30

106 7 2
                                    

Baru saja kemarin Keevy berhasil menggenggam Erika tanpa canggung. Hari ini, pergelangan gadis di depannya dipegang erat oleh cowok lain.

Marscello. Cowok dari SMA Garuda itu tidak menampilkan wajah permusuhan, tapi Keevy tahu betul sikap tubuhnya menahan Erika mendekat ke arahnya.

Keevy sudah memantapkan diri. Dia dan Marscello sama-sama manusia. Tidak ada yang begitu tinggi sampai-sampai Keevy harus mengalah perihal cinta pertamanya.

Erika menatap tidak enak ke arah Keevy, gadis itu berusaha lebih dekat dengan Keevy, sebelum ucapan Marscello menghentikan niatnya.

"Kamu tau apa yang lebih penting buat kamu."

Gadis itu perlahan menunduk, hanya bisa diam saat Marscello menariknya pergi dari Keevy.

.
--------------Kevin--------------

Gue, Edo, dan Nicco melihat semua kejadian itu. Kami bisa melihat betapa bimbangnya ekspresi Erika. Tapi tetap, sahabat gue kalah atas Marscello.

Nicco menepuk bahu Keevy yang terus menatap punggung Erika, "Masih ada kesempatan," ucap Nicco saat itu. Tatapan Keevy kali ini sangat rapuh, gue nggak suka sorot itu.

"Next, lu yang gandeng Erika depan tuh orang ya cok," kata Edo mencoba menghibur.

Mereka menenangkan Keevy sedangkan gue hanya bisa menggeram kesal ke diri gue sendiri.

Tadi tatapan Keevy ke Erika seperti tatapan gue saat melihat Alexa, melihat tepat di mata. Gue tahu, itu tatapan ingin memiliki. Tapi, bukannya Keevy cuma main-main ke Erika?

Gue memang sempat membenci Erika, karna alasan-alasan konyol atas pikiran gue sendiri. Erika itu aneh, sorot matanya terkadang sangat tajam saat gue nggak sengaja bertubrukan pandang dengannya, tapi binar nya juga kadang terlalu ramah untuk ukuran cewek kelas atas.

Perasaan buruk gue ke Erika menghilang saat gue nggak sengaja melihatnya membantu salah satu temannya mengamen di lampu merah. Dia terlihat tulus saat itu, mungkin ini salah satu alasan Alexa begitu mementingkan Erika di atas semua yang dia punya?

Gue kembali melihat Keevy yang terlihat mencoba menenangkan diri. Edo terus-terusan memberinya dukungan kecil dengan sedikit lawakan.

"Terlalu berharga untuk nggak gue perjuangin," ucap Keevy pada akhirnya.

Gue ikut tersenyum mendengarnya. Persetan dengan dare Keevy, kalau sahabat gue tulus, gue bisa apa selain dukung?

Hari itu gue merangkul Keevy, membawanya ke kelas sambil bercanda.

~~~

Kevin merangkul Keevy pergi melewati beberapa orang yang menyaksikan kejadian tadi.

Kali ini tidak ada teriakan sama sekali, para hawa pun seolah sadar bagaimana perasaan Keevy saat ini.

Nathan berjalan di belakang kedua sahabatnya. Kisah cinta ketiga-nya tidak ada yang mulus. Entah Keevy, Kevin, bahkan Nathan  pun. Tidak ada kepastian yang mereka dapat. Ternyata, hidup memang lebih ribet dari dunia fiksi.

Nicco hendak melangkah menuju temannya, gerak kaki nya terhenti saat melihat Nilla duduk di salah satu bug depan kelas.

Cowok itu menghampiri Nilla, berdiri di depan gadis itu.

"Gimana?"

Ucapan itu membuat Nilla menghentikan kegiatan menulisnya. Gadis itu tersenyum, lantas menjawab pertanyaan Nicco.

~~~

Alexa berjalan santai, gadis itu mengernyit heran saat melihat murid perempuan terlihat terdiam di depan kelas masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad Boy VS Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang