8. Strange

32 15 0
                                    

Rein ditangani dokter UKS yang bertugas di sekolahnya. Dokter memasangkan infus kemudian meminta agar salah satu dari mereka untuk menjaga Rein.

"Gue aja." Ucap Satria.

Semua menatap Satria dengan terkejut. Ada apa dengan Satria? Hmmm author juga penasaran◕‿◕.

"Gue kakaknya." Kata Jio tak mau kalah.

"Lo, urus, urusan Lo dulu." Titah Satria.

"Bisa nanti." Balas Jio.

"Yo, kalo Rein tau, Lo ga urus beasiswa Lo. Pasti dia marah." Satria meyakinkan Jio.

"Ta-tapi—"

Satria memegang pundak Jio dan menatapnya untuk meyakinkan.

"Ga usah khawatir. Ada gue." Ucap Satria dengan serius.

"Yaudah, gue titip Rein." Final Jio.

"Nah, dari tadi kek." Cicit Fatih langsung mendapatkan tatapan tajam Jio dan Satria.

"Salah ngomong ya gue?" Tanya Fatih dengan pelan.

Satria dan Jio hanya menatapnya.

"Ya, maaf bro." Fatih memberikan tanda perdamaian.

"Sudah-sudah." Lerai dokter, kemudian berkata, "kalau Rein sudah sadar. Tolong kabari saya." Kemudian meninggalkan ruang UKS.

Semua keluar dari UKS kecuali Satria. Satria duduk di kursi yang ada didekat ranjang pasien. Ia mengamati setiap wajah Rein.

"Lo, selalu manis." Ungkapnya tanpa sadar.

Satria menggenggam tangan Rein, kemudian mengecupnya sebentar. Lalu melepaskan genggaman tersebut.

Tanpa Satria sadari, sedari tadi Rein membiarkan aksi Satria itu. Rein sudah sadar sejak Satria mengungkapkan bahwa Rein selalu manis.

Hati Rein yang sudah lama membeku akhirnya merasakan hawa panas didalamnya. Entah mengapa Satria bersikap manis seperti ini padanya. Padahal hampir setiap bertemu, mereka saling bertengkar.

Rein berpura-pura batuk untuk memberitahu Satria, kalau Rein sudah sadar.

"Sat-Satria?" Tanya Rein gugup.

Satria langsung berdiri kemudian, "Lo bisa ga si? Gausah buat semua orang khawatir? Lemah banget jadi cewek!" Satria berubah.

"Maaf." Ucap Rein pelan. Dirinya tengah berusaha untuk duduk.

"Sini, gue bantu."

"Ga usah." Tolak Rein menyingkirkan tangan Satria dari tangannya.

"Yaudah." Satria memasukkan tangannya kedalam saku.

"Dimana bang Jio?" Tanya Rein pelan.

"Ngurus beasiswa." Jawab Satria kemudian melangkah pergi meninggalkan Rein.

"Heh! Batu! Mau kemana?" Tanya Rein setengah berteriak.

Tidak ada jawaban, Satria sudah menghilang setelah melewati pintu UKS.

"Orang aneh." Gerutu Rein.

***
Satria meninggalkan Rein sudah hampir satu jam. Rein bosan didalam UKS sendirian, Ia tidak membawa ponselnya.

Ceklek.
Pintu terbuka.

"Hai, Rein. Gimana? Apa yang dirasain?" Tanya dokter Vio.

"Pusing sedikit." Jawab Rein pelan.

"Hmm.. istirahat dulu ya? Biar cepat pulih." Ucap dokter Vio.

"Terima kasih, dok."

"Sama-sama. Kalau begitu, saya pamit ya? Kasian pacar kamu udah nunggu didepan." Dokter Vio meninggalkan Rein.

SATRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang