SPESIAL PART

31 11 32
                                    

Angin membawaku pada secarik ingatan tentang malam hari bersamamu, di balkon kamar. Saat itu aku sedang kacau, dan kamu menenangkanku.
Satria.
___________________________________________________

Dua tahun yang lalu...

Rein sedang berada di balkon kamarnya. Ia menikmati udara malam yang perlahan mendingin. Dimalam itu dihiasi ribuan bintang dan deraian air matanya. Yaps, Rein sedang menangis.

"Kenapa aku begitu bodoh?!" Kesalnya pada diri sendiri. "Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aaaarggghh!" Rein menarik kuat rambutnya dengan frustasi.

Rein menangis sesenggukan, laki-laki itu telah membuat hatinya hancur berkeping-keping. Tidak ada lagi yang tersisa. Rein pikir, ia laki-laki terbaik dan pertama untuk dicintai dalam hidupnya. Tapi ternyata, Rein salah.

"Brengsek!" Umpatnya sambil melempar batu-batu yang berada di pinggir balkon. "Laki-laki, sialan! Gak guna! Bajingan!" Rein melontarkan umpatan demi umpatan dengan emosi yang bergemuruh.

Rein mencengkeram erat-erat besi pagar balkon. Ia menjerit sekencang-kencangnya. Rein tidak memperdulikan ada yang mendengarnya atau tidak. Intinya saat ini, Rein ingin melepaskan segala rasa sakit hatinya.

"Rein." Suara berat laki-laki memanggil namanya, tapi sang empunya nama tidak mendengarkan.

Langkah demi langkah, laki-laki itu mendekat pada Rein dan berdiri disampingnya. Laki-laki itu memandangi ribuan bintang yang dilihat oleh Rein juga.

"Indah." Ungkap laki-laki itu membuat Rein menengok.

"Kamu?" Tanya Rein sedikit terkejut. Laki-laki itu menghadap kearah Rein dan kemudian tersenyum.

Rein gugup sekaligus bingung. "Kenapa ada dia disini?" Batinnya.

"Ngapain?" Tanya Rein.

"Ketemu kamu." Jawaban laki-laki itu membuat Rein mulai merasa tidak enak.

"Oh." Balas Rein dengan singkat dan dingin.

"Kamu kenapa teriak?" Tanya laki-laki itu.

"Lagi kesal aja."

"Teriakan kamu kedengaran sampe rumah aku. Makanya aku kesini."

"Satria, Satria. Tadi bilangnya mau ketemu aku, sekarang bilangnya kesini karena denger teriakan aku. Yang bener, yang mana?" Ucap Rein diakhiri dengan kekehan ringan.

Ya, laki-laki itu bernama Satria. Kalian sudah tahu bukan? Satria Ekawira Maximiliano. Satria, teman Rein dan juga Jio. Rumah mereka berdekatan. Tapi, Satria yang selalu bermain kerumah Rein dengan alasan ingin bertemu Jio.

Satria terkekeh, "masuk, yuk." Ajaknya sambil mengusap-usap lengannya yang mulai kedinginan.

Rein berdecak, "badan doang gede, tapi kulitnya tipis." Ledeknya.

"Tebel, tau!" Sungut Satria. "Nih, pegang." Satria menarik-narik kulitnya untuk memberitahukan kepada Rein, jika, kulitnya sangat tebal dan tidak tipis.

"Ih, Satria. Apaan, sih." Rein berusaha menghindar dari Satria yang terus mengerjainya.

"Ayo, masuk. Dingin disini." Tanpa pikir panjang, Satria langsung menarik tangan Rein tanpa persetujuan Rein.

"Satria!" Bentak Rein.

Satria membuat Rein duduk di tempat tidur sedangkan Satria berdiri didepannya.

Satria berjongkok dihadapan Rein kemudian bertanya, "Rein, ada apa?" Tanyanya dengan serius dan juga menatap Rein dengan sendu.

Rein menahan air matanya, namun kali ini air matanya mengkhianati dirinya. Air matanya jatuh perlahan dan tidak lepas dari perhatian Satria yang membantu mengusap air mata yang jatuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SATRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang