I would highly recommend playing
Get Away by Mac Ayres
while reading this chapter. 🎶
—————
"Abis makan, terus pulang ya, Jeff."
Jeffrey tersedak indomie sampai terbatuk-batuk dan harus minum. Kaget tiba-tiba disuruh pulang.
Bukan disuruh lagi, malah lebih tepat seperti diusir, karena kini sang tuan rumah sudah beranjak dari sofa menuju ke balkon. Meninggalkan Jeffrey sendiri di ruang tengah.
Ditingalkannya dua suapan terakhir indomie yang menurut sebagian orang memiliki kelezatan berlipat untuk menyusul Mia ke balkon. Bagi Jeffrey, there will be another indomie, but never be another Mia.
"Mi, lo tega?" Jeffrey sekarang berdiri tepat di belakang Mia yang tengah memunggunginya menatap pemandangan city view dari balkon.
Mia tidak memberikan jawaban. Bahkan melirik Jeffrey pun enggan.
Respon tanpa respon yang Mia berikan itu membuat Jeffrey merasa makin terancam. Ia benar-benar harus berjuang untuk mempertahankan posisinya agar tidak terusir.
"Di luar masih hujan deras, Mi."
Tak perlu Jeffrey katakan, Mia dapat melihatnya. Hujan masih mengguyur tanah Jakarta dengan begitu deras. Sama derasnya dengan hujan dalam kalbu Mia akibat menahan perasaan yang seharusnya tak ia miliki. Tak seharusnya jua si sumber perasaan ada di dekat Mia. Inilah yang menjadi alasan utama dari pengusiran halus yang ia lakukan.
"Di dunia ini ada teknologi yang namanya taksi online." timpal Mia yang merasa alasan Jeffrey tentang hujan tidak logis.
Teknologi memang hadir untuk memudahkan hidup manusia, namun bagi Jeffrey dan ketidak logisannya saat ini, teknologi justru akan mempersulit hidupnya. Hidupnya akan terasa sulit jika ia harus berpisah dengan Mia.
Akan tetapi, bukan Jeffrey Husein namanya jika ia terang-terangan mengakui bakal kesusahan hidupnya. Dikemasnya apik dengan perumpamaan, "Lo gak kasian sama Driver-nya kalo harus nerjang hujan deras begini?"
Kata kasian yang baru Jeffrey ucapkan sejatinya meminta Mia untuk mengasihani dirinya. Ia sudah menerjang hujan dari kawasan SCBD ke Tebet dengan motor. Bukan hanya effort hujan-hujannya saja, tetapi juga pada presensinya saat ini.
"Itu pekerjannya mereka." taggap Mia perihal kasian. Ia masih enggan melirik Jeffrey, karena takut ketidakbaikan hatinya yang terlukis jelas di wajah terlihat oleh Jeffrey.
Jeffrey menghela nafas. Mia memang benar. Namun, berbicara mengenai pekerjaan, Jeffrey juga tengah menunaikan pekerjannya dengan berada di sini. Pekerjaan untuk menjaga Mia yang kelihatannya sedang tidak baik-baik saja di mata Jeffrey.
Helaan nafas dari Jeffrey seperti memakasa Mia untuk kembali menengaskan poinnya seputar kasian, "Lo harusnya kasian kalau mereka gak dapat orderan." Ia mencoba untuk membuat Jeffrey mengerti. Mengerti kalau ia benar-benar tidak ingin Jeffrey berada di sini.
Hening.
Jeffrey tidak membalas ucapan Mia.
Entah apa yang sedang berkecamuk, namun keheningan ini sungguh bukan Jeffrey yang biasa. Biasanya, pria itu akan menimpal balikan ucapan Mia dengan seribu siasat yang membuat darah Mia mendidih ke kepala.
Ada apa dengan Jeffrey?
Mia ingin sekali menolehkan kepalanya. Ia ingin mengecek raut wajah Jeffrey. Ia ingin tahu alasan dibalik diamnya pria itu. Ia ingin tahu apakah pria itu baik-baik saja atau tidak sekarang.
Namun, di sisi lain, Mia tidak mau benteng yang ia bangun runtuh. Melihat wajah tampan itu akan membuatnya luluh dan terperangkap dalam permainan konyol yang dibuatnya sendiri.
Iya, permainannya sendiri, sebab Mia memiliki rasa sendiri. Ini yang Mia tahu dan yakini sekarang.
Pengetahuan dan keyakinan yang kemudian mengantarkan Mia pada suatu kesimpulan bahwa dengan hengkangnya Jeffrey malam ini, Mia akan mampu mengelola perasannya dan menyelamatkan hubungannya dengan Jeffrey.
Bagi Mia, tidak apa-apa pertemuan dengan iringan hujan pada malam ini harus berakhir, asal ia masih bisa bertemu Jeffrey di esok dan esoknya lagi. Sungguh, ia belum siap jika perasaan ini makin membuncah dan harus menyongsong esok tanpa Jeffrey.
Maka, alih-alih mencari makna keheningan Jeffrey, Mia justru memanfaatkannya. "Gue order -in Blue Bird sekarang ya, Jeff."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIRST ONE | Jung Jaehyun
Fanfiction"Apa yang lebih enak dari makan indomie kuah saat hujan?" "Kelonan." Sebuah cerita tentang hujan, indomie, serta perang rasa tanpa komitmen. Definitely not the first time for them, but the first one. p.s: I made a playlist that you could listen whil...