Aisyah memarkirkan motornya didepan sebuah cafe. Ia melepas helm lalu memasang maskernya.tentu tidak ingin wajahnya dikenali. Ia ingin sedikit mengganggu 'ustadz' atau mungkin 'gus' yang baru ia tau namanya beberapa saat lalu.
Ternyata dia sedang membeli martabak. Aisyah pun berpura pura hendak membeli martabak juga,dengan blak blakan dia berteriak agak keras."Mang,martabaknya satu pake 2 telor and jangan pake acar ya". Seketika si 'gus' menoleh ke sumber suara. Dan konyolnya, alih-alih tersenyum seperti rencananya tadi, Aisyah malah terpaku pada wajah yang sedang menatapnya.
"'Gila,aku dihipnotis,ganteng parah banget!', keluhnya pada diri sendiri. Si gus menatapnya agak lama, mata teduhnya mampu menghipnotis siapa saja. Entah apa yang dia lihat sementara Aisyah sudah berkeringat dingin. Ia mengibas ngibaskan tangannya di depan wajah, karena kesal diperhatikan terus, Aisyah menoleh.
"Liat apa kamu?", tanya Aisyah dengan nada ketus pada si gus. Sementara yang ditanya hanya berdehem lalu membuang muka.
'What the hell,aku dikacangin?', batin Aisyah kesal. Beberapa saat mereka mengantri dalam kecanggungan karena... mengantri memang begitu apalagi jika tidak kenal. Aisyah pun jadi malas pdkt jika sudah begini, dia belum cukup kuat melawan pesona seorang Gus Hafidz. Dan dia kesal dengan sikap sok cuek nya. Tetapi, setelah diperhatikan, gus disampingnya ini memakai pakaian serba hitam, mulai dari baju, celana,hingga peci semuanya berwarna hitam.
'Dari pemakamankah? Untung kulitmu putih gus', batin Aisyah mengejek si gus. Kemudian saat melihat ke bawah dia menyadari bahwa dia juga memakai gamis hitam dengan sedikit motif dan jilbab instan hitam murni pula. Terasa agak memalukan tapi,'Hahaha,,,jadi dia tadi liatin baju aku yang.... match sama dia?'
Sekarang alih-alih malu sudah mengatai si gus dalam hati, Aisyah malah senyam-senyum sendiri.
'Mungkin jodoh', pikirnya asal. Ia sampai tidak sadar mamang penjual martabak dari tadi menyodorkan martabak di depan wajahnya.
"Neng? Neng!!! Ini martabaknya". Si mamang setengah berteriak karena Aisyah tidak mendengarnya.
"Astaghfirullah. Gausah teriak juga kali mang, saya masi muda", Aisyah merengut lalu meraih martabak yang disodorkan padanya.
"Masi muda uda senyam senyum sendiri", ucap si mamang telak. Sementara pemuda disampingnya tertawa kecil. Kecil sekali. Tapi Aisyah dan mamang martabak bisa melihatnya.
"Nah,ini satu lagi. Kayanya kalian sepaket dah mana baju sama sama item. Mamang doain jodoh deh kalian", ucap si mamang sambil tertawa lepas.
'Deg'
Entah suara hati siapa,sejenak mereka saling menatap. Oke dalam sesi tatap menatap Aisyah sudah pasti kalah ia pun segera menghentikan kecanggungan dengan lelucon.
"Haha,sembarangan kalo ngomong, kalo dianya udah nikah gimana. Hayo loh mang tanggung jawab kayanya dia kesel mamang bilang gitu"
"Tidak kok", oh may itu suara siapa,jangan bilang... Aisyah menoleh pada pemuda disampingnya dan di balas oleh si gus.
"Saya belum menikah, masih umur 21, memang saya terlihat setua itu?", tanyanya panjang lebar.
'Duh aiss,,,kenapa jadi gini' batinnya berteriak.
"Ahahaha,,,enggak maksud saya gak gitu, tawa Aisyah garing.
"Terus gimana?", tanyanya balik mengintrogasi.
"Gatau ah. Mang ini duitnya ya,makasih", Aisyah segera melesat hendak meninggalkan cafe dan si gus.
Lama lama dia bisa gila,ngomong sama gus? Di pertemuan pertama? Jantungnya melompat lompat didalam sana. Dia harus ke rumah sakit. Tapi kemudian ia menoleh dan benar si gus sedang melihatnya
Aisyah usil berteriak.