Seperti baru saja mendapatkan tantangan terbuka, Tang San terkekeh tanpa minat. Ia menunduk, melepas pelukan pada tubuh dengan sedikit sentakan. Sang pemilik rumah berusaha untuk tidak lepas kendali hingga membuat pemuda di hadapannya mendapatkan masalah karena sebuah serangan mendadak.
Pemuda manis dengan netra keunguan itu mundur beberapa langkah, memberi jarak agar tidak terlalu berdekatan. Canola yang berada di genggaman, telah berpindah tangan tanpa Xie Yun sadari. Sang pangeran tersenyum miring. Dalam hitungan detik, bunga dengan kelopak kuning sudah melebur hingga menjadi pendar keemasan.
"Tiga puluh tiga hari dan akan aku pastikan Anda menjadi seorang pendamping hidup seorang pangeran dari kerajaan Huang, Tuan Tang San!" Pemuda pemilik netra sewarna malam tersebut memutar tubuh dan keluar dari rumah besar sang pemimpin klan, membawa serta seluruh keyakinan yang Xie Yun miliki.
Sangat keras kepala dan pemaksa. Tang San melihat langkah sang pangeran yang sedang menuruni anak tangga sembari tersenyum-senyum. Rasa penasaran tiba-tiba menyeruak. Untuk pertama kali, ada seorang pemuda yang berani sedekat ini dengan seorang pemimpin klan. Apa jadinya jika Tang Xuan Yu sampai melihat hal itu? Seluruh isi rumah bisa menjadi serpihan kecil hanya dengan satu kali kedipan.
Setelah memastikan Pengeran Huang Xie Yun keluar dari gerbang, Tang San mendudukkan diri pada anak tangga pertama yang menuju ke arah pintu berukuran besar, sebuah batas antara rumah berukuran luas yang ia miliki dengan dunia luar. Pemuda manis itu mulai menghitung setiap detik yang sudah ia habiskan untuk menjadi orang penting sepeti sekarang.
Tahun demi tahun yang sangat berat. Tanggung jawab besar yang membuat pemuda itu merasa seperti terkurung dalam sangkar emas. Si pemuda kembar dengan takdir hidup yang berbeda. Kadang kala, Tang San ingin sekali melihat seperti apa riuh pasar dan juga arena pertarungan yang dipenuhi oleh para pemburu uang.
Kebebasan yang tidak pernah mampu ia miliki. Namun, lebih dari hal itu, si pemilik netra keunguan menginginkan seseorang yang bisa membawa pemuda manis itu dalam kehidupan pernikahan yang sesungguhnya. Sebuah ikatan dengan dasar ketulusan. Hubungan yang tidak bisa diukur dengan kekuasaan, kekuatan, dan juga harta.
Sanubari sang pemimpin klan sangat merindu. Sekuat apa pun seorang petarung, ia akan tetap membutuhkan sebuah sandaran. Namun, semua hanya sebatas angan dan tidak mungkin dapat ia wujudkan ketika sang adik tidak satu kali pun mengizinkan si pemuda manis untuk menerima ataupun melakukan ikatan dengan siapa pun bahkan jika itu adalah dewa sekalipun.
"Memikirkan sesuatu?" Liu Wei datang dengan dua kendi arak beras dan duduk di samping sang pemimpin klan. Senyuman manis dan juga sambutan hangat membuat kedua pemuda itu terlihat lebih akrab dari yang orang-orang kira.
Lima tahun menjalani sebuah hubungan tanpa ada satu orang pun yang tahu, ada kalanya membuat Tang San merasa lelah. Ia tidak ingin terus menerus bersembunyi dari sang adik tentang hubungan yang sudah ia buat. Bagaimanapun, Tang Xuan Yu berhak tahu dan tidak adil jika terlalu lama bermain kucing-kucingan hanya karena tidak ingin melihat sang pemilik netra kemerahan mengamuk dan memporak-porandakan seluruh wilayah kekuasaan Xiaongnu.
"Aku hanya terlalu lelah untuk bersembunyi dari Xuan Yu, Liu Ge. Bukankah aku masih manusia?" Satu tegukan arak membuat tenggorokan pemuda manis itu terasa panas. Ia menelan seluruh rasa sakit dan kepahitan untuk kebaikan banyak orang sampai tidak memiliki waktu untuk memanjakan hidup yang ia miliki.
Satu kali saja biarkan pemuda manis itu berada di dalam pelukan hangat. Biarlah tubuh lelah itu memperoleh kasih sayang. Meskipun hanya beberapa detik, labuhkan hati pada sandaran yang sudah dibawa oleh takdir ketika aliran darah mulai bekerja bersamaan dengan embusan napas.
"Bisakah Liu Ge memberiku pelukan, sekarang?" Dua tubuh itu menempel dengan sangat erat. Kendi arak menggelinding menuruni anak tangga. Lelehan bening yang tertahan selama sekian tahun, keluar bersamaan dengan isakan tertahan. Tang San membenamkan wajah di dada sang kekasih hingga tanpa sadar mencengkeram lengan Liu Wei sampai menimbulkan bekas kebiruan.
Dahaga terbayar dengan harga yang pantas. Pelukan mampu memberi kekuatan ketika si empunya tubuh menyalurkan dengan cara yang seharusnya. Insan bernapas itu menempel kian erat, seolah-olah memberi tahu kepada makhluk-makhluk di atas sana bahwa pemilik kekuatan besar bisa rapuh dan juga jatuh jika berhubungan dengan sebuah perasaan.
"Aku pastikan kalian tidak akan pernah bersama walaupun dewa merestui!" Pendar kemerahan berkilat bersamaan dengan kemarahan Tang Xuan Yu yang tidak menyukai sebuah hubungan ketika melihat dua bilah daging kenyal kepunyaan sang kakak telah menempel begitu erat di bibir seorang Liu Wei.
******
Tiga hari berlalu dan Xie Yun menjadi lebih sering mengunjungi kediaman Tang San. Pemuda tampan sekaligus suka memaksa itu, begitu gigih dalam memperjuangkan rasa suka yang terbungkus dengan penasaran menggebu-gebu. Pangeran Xie mengekor seperti anak kucing ketika sang pemimpin klan sedang memeriksa laporan dari beberapa penduduk Xiaongnu yang memiliki keluhan atupun semacamnya.
Tang San melihat Xie Yun dengan raut wajah sulit diartikan. Sorot mata penuh tanya dan juga alasan di balik hubungan yang sedang ia perjuangkan, membuat pemuda manis itu memutuskan untuk menyudahi kegiatan yang ia lakukan dan mendekat ke arah Xie Yun. Sekadar bertanya dan menyelidik, tidak lebih dari obrolan ringan. Meskipun pada kenyataannya, berubah menjadi kekehan dan juga candaan karena sifat ramah yang Tang San miliki.
Pembicaraan mulai mengalir dan terasa sangat menyenangkan. Kelegaan dan juga rasa penasaran sudah terjawab. Sedikit banyak, kekhawatiran yang Tang San miliki mulai menghilang. Rasa menutup diri dan selalu was-was, perlahan mulai melunak seiring perubahan sikap yang diperlihatkan oleh seorang pangeran dari kerajaan Huang.
"Pangeran Huang, bolehkah saya bertanya tentang satu hal?" Tang San mendudukkan diri di tepian kolam buatan dengan tanaman bonsai pinus mengelilingi. Xie Yun menjawab dengan anggukan sembari mendekat kearah pemuda manis itu. Sang pemimpi klan mendongak, melihat wajah Xie Yun yang tengah fokus ke arah kolam dengan banyak Ikan melompat-lompat.
"Apakah kekuasaan begitu penting hingga Anda mau menikahi orang seperti saya?" Tang San masih tidak berpaling. Ia menunggu jawaban si pemilik paras tampan yang tidak satu kali pun menoleh ke arahnya dan tengah fokus dengan permukaan kolam.
Xie Yun tersenyum miring, mendudukkan diri di tepian kolam sambil menciprat air ke wajah si pemuda manis hingga sang tuan rumah terkesiap untuk sesaat. Tang San menggertakkan gigi, membalas dengan perlakuan sama hingga tubuh keduanya basah seperti baru saja tersiram hujan.
Tawa terbahak, mulut berseloroh hingga terdengar begitu akrab. Tidak ada lagi kecanggungan, menyisakan hubungan yang kian dekat tanpa dua pemuda itu sadari. Namun, di samping itu semua, ada dua hati yang sedang terbakar dan sedang melihat dari arah kejauhan. Liu Wei dengan amarah tertahan bersamaan dengan Xuan Yu yang memberikan tatapan tidak suka ketika kekasih sang kakak lagi-lagi menunjukkan rasa cinta yang berlebih kepada sang pemimpin klan.
"Tidak bisakah Liu Ge melihat ke arahku untuk sekali saja?!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin of Xiaongnu "Magical Eyes"
Storie d'amoreTang San Tang Xuanyu Xie Yun Fanfiction Chara R 18+