33. Pengakuan?

26 8 5
                                    

-ujf-



"Yujin.."

"Pergi Te! Cepetan!"

"YA GUE GAK MUNGKIN NINGGALIN LO GITU AJA YUJIN!"

Teriakan Taeyoung membuat Serim yang pada saat itu sedang berada di halaman belakang langsung berlari ke arah suara.

"Ada apa?" Tanyanya dengan nafas terengah-engah akibat berlari.

"Kak, bawa Taeyoung pergi. Gue lagi pengen sendirian."

"Oke."

Serim mengiyakan permintaan Yujin tanpa melihat situasi terlebih dahulu. Ia juga belum sadar, padahal Taeyoung bersikeras ingin menolong Yujin, namun Taeyoung tidak bisa menandingi tenaga Serim.

Setelah Taeyoung dan Serim pergi, Yujin akhirnya bisa bernafas lega. Bernafas lega, dalam artian berbeda.

"Gue sanggup gak ya.." ucapnya bermonolog sambil menatap benda yang masih menempel dengan tangannya itu.

Gadis itu mengusap air matanya sekilas saat baru sadar dengan benda apa yang sebenarnya ia pegang.

Saat itu juga, Yujin bisa bernafas lega. Rasanya nyawa Yujin hampir hilang, namun ia bersyukur karena ternyata benda yang ia pegang hanyalah bangkai mainan anak-anak yang sepertinya hampir tidak berfungsi.

Yujin berusaha bangkit dari duduknya dan berjalan pincang untuk mencari keberadaan Jungmo. Entah kenapa hatinya berkata agar ia menemui Jungmo saat itu juga.

Ternyata Jungmo sedang bersama Taeyoung dan Serim yang sedang menangis. Tunggu, menangis? Ada apa dengan mereka?

Paham dengan situasi tersebut, Yujin pun bergegas menghampiri mereka untuk meluruskan semuanya.

Jungmo yang pada saat itu menunduk, langsung mendongakkan kepalanya karena ia melihat kaki Yujin yang sudah berdiri di hadapannya.

Mata lelaki itu perlahan naik dengan air mata yang masih tertampung. Tanpa suara, Jungmo menyebut nama gadis itu.

Jungmo langsung membawa tubuh Yujin ke dalam pelukannya tanpa aba-aba dan membuat Yujin maupun Serim dan Taeyoung terkejut.

Namun belum sampai beberapa detik, malapekata datang menghampiri Yujin, lagi..

DOR!!

Darah mengalir dengan derasnya dari belakang punggung Yujin, hingga membuat Jungmo yang pada saat itu sedang memeluknya langsung membeku di tempat.

"Y-yujin.. ini bukan-" ucap Jungmo dengan terbata-bata. Yujin dengan mudahnya terjatuh begitu saja, untungnya Jungmo dengan sigap memeluknya.

Serim dan Taeyoung yang melihat itu langsung mengarahkan senjata yang mereka pegang ke segala arah.

Berharap orang yang melesatkan peluru itu bisa tertangkap oleh penglihatan mereka, namun sayangnya orang tersebut menghilang dengan cepat.

Taeyoung yang sudah berbalik arah untuk melibat Yujin hanya bisa mematung di tempat, ia tidak sanggup melihat darah yang keluar dari tubuh gadis itu.

"Yujin jangan tinggalin gue.. gue sayang banget sama lo.."

Perkataan Taeyoung yang sangat pelan namun masih bisa terdengar itu membuat Serim maupun Jungmo meliriknya secara bersamaan.



-ujf-

Ketiga lelaki itu sedang berada di depan ruangan operasi, mereka menunggu Yujin ditangani oleh dokter dengan perasaan campur aduk.

Di sela-sela keheningan, Jungmo tiba-tiba teringat perkataan Taeyoung tadi.

"Te-"

"Gak usah dibahas, anggap aja angin lalu-"

"Kalau lo serius sama perkataan lo itu, ya perjuangin! Jangan pernah main-main sama perasaan." Kata Serim dengan tegas.

Sebenarnya Taeyoung tidak ingin membahas masalah ini, apalagi keadaannya sedang tidak mendukung. Namun karena sudah terlanjur jadi mau tidak mau ia harus meluruskannya.

"Iya, gua sayang sama Yujin." Final Taeyoung, dan sukses membuat jantung Jungmo mencelos saat mendengarnya.

"Tapi gue gak yakin kalau Yujin-"
"

Jangan dulu dibahas deh ya, suasananya lagi gak enak." Final Taeyoung.

Setelah itu, keheningan pun menyerang ketiganya. Sudah hampir setengah jam, namun dokter beserta perawatnya belum keluar dari ruang operasi.

Hal itu tentu saja membuat Jungmo cemas, ia tidak ingin berfikiran buruk namun tidak bisa. Kondisi saat ini tidak memungkinkan bagi Jungmo maupun yang lainnya untuk berfikiran jernih.

Tanpa sadar hari semakin malam. Taeyoung yang sepertinya kelelahan pun sudah larut dalam tidurnya.

Sedangkan Serim terlihat seperti orang yang sedang banyak fikiran saat ini. Bagaimana dengan dirinya? Entahlah, Jungmo juga tidak tau.

Pikirannya sedang kacau dan tidak jelas. Ia bahkan tidak bisa menangis ataupun bersedih karena kabar dari dokter saja belum ada.

Kini Jungmo hanya bisa pasrah dan berdoa agar Yujin bisa selamat dan bangun dari masa kritisnya.



-ujf-


HAIII GAISSS 😭
YAMPUUN DAH LAMA BANGET GA UP HUHU, MAAPIN :(

gimana kabar kalian? semoga baik² aja ya,
maap baru sempet up lagi karena 3 bulan kemaren disibukin sama pkl :)

jujur, aku belum punya banyak ide, tapi tangan dah gatel bat pen apdet, jadi seadanya aja ya 😀

jangan lupa tinggalin jejaknya ya hehe, makasi babayyy!♡



Uri Just Friend | Koo Jungmo

Uri Just Friend | Koo JungmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang