Bab 14

59 10 11
                                    

Bukan lagi tentang kisah dua pemuda dengan paras serupa, tetapi tokoh lain yang tiba-tiba ikut serta hingga kisah baru akan tercipta.

*
*
*

Perbincangan berlangsung sedikit panas. Xie Yun menolak pernikahan. Ia memberi sanggahan halus agar tidak terlalu menyakiti. Sang pangeran menggertakkan gigi. Ia menatap netra teduh seorang pemuda yang akan menjadi pendamping si pemilik netra elang hanya dalam hitungan hari.

Kebahagiaan tiba-tiba lenyap. Menjadi penerus kerajaan bukan berarti harus memiliki pendamping lebih dari yang Pangeran Xie inginkan. Seorang Tang San sudah cukup dan Xie Yun tidak ingin ada yang lain.

Namun, keinginan sang raja serupa titah mutlak, tidak mampu dibantah, tidak juga bisa dicegah. Xie Yun berdiri tergesa, mengabaikan tata krama. Ia meninggalkan aula pertemuan dan menuju kamar sang pendamping ketika hati perlu didinginkan.

Lorong panjang dengan beberapa kali belokan, telah membawa tubuh gagah sang pangeran pada kamar sang pendamping hingga tanpa sadar tengah memeluk erat si empu netra ungu.

"Semua akan membaik seiring berjalannya masa." Mengusap punggung Pangeran Xie dan justru membuat pelukan kian mengerat, Tang San tersenyum kecil sembari menyandarkan kepala pada bahu si empu netra elang.

"Cobalah menerima. Aku tidak keberatan karena beliau sendiri sudah memutuskan." Hening sekaligus pilu, suasana kamar menjadi serupa tanah pemakaman. Tidak ada tawa riang seperti sebelum-sebelumnya. Tang San menekan hati agar tidak menjerit hingga sampai ke ujung lidah.

Xie Yun sendiri tidak bodoh. Ia tahu dan bahkan sangat paham. Pemuda manis yang tengah ia peluk tengah menghibur diri sendiri dengan mengutarakan kata-kata menenangkan.

Siapa yang tidak menangis ketika di hadapkan pada peraturan kerajaan yang terasa mencekik leher. Kebijakan lingkar istana lebih banyak menyakiti daripada memberikan janji pasti. Namun, perjanjian tetaplah perjanjian. Perluasan wilayah harus dilakukan meskipun menggadaikan sebuah kebahagiaan.

"A-San, hatimu terbuat dari apa? Bukankah seharusnya kamu menangis?" Xie Yun menghujani wajah sang kekasih dengan ciuman hangat. Tang San terkekeh lirik, mengusap pipi si empu netra elang bersama tatapan penuh kasih.

Lalu, apakah pemuda manis itu benar-benar menerima? Bukankah terasa menyakitkan jika membagi perasaan? Tidakkah pemuda manis itu merasa tersayat hingga jauh ke dalam hati ketika melihat sang kekasih berada dalam pelukan pemuda lain?

Tidak! Netra keunguan pemuda manis itu tiba-tiba berubah tajam tanpa Xie Yun ketahui. Tang San hanya menekan amarah. Ia bukan pemuda yang sanggup membagi hati. Sejak awal, ia tidak menyukai kekalahan. Bukankah selama ini pemuda manis itu selalu berhasil mematahkan hati Tang Xuan Yu?

Aku terlihat lembut dan peduli terhadap siapa pun asalkan tidak mengusik milikku.

*******

"A-Xuan, merasa lebih baik?" Feng Hao Xing mengusap wajah si empu paras manis yang terlihat lebih hidup. Beberapa hari menjadi pemuda tanpa kekuatan, telah menjadikan Tang Xuan Yu merasa tidak nyaman. Ia sering kali meminta bantuan si empu netra abu hanya sekadar menegakkan punggung dan bersandar pada kepala pembaringan.

Si pemilik pita merah di kepala menunduk dalam. Ia tersenyum miring, menggeleng lirih bersama air mata yang tiba-tiba meluncur hingga membuat Feng Hao Xing menggeser duduk.

Adakah sesuatu yang Tang Xuan Yu sembunyikan? Apakah terlalu sakit ketika menjadi manusia normal tanpa sebuah kekuatan? Feng Hao Xing mengusap air mata si pemilik pita merah secara perlahan, menaikkan dagu hingga netra dua pemuda itu saling tatap.

Ada sesuatu yang mengganjal pada hati, Feng Hao Xing menelisik hingga jauh ke dalam. Netra Tang Xuan Yu tidak lagi sewarna darah dan pemuda itu baru saja menyadari ketika menatap netra lekat-lekat.

"A-Xuan, ini---"

"A-San Ge mengambil kekuatanku, Hao Xing Ge. Aku harus apa sekarang? Memimpin Xiaongnu dengan tubuh seperti ini?" Feng Hao Xing tidak memberi jawab. Pemuda itu membawa tubuh bergetar Tang Xuan Yu dalam pelukan, merengkuh hingga nyaris meremukkan ketika dihadapkan pada kenyataan tidak menyenangkan.

Tanpa sepengetahuan banyak pihak, Xiaongnu tengah berduka. Sang pemimpin tengah menjadi serupa rakyat jelata. Tang Xuan Yu menangis, meluapkan segala kegelisahan, tidak mampu berpikir dengan benar ketika dihadapkan pada sebuah kelemahan.

"Xiaongnu tidak selemah itu, A-Xuan. Mereka memiliki kekuatan yang tidak mampu diukur." Beberapa kekuatan mampu hadir tanpa sebilah pedang. Satu dua manusia mampu bertahan dari rasa takut ketika memiliki kepercayaan diri untuk melawan sebuah kebinasaan. Tang Xuan Yu menghentikan tangis secara perlahan, melonggarkan pelukan sembari menatap netra si pemuda ketika nasihat telah diutarakan.

"Kekuatan terbesarmu ada pada hatimu. Sekuat apa pun kamu menjadi seorang pemimpin, ketika licik, curang, kebohongan telah menjadi nomer satu, maka tidak ada guna dan akan segera menghancurkan diri sendiri secara perlahan." Feng Hao Xing melabuhkan ciuman hangat, ciuman penuh hasrat. Sang jenderal memutuskan untuk membuang masa lalu ketika tanpa sadar telah menjadikan si pemilik pita merah sebagai tempat berpulang.

Aku memilihmu karena hatimu, A-Xuan. Aku akan menetap hingga tubuh tidak mampu lagi untuk meratap.

TBC.

The Twin of Xiaongnu "Magical Eyes"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang