11. Reality

40 14 53
                                    

Markas FIDES sudah dipenuhi dengan para anggotanya termasuk Rein. Ia sudah lebih tenang sekarang, terlebih melihat Satria dan Jio tidak terluka parah.

"Besok lagi, kalo mau berantem, pake perisai wajah." Omel Rein saat mengobati luka lebam diwajah Jio.

"Bawel." Bukan suara Jio, tapi Satria.

Rein hanya melirik, tidak niat berdebat. Ia lelah sudah.

Rein menaruh handuk beserta baskom berisi air panas ke atas meja. Kemudian tatapannya memperhatikan Satria, Rein membutuhkan penjelasan. Rein sudah bertanya pada Jio, tapi Jio malah menyuruhnua untuk bertanya pada Satria.

"Apa?" Tanya Satria dengan ekspresi datar dan tajam.

"Butuh kepastian." Ucap Rein tanpa sadar. Detik berikutnya, "eh penjelasan." Lanjutnya dengan senyuman dimanis-maniskan.

"Gak!" Ucap Satria langsung memalingkan wajahnya ke handphone.

"Satria.." rengek Rein sambil menggoyangkan lengan Satria.

Rein terus-menerus mengusik Satria, supaya cepat memberikan penjelasan. Satria sebenarnya ingin mengamuk pada Rein, namun Ia mencoba menenangkan. Semakin lama, semakin menyebalkan dan akhirnya...

"Oke!" Satria berdiri dan Rein tersenyum puas sambil menunggu penjelasan Satria.

Sepasang mata Satria menatap Rein dengan tatapan tajam namun Rein membalasnya dengan senyuman.

"Oke. Bermula dari Rein nangis di rooftop sekolah dan gue dengar apa yang dia keluhkan. Dia mergokin Farhan di gudang sekolah kemudian Rein diancam untuk tetap tutup mulut." Satria melihat Rein sedang menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Maaf Rein, gue cerita sama Jio." Ucap Satria tulus. "Terus, Fatih diserang salah satu pasukan Delon dan Farhan salah satu dari orang yang ngeroyok Fatih. Disaat itu, gue punya rencana untuk nyerang balik mereka. Hanya ngebales mereka aja, gak lebih."

"Tunggu." Rein memberhentikan penjelasan Satria. "Terus kejadian sekarang ini, gimana ceritanya?" Tanya Rein dengan penasaran.

"Ceritanya. Lo inget, ada nomor nyasar chating ke lo?" Tanya Satria lalu Rein menjawab dengan menganggukkan kepala. "Itu, Farhan." Kata Satria.

"Farhan? Tau darimana?" Rein masih belum mengerti.

"Jio nyuruh gue buat cari tau. Gue minta tolong ke teman papah buat ngelacak dan ketemu. Ya, itu nomor Farhan. Terus gue chat dia, ngaku jadi Rein. Ternyata tujuannya dia mau lo jadi miliknya."

"Miliknya? Mimpi, berengsek!" Geram Rein.

"Bukan dasar cinta tapi balas dendam." Ucapan Satria membuat Rein terkejut.

"Balas dendam? Apasih maksudnya? Gak ngerti." Rein kesal karena tidak mengerti semua ini.

"Sabar, denger dulu." Jio yang berada disamping Rein mencoba menenangkannya. Pernapasan Rein bergemuruh, akibat emosinya pada Farhan dan ketidak pahaman atas apa yang terjadi.

"Lanjut, Sat." Pinta Willi.

Haikal dan Fatih menyimak sambil memakan jagung rebus yang dibumbui dengan keju ditemani oleh secangkir kopi hangat. Kebetulan sedang turun hujan diluar.

"Balas dendam karena tiga tahun lalu adiknya Farhan yang namanya Bianca meninggal."

"Apa?!" Pekik Rein.

"Iya, meninggal karena minum racun yang seharusnya diminum Jio." Perkataan Satria membuat Rein semakin ingin tahu. "Dari SMP, Bianca cinta banget sama Jio begitu juga sebaliknya. Tapi karena Farhan gak suka sama Jio, akhirnya Farhan ngelakuin berbagai cara buat misahin Jio dan Bianca. Karena gak berhasil, Farhan menjebak Jio dengan alasan Bianca kecelakaan tapi kenyataannya enggak. Disaat itu terjadilah drama tarik-tarikkan racun."

SATRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang