7. Why?

37 17 1
                                    

Dikamar Satria.

Satria sedang memandang sebuah foto di meja belajarnya. Ia memperhatikan sangat lekat dan sesekali tersenyum.

"Aku kangen kamu." Ungkapnya, kemudian Ia beranjak ke tempat tidur.

Malam yang kurang menyenangkan bagi Satria. Papahnya selalu meminta Satria untuk menjadi sepertinya. Satria menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar.

Ting!
Suara notifikasi pesan.

Satria merogoh kantung celananya untuk mengeluarkan handphone miliknya.

Reinnella : Sat.

Satria mengerutkan keningnya saat mengetahui siapa yang mengirim pesan padanya.

"Tumben." Gumamnya.

Reinnella

Reinnella : Sat.

Satria : Hmm

Reinnella : ini gua Jio. Hp gua lowbat.

Satria : oh. knp?

Reinnella : Rein di telpon nmr g diknl.

Satria : trs?

Reinnella : bantuin gua nyari sapa tuh org.

Satria : ok.
Read.

Satria melempar handphonenya ke sembarang tempat. Ia memejamkan matanya hingga terlelap.

***

Di Kamar Rein.

"Udah?" Tanya Rein pada Jio.

Jio mengembalikan handphone milik Rein kemudian berkata, "makasih ya?"

"It's okay bro." Balas Rein sambil menepuk-nepuk bahu Jio.

"Awwww." Ringis Jio.

"Ih, lebay! Aku mukulnya pelan." Kata Rein sambil memandang Jio yang tengah meringis.

"Ya, sakit."

"Lebay."

"Beneran sakit, Rein."

"Eh, mau ngapain?" Rein gelagapan saat Jio membuka bajunya.

"Nih, lihat." Jio memutar balik tubuhnya.

"Ih, kok lebam?" Tanya Rein saat melihat kondisi bahu Jio.

"Percaya? Kalo beneran sakit." Ucap Jio kemudian kembali memakai bajunya.

"Per-percaya." Cicit Rein.

"Jangan bilang mama dan papa ya?" Pinta Jio.

"I-iya.." jawab Rein gugup.

Rein masih belum mendapatkan jawaban atas luka yang diterima Jio.

SATRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang