3.Pahlawan kesiangan

4 3 0
                                    

Rembulan kembali bertukar peran dengan mentari.sinar hangat sejak tadi telah melingkupi bumi.embun-embun perlahan menghilang ditelan radiasi sang surya.udara sejuk masih membalut namun perlahan lahan kehangatan mulai masuk dari celah celah jendela.

Pagi minggu yang cerah,gus hafidz membuka pintu balkon kamarnya lalu melangkah keluar dan berdiri dengan kedua lengan bertumpu pada pagar balkon.ia melihat mentari yang sudah naik sejengkal sembari sedikit menutup wajahnya karena silau.sungguh angle foto yang sangat bagus.

kamarnya terletak di lantai dua jadi dia bisa melihat hamparan pemandangan pesantren yang dikelola abinya dengan sangat jelas.pesantren ini turun temurun diwariskan dari kakek buyutnya yang merupakan seorang kiyai besar.

Dulu beliau berniat memberi pendidikan agama yang layak bagi masyarakat sekitar dan niat itu direalisasikannya dengan membuka pondok pesantren kecil yang diberi nama -ma'hadul 'ilmi-.Lama kelamaan pesantren ini berkembang dan mendapat pengakuan pemerintah serta menjadi pesantren terpadu hingga jenjang kuliah pun bisa disini tetapi hanya untuk jurusan ilmu ilmu agama.

Beberapa santriwan terlihat lalu lalang di bawah,mondar mandir menuju kelas masing-masing,selang beberapa meter disana santri putri juga terlihat sibuk dengan rutinitasnyas.antara pondok putra dan putri dibatasi tembok besar yang tinggi dan terhubung melalui sebuah gerbang hitam untuk sarana jika ada event gabungan atau acara lainnya.
Sarana penghubung perasaan juga tentunya.

Santri disini tidak libur di hari minggu melainkan pada hari jum'at.Hari jumat adalah hari libur dan hari kunjungan,sebagian para wali murid menyambang anak mereka di pesantren pada hari ini.hari yang selalu ramai dengan suasana yang damai.

ia tersenyum simpul sambil mengucap hamdalah.bersyukur masih bisa melihat dunia hari ini.bersyukur untuk nikmat iman,kesehatan,dan ah, nikmat Allah yang tidak akan pernah habis diucap kata.bahkan apabila lautan menjadi tinta dan daun-daun menjadi kertas,niscaya tidak akan cukup untuk menuliskan nikmat Allah meskipun Allah datangkan sebanyak itu lagi.tidak pernah cukup.

Ia lalu mengangkat tangannya untuk membaca doa berkah memulai hari:
"Allahumma inni as aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thayyiban wa amalan mutaqabbala"
Yang artinya:
Ya Allah,sesungguhnya aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik,dan amalan yang bermanfaat.

Ia menyapukan kedua tangan ke wajah kemudian bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya.ia mengambil laptop hendak melanjutkan tugas kuliahnya.ya,gus hafidz sedang kuliah S1 di universitas ternama tanah air.
Umurnya baru memasuki 21,dan ia hampir menyelesaikan tahap akhir.gus hafidz memang cerdas,tampan,salih pula.
"Fabiayyi aalairabbikuma tukadziban"

Rencananya setelah selesai S1,dia
akan melanjutkan S2 di Yaman.
semoga saja,doanya.
Bicara soal kuliah,ia jadi teringat pertanyaan salah seorang siswi di sekolah tempat ia pernah memberi ceramah tempo hari.pertanyaan tentang calon pendampingnya,mau tak mau bayangan gadis yang sempat berdebat dengannya di warung martabak dan bertingkah konyol di gerbang sekolah hadir sejenak di pikirannya.ia tidak menyangka bahwa itu adalah orang yang sama.
Tapi sama sama konyol sih,batinnya seraya tersenyum simpul.

Eh,kok jadi kepikiran dia?batin gus Hafidz kemudian ia teringat uang kembalian sebesar Rp.93.000 yang masih ia simpan.
"Siapa sih gadis itu dan tinggal dimana dia?kenapa waktu itu aku lupa bawa uangnya,maunya kukasih langsung haduhh?!" Gus hafidz berdecak frustasi.kemana ia harus mencari pemilik uang tersebut di bumi Allah yang begitu luas ini?
"Ya Allah,bantulah hamba,pertemukanlah kami kembali."
Jika biasanya doa seperti ini diucapkan oleh seorang kekasih agar dipertemukan dengan kekasihnya,berbeda dengan gus hafidz yang berdoa untuk uang kembalian.ia pun tak paham lagi dengan dirinya

Not My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang