,"jangan nangis, aku nggak mau lihat sahabatku yang cantik menangis untuk hal sepele." Ujarnya pelan sambil mengelus pundak itu."kamu bukan hal sepele," ucapnya tegas sambil menyeka sisa air matanya, "kamu adalah sahabat terbaik yang dikirim oleh Allah untuk berjalan bersamaku menuju jannah-Nya," dengan sesenggukan dia melanjutkan katanya, "ayo kita sama-sama berjuang." Tawarnya dengan menyodorkan jari kelingkingnya yang disambut dengan senyum haru dari Ica, hampir saja tangisnya akan pecah jika tak ia bekap.
Setelah itu mereka keluar dan melanjutkan tujuan mereka untuk berjalan bersama menuju jannah-Nya lewat shalat dhuhur ini. 😊
#Bukan seberapa seringnya ia menyapa dan bertatap muka denganmu. Tapi seberapa seringnya ia mendoakan dan mengajakmu dalam kebaikan. Itulah yang namanya sahabat. 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
LABUHAN HATI-End Story
SpiritualDimana rasa berlabuh disitu cinta berlayar. Jika bukan trauma yang dia takutkan, lalu apa yang wanita itu takutkan?. Mari kita simak untuk mengetahui dimana hatinya, "BERLABUH."