Adendum 1: Kebiasaan Pagi Hari

568 43 2
                                    

bonus chapter because I miss Jeff x Mia so much 🥺

—————

Bertolak belakang dengan cerahnya minggu pagi ini, Jeffrey bangun dengan wajah yang pucat. Ia segera melompat dari kasur dengan panik karena tidak melihat malaikat cantik di sebelahnya.

"MIAAAAAAA!!! Mia dimana?"

Teriakan panik Jeffrey menggema di penjuru apartemen dengan dua kamar ini. Kakinya menghentak dengan keras dan terkesan terburu-buru menuju ruang tengah.

Sesampainya di ruang tengah, langkahnya perlahan melambat kala mendapati sosok yang membuatnya sempat panik tadi. Paniknya pun sirna dan berganti dengan kelegaan. Begitu lega rasanya, apalagi sekarang ia bisa memeluk sosok tersebut.

Sosok–yang–tengah–berkutat–sebegitu–seriusnya–di—dapur itu lantas melepas sepasang earphone yang terpasang di telinganya begitu merasakan pinggangnya direngkuh dengan hangat. Sepasang earphone itu menyebabkannya tidak dapat menyahuti teriakan panik Jeffrey tadi.

"Jeff udah bangun?"

Jeffrey mengangguk dengan manja. Ia menyandarkan kepalanya di pundak sang penanya.

"Jeff tadi panik banget, Mi." ucap Jeffrey menceritakan bagaimana ia memulai paginya.

Mia menyahuti cerita Jeffrey dengan bingung, "Kenapa, Jeff?"

"Waktu Jeff bangun, Mia gak ada disebelah Jeff." Jeffrey mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Mia seakan benar-benar takut kehilangan hidupnya jika ia lepaskan. "Jeff takut ditinggalin Mia."

Ujaran ketakutan Jeffrey dibalas tawa kecil oleh Mia, "Takut karma ya, Jeff?"

Karma yang dimaksud Mia mengarah pada kelakuan  Jeffrey dulu saat masih aktif melakukan touring. Jefffey selalu bangun lebih awal dari partner tidurnya dan pulang lebih awal dengan segudang alasan.

Tentu saja, Mia pernah merasakan ditinggal oleh Jeffrey pada date mereka yang pertama. Saat itu, Jeffrey bilang ia harus ke kantor, namun siapa yang pergi ke kantor di hari Sabtu?

Lucunya, belum ada tiga jam berlalu, Jeffrey sudah kembali lagi dengan alasan ada yang tertinggal di apartemen Mia. Padahal, tidak ada barang Jeffrey yang tertinggal. Yang ada malah pria itu yang kemudian tinggal bermalam lagi esoknya di tempat Mia.

Mungkin, jika Jeffrey tidak kembali saat itu, Mia akan memasak sarapan dengan tenang sekarang tanpa gangguan bayi besar yang merengek karena ditertawai.

"Ih, Mia! Jeff lagi serius." Jeffrey menghela nafas. Helaannya menerpa leher Mia dan membuat darah sang gadis berdesir. "Anyone can leave me, but you, Mi."

Mengimbangi keseriusan sang adam, Mia menaruh spatula kue. Ia memilih untuk menjeda pembuatan pancake—menu sarapan mereka—guna memutar tubuhnya menghadap Jeffrey.

Tangannya mengalung erat di leher Jeffrey. Lalu, ditatapnya lekat mata Jeffrey yang menghanyutkan, "No one will leave you, Jeff."

"—tapi, sebentar lagi, Jeff harus ninggalin Mia."

"Kenapa Jeff harus ninggalin Mia?!" Jeffrey merespon dengan begitu dramatis. Ia memang tidak mau ditinggal, tetapi bukan berarti ia harus meninggalkan, right? Apa jangan-jangan...

"Apa Mia sakit?! Umur Mia udah gak lama lagi?"

"Sebaiknya, Jeff stop nonton sinetron." balas Mia dengan kesal. Bisa-bisanya, Jeffrey mengambil kesimpulan bak alur sinetron.

"Terus? Kenapa Jeff harus ninggalin Mia? Mia punya cowok lain?"

"Namanya Pandu, Jeff."

Tubuh Jeffrey melemas mendengar Mia ternyata mendua dalam hubungan mereka yang umurnya bahkan lebih pendek dari jagung. Rasanya begitu hancur, seperti dihempaskan dari ketinggan dan mendarat ditumpukan semak belukar yang berduri.

"Dia mau ke sini untuk nganterin americano."

Sakitnya pun semakin sakit. Bagaimana bisa saat ada Jeffrey di sini dan Pandu sialan itu malah datang?

"Nanti kalau Pandu udah datang, Mia minta tolong Jeff ke bawah, ya?"

"Mia ngusir Jeff lagi?" Jeffrey menekankan pada kata 'lagi' dengan suara yang bergetar. Hanya selang sehari, ia sudah diusir lagi. Nasibnya sungguh jelek. Apa ini namanya karma?

"Enggak, tapi kalau Jeff mikirnya gitu—ya, terserah Jeff aja."

Terserah, katanya. Terserah.

Makin porak-poranda saja perasaan Jeffrey.

"Oh iya, nanti kalau Jeff ketemu Pandu buat ambil americano-nya, minta tolong Pandu dikasih uang sepuluh ribu untuk parkir sama jangan lupa bilang makasih ya, Jeff."

"—Pandu pakai jaket hijau, by the way."

Eh, tunggu!

Jeffrey mulai menyadari sesuatu. Jika Pandu harus diberi uang untuk parkir dan menggunakan jaket hijau, maka Pandu adalah...

"MIAAAA!!" Jeffrey berseru dengan wajah yang memerah. Bahkan, daun telinganya juga ikut memerah. "Gak lucu!"

Mia yang dibilang tidak lucu malah mendapati hal tersebut lucu. Ia sampai tertawa dengan puas, "Lama banget sadarnya!"

Dicubitnya pipi Jeffrey dengan gemas, "Jeff gak boleh ngambek! Kalau ngambek nanti gak jadi minum americano."

Jujur, Jeffrey kesal. Kesalnya kalau dilukiskan bisa menggunakan majas pleonasme. Amat sangat begitu kesal.

Ia yang sedang dalam mode serius nan defensif, tentu saja, tidak mungkin dapat cepat tanggap dengan candaan Mia; perihal Pandu yang dimaksud adalah driver online pengantar makanan.

Akan tetapi, mengetahui Mia dengan sengaja memesan americano untuknya—yang mana menperlihatkan jika perempuannya itu ingat (sekaligus peduli) terhadap ritualnya setiap pagi, kesalnya pun mereda. Well, memang pada dasarnya Jeffrey tidak bisa kesal dengan Mia.

Namanya juga sudah kecintaan. Mau Mia berlaku lebih absurd sekalipun, Jeffrey pasti tidak akan bisa kesal atau bahkan marah.

Jeffrey hanya mampu membalas candaan itu dengan menggelitiki pinggang Mia, "Rasain pembalasannya Jeff!"

Mia yang tidak tahan geli pun menggeliat dengan heboh. "Stop, Husein!!"

"No, gak ada ampun buat Mia!"

———

lagi gak? xixi😬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lagi gak? xixi😬

THE FIRST ONE | Jung Jaehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang